OLEH: ABDUL MUIN ANGKAT
Ada apa dengan "merek?" Dave McNally dan Karl Speak - - dalam karyanya Be your own Brand – menyatakan "merek" berwujud pula disetiap individu, organisasi, komunitas, partai bahkan Negara sekalipun. Ya pada prinsipnya kita tetap menjunjung tinggi sebuah merek, kendati Shakespeare, seorang pujangga Inggris pernah mengatakan , "Apalah arti sebuah nama".
Patokan awal untuk sebuah merek yang ingin dikenal adalah, patuhi S & W, mudah diucapkan, mudah di ditulis, "Speak table and write table". Merek-merek yang sarat makna seperti "Xerox", identik dengan Xerographic (teknologi foto copy). Lexus identik dengan luxurious (mewah). Ketika kita menyebutkannya terasa friendly, singkat, jelas, padat. Dan Golkar identik dengan "Sekber Golkar"!
ARTIKULASI SEKBER GOLKAR
Sejatinya, pemahaman dimulai dari pemilihan merek untuk pertama kali itulah yang terbaik. Dalam proses kemudian mengimbuhkan makna sehingga kini nama nama itu di asosiasikan main frame, inovasi, user friendly. "Golkar" mudah diucapkan bukan? dan nama ini telah meresap di hati rakyat dalam makna lain sebagai pendukung kumpulan golongan-golongan .
Secara historis, kelahiran "Sekber golkar" (Sekretariat bersama Golongan Karya) adalah merupakan "federasi" dari 7 kino, 38 tahun yang lalu, sekaligus menjadi Golongan fungsional yang tidak ber-afiliasi kepada partai politik. Dan 3 dari 7 kino tersebut masih eksis sampai sekarang. Yang penting diketahui adalah semangat kekaryaan dari kumpulan organisasi pendiri. Walaupun pada akhirnya Mukernas Sekber Golkar memutuskan pergantian nama menjadi Golongan karya, yang bersifat kesatuan, akan tetapi tidak menghilangkan sifat keanggotaan organisasi, dan perorangan.
Tidak ada salahnya apabila untuk mempertanyakan makna di benak konstituen, diringi pengenalan merek dengan business description, positioning statement atau Vision Statement. Sama halnya untuk mempertajam makna sebuah partai politik bernama "Golkar", diperlukan vision statement. Hendaklah sang "founder" membangkitkan "roh" sekaligus menularkannya kepada seluruh angggota "sekber golkar"yang berbasis karyawan, buruh, pekerja, tani, dan nelayan.
Perkuatlah barisan internal sebelum mengurusi branding. Fungsikanlah atau daya gunakan organisasi sayap serta organisasi pendiri sebelum diterjunkan di arena Pemilu 2014. Rebutlah kepercayaan rakyat kembali yang telah dirintis oleh eks kino sebagai kekuatan Front Nasional yang menumpas PKI
Sebaliknya, kalau salah menerapkan "Golkar" sebagai merek yang hanya bernuansa "karya", atau "cipta" dengan alasan mengikuti dinamika perkembangan zaman, maka hanya akan merupakan proposisi pengembabgan inovasi, invention dan memperkaya khasanah knowledge, tidak berbasiskepada operasionalisasi kelembagaan yang bersifat action plan."Golkar" akan merupakan organisasi modern yang berjalan sendiri dan seolah-olah mandiri dan eksis, ternyata hanya mempunyai bayang-bayang kekuatan pseudo organization. Pada saat itu merek Golkar akan mubazir karena keberatan beban masa lalu, hilang dari peredaran dan dilupakan.
KEKUATAN YANG TERPECAH
Pasca Golkar menyatakan diri sebagai Partai,maka secara de jure tidak ada hubungannya den eks kino, akan tetapi secara de facto merupakan cikal bakal dari Sekber Golkar. Pada perkembangan akhir-akhir ini, sekurang-kurangnya Tri Karya (Kosgoro,MKGR, SOKSI) telah terpecah menjadi dua kepengurusan. Dapat di prediksi apabila dengan 50 % hubungan kelembagaan antara partai Golkar dengan eks kino dikelola secara professional, terbuka dan terintegrasi, maka perolehan suara akan terkatrol secara signifiqan di atas 14,5 %. Akan tetapi kalau hubungan historis tersebut hanya artificial mengikuti pola AD/ART tanpa perubahan, maka dapat dipastikan bahwa "roh" para pendirinya akan kehilangan wadah fisik, dan relasi potent menjadi akt akan mandul dan kehilangan legitimasi eksistensialnya
Apalagi di dalam sejarah perkembangan Golkar, khususnya di dalam AD/ART,tidak pernah disebut secara eksplisit bahwa peranan strategis 7 kino sebagai pencetus dan pendiri Sekber Golkar dan berubah menjadi Golkar - - Partai Golkar, merupakan landasan historis yang menjadikannya sebagai partai pejoang kebangsaan yang heroik dan demokratis.
Kelahiran Golkar 20 oktober 1964, tidak serta merta menjadi pelopor pergerakan kebangsaan, dengan menafikan hukum causalitas. Sekber Golkar yang di dalamnya 7 kino merupakan asal mula pertama, causa prima dari lahirnya sebuah Partai besar di Indonesia.
TRIKARYA
Pada tahun 1978, pada saat Mubes IV Kosgoro di Semarang, Alm Mas Isman bersama Alm. Soegandhi dan Suhardima masih mendengungkan kekuatan pilar utama Golkar adalah Trikarya yaitu Kosgoro, MKGR, SOKSI. Duapuluh tahun kemudian menjelang Pemilu 2004, usaha konsolidasi serupa pernah diulangi oleh Hayono Isman dan Letjen Purn. Soeyono minus Suhardiman, namun meredup belum sampai kepada tahap mobilisasi untuk menggerakkan Trikarya kepada tahapan sillaturamali membangun kerjasama yang bersifat simbiose mutualistis dengan Golkar.
Adakah kemungkinan dimasa mendatang pewaris "genealogis" dapat merajut kembali kekuatan yang hilang tersebut , atau pikiran ini hanya khayalan belaka karena masing masing telah berbeda aliran politik, dan dianggap telah kadaluarsa?.
MORAL HAZARD
Fenomena aji mumpung, pengaruh materialism, hedonisme, begitu menempel pada perilaku politik machiavellis yang sudah terlanjur menjadi iklan buruk para elite politik Golkar. Memperjual belikan suara hanya untuk sebuah jabatan apapun, termasuk "harga dukungan terhadap seorang "calon Gubernur BI", bahkan mungkin sampai kepada pemilihan wkl ketua DPR/MPR sekarang.
Apakah dukungan suara kepada seorang calon Ketua Umum Golkar pada Munas oktober mendatang masih akan diwarnai "money politic"? Perlukah sebuah Dewan kehormatan dibentuk untuk mengontrol perilaku negative dan yang telah merusak tatanan moral yang berimbas kepada mandegnya nation and character building. Sungguh sangat disayangkan sebuah Partai Politik Kebangsaan yang besar, yang dilahirkan oleh para pejoang bangsa telah terkooptasi, tercerabut dari akar nilai-nilai luhur kepribadian bangsa dan cita cita moral bangsa. Sangat dibutuhkan seorang "leader" yang berani melakukan perubahan paradigm atas kehidupan sosial politik kebangsaan, bukan hanya sebagai sosok the man behind the gun tetapi "The man behind the mind"
PENUTUP
Ke 7 eks kino pendiri Sekber Golkar, mempunyai nilai kejoangan yang sama untuk membentuk karakter para kadernya, termasuk Tentara Republik Indonesia Pelajar ( TRIP ) yang merupakan cikal bakal Kosgoro , dan ikut melahirkan Sekber Golkar dan berubah menjadi Golkar.
Bahwa pewarisan nilai kejoangan para suhada 35 anggotaTRIP yang gugur pada agresi militer Belanda tahun 1947 di dalam Perang Kemerdekaan I , ini merupakan bukti bahwa pengorbanan jiwa raga harus dikenang sebagai symbol kecintaan terhadap kemerdekaan dan kejayaan bangsa. Mereka adalah martir yang menjaga moral conduct sekaligus
moralitas bangsa.
Kecenderungan Golkar mencari cari tatanan etis baru, bahkan "Pedoman Perjoangan" baru, yang sama sekali tidak diilhami oleh sejarah kelahirannya, akan menjadikan Golkar teraleniasi dan tercerabut dari akar dukungan tradisionalnya.
Golkar akan kehilangan jati diri dan sekaligus kehilangan dignity sehingga tidak memenuhi prasyarat tumbuhnya semangat joang. Tanpa semangat joang Golkar ibarat mendirikan benang basah tidak akan mempunyai kekuatan apa apa- - impotent.
Referensi ;
- Santosa, I. (2006). Hot Branding, cara paling panas mengorbitkan merek. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.
- Isman, M. Pedoman Perjoangan Kosgoro. Jakarta.
- Buku saku Anggota Partai Golkar (2004). Jakarta: Setjen DPP Partai Golkar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar