Senin, 17 Januari 2011

KRITIK ATAS KEBOHONGAN PUBLIK



Kalam;

Mengapa sampai Menkopolhukham Djoko Suyanto, atas nama pemerintah menanggapi pernyataan 17 tokoh agama, bahwa kebohongan public yang di alamatkan kepada pemerintahan SBY, tidak beralasan. Semua dokumen dan data tentang penyelenggaraan kenegaraan yang menyangkut kebijakan disertai data yang akurat oleh masing-masing Kementerian, dilakukan secara professional. Bahwa terjadi analisis lain dari data yang berbeda, tentu ini bisa di koreksi secara terbuka.

Sabam Sirait tokoh PDIP di dalam wawancara oleh Metro TV sabtu (15/1) tentang 18 kebohongan pemerintah SBY, yang disampaikan oleh pimpinan lintas agama adalah valid. Integritas keilmuan para tokoh tidak diragukan. Sabam menilai bahwa para Menteri di dalam cabinet justru tidak membantu Presiden,mereka banyak menambah keterangan yang justru memicu masalah baru. Bagaimana kelanjutan Lapindo? Krakatau Steel?

Yang menarik dari wawancara ini ketika Sabam memberi contoh adanya satu gebrakan Pemimpin Cina, Deng shioping yang secara tegas dan dingin memperbolehkan anaknya sendiri harus ditembak mati. Mungkin contoh pemimpin yang berani memberantas korupsi sampai keakarnya, dengan menghunus pedang perang, oleh seorang Presiden adalah satu tindakan yang sangat ditunggu masyarakat.Sungguh suatu tindakan yang kesatria dan dramatis.

Dari ketatnya kompetisi global, untuk memajukan negaranya ternyata pemimpin Cina unggul dalam segala hal, bayangkan dari tahun 1981 penduduk miskin di Cina sebanyak 64 %, tahun 2004 berkurang menjadi 10 %, dan pada tahun 2010 menurun lagi sampai 7%. Ini dengan perhitungan index layak hidup yang ditetapkan PBB sebesar 2 dollar/hari. Bandingkan dengan penduduk miskin di Indonesia berdasarkan data Statistik nasional, pendapatan percapita @12 rb /bln atau rp 7000 perhari . Kalau disamakan dengan index layak hidup sebesar 2 dollar perhari, maka sebesar 100 jt penduduk miskin di Indonesia masih menjadi ancaman terjadinya frustasi sosial. Bukankah ini merupakan kegagalan satu Rezim pemerintahan yang tidak pro rakyat?

Gus solah ketika ditanyakan tentang latar belakang munculnya kritik para tokoh agama menjelaskan, bahwa banyak janji pemerintah yang belum ditunaikan, seperti janji memberikan telepon seluler kepada TKI, kasus TKI yang terlantar di bawah kolong jembatan di Arab Saudi, melanggar Pembukaan UUD '45 bahwa Negara melindungi segenap rakyat Indonesia. Kasus Mafia hukum Gayus Tambunan yang keluar masuk tahanan sebanyak 68 kali, serta joki tahanan yang ditukar, dengan imbalan tertentu. Ini, justru melanggar Amandemen pasal 1 ayat 3, bahwa Negara kita adalah Negara Hukum. Kasus musibah banjir di Wasior Papua yang ditengarai akibat penebangan hutan justru dibantah oleh pemerintah. Banyak hal yang menjadikan kegelisahan dari teman2 LSM, menjadikan kritik membangun tersebut disampaikan secara terbuka oleh para tokoh agama.

Staf ahli Presiden bidang politik, Daniel Sparringa mengatakan tuduhan berbohong yang ditujukan kepada SBY merupakan hal serius karena menyangkut kredibilitas. "pecah kongsi antara fakta dengan realitas, inkonsistensi, apapun itu lebih nyaman daripada berbohong - - gagal sekalipun lebih baik" ( MI 16/1). Mungkin Daniel benar, karena skandal Watergate telah mengajarkan kepada kita, Presiden Nixon mundur karena dalam karikatur majalah Time dilukiskan sebagai Pinokio, sang pembohong.

Para pemimpin dan atau Petinggi Negara di negeri ini, dituntut untuk menjadi panutan ditengah oase keteladanan dan degradasi moral pasca reformasi. Apabila dalam realitasnya mereka lebih takut berbicara jujur daripada bohong, maka suka atau tidak suka, maka sendi-sendi ketatanegaraan akan hancur, karena martabat dan rasa kemanusiaan sudah tergadaikan. Mengutip Hamdi Moeloek, seorang pakar Psikologi politik (UI) ;"Tidak ada kebohongan yang bertahan lama. Semuanya ada batas toleransinya".

Akankah pertemuan dan dialog, antara Presiden SBY dengan para tokoh lintas keagamaan bisa menghasilkan win-win solution?Apakah inkonsistensi antara apa yang pernah di katakan dan apa yang dilakukan pemerintah masih terdapat kesenjangan dengan realitas kehidupan rakyat di grass root?

Tajuk Rencana Kompas (12/1) sesuai dengan judul diatas, saya copy paste dan memasukkannya ke Blog saya agar menjadi bahan analisis sejauh mana implikasinya terhadap kebebasan berpendapat di negeri ini. Dan mampukah pemerintah melakukan pendekatan persuasive kesemua lapisan masyarakat sehingga terbangunnya kohesifitas nasional agar kesejahteraan rakyat dapat terwujud? Semoga. (a.m.a)


 

 Keresahan sejumlah tokoh agama mengawali tahun 2011 bukan tanpa alasan.Mereka menyuarakan keresahan ummat. Pamrihnya kepentingan public. Oleh karena itu, pertemuan para tokoh agama yang digagas Maarif Institute, Senin (10/1), itu bermakna profetis. Di antaranya jauh dari muatan politik praktis, kecuali sesuai dengan fungsi kenabian agama-agama menyarakan apa yang dirasakan ummat. Dan, justru dalam konteks fungsi itu, seruan mereka syah secara etis dan moral, sepantasnya mendapatkan perhatian .
 

Seruan profetisnya jelas. Pemerintah mengadakan kebohongan-kebohongan public, menyitir istilah Ahmad Safyii Maarif. Kekuasaan atas nama rakyat dikelola tidak terutama untuk kebaikan bersama. Seruan itu terdengan sarkastis, yang menggambarkan gentingnya keadaan. Kebohongan tidak saja dilakukan eksekutif, tetapi juga yudikatif dan legeslatif – tiga lembaga Negara demokratis.

Peristiwa actual-heboh pelantikan terdakwa kasus korupsi walikota Tomohon Jefferson Rumajar dan penanganan terdakwa kasus mafia pajak Gayus Tambunan sekadar dua contoh. Legalitas pelantikan berbenturan dengan rasa keadilan public. Kasus plesir Gayus ke Bali, Makau,dan entah kemana lagi mungkin hanya aberration (penyimpangan) kasus raksasa masalah mafia pajak.

Dua contoh di atas merupakan puncak gunung es sikap dasar (optio fundamentalis) tidak jujur, tertutup praksis politis yang menafikan kebaikan bersama sebagai acuan berpolitik. Media massa sudah nyinyir menyampaikan praksis kebohongan yang seolah-olah majal berhadapan dengan kerasnya batu karang nafsu berkuasa. 

Begitu liat- rakusnya kekuasaan sampai kebenaran yang menyangkut data pun dinafikan . kebohongan demi kebohongan dilakukan tanpa sadar sebagai bagian dari praksis kekuasaan tidak pro-rakyat. Jati diri sosiologis praktis para tokoh agama adalah menyuarakan seruan profetis, representasi keresahan dan keprihatinan umat. Kita tangkap dalam ranah itulah kritik atas kebohongan public para tokoh agama. Hendaknya disikapi sebagai seruan profetis, seruan mengingatkan rakusnya kekuasaan, dan ajakan elite politik kembali kepada jati diri sebagai pelayan masyarakat.

Kritik atas kebohongan niscaya disampaikan semata-mata karena rasa memiliki atas masa depan negeri bangsa ini. Seruan mereka tidak dengan maksud mengajak ber revolusi, tetapi menyuarakan nurani etis moralistis. Mereka pun tidak bermaksud membakar semangat revolusioner, tetapi penyadaran bersama tentang gawatnya keadaan. Suara kenabian mengajak laku otokritik, bersama-sama melakukan evaluasi dan refleksi. Bahwa kekuasaan atas mandate rakyat perlu dikelola untuk bersama-sama maju.

Pluralitas Indonesia sebagai realitas yang sudah niscaya perlu terus dikembangkan, dimanfaatkan sebagai sarana memajukan rakyat. Sekaligus menghentikan 'pat gulipat' apologetis atas nama rakyat. Rakyat seharusnya menjadi titik pusat dan batu penjuru atas praksis kekuasaan. ***

 

Sabtu, 15 Januari 2011

Pembonsaian Kesultanan Yogyakarta dan Pragmatisme Politik

Oleh ; Abdul Muin Angkat
                                                               
          Kalam :
                Pernyataan Presiden SBy  selepas rapat cabinet Indonesia bersatu jilid dua,tentang monarki yang bertabrakan dengan demokrasi  sangat kontraversial, beliau meminta agar fungsi beliau sebagai kepala Negara dan sebagai ketua dewan Pembina partai (democrat), bisa dibedakan. Hal itu justru ditanggapi oleh berbagai kalangan secara beragam.Ada yang mengatakan bahwa terjadi persaingan pengaruh untuk memberi peluang kepada calon tertentu pada Pemilu 2014, dimana saingan terberat  adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang sekarang sedang menggalang kekuatan bersama Suryo Paloh, tokoh Ormas Nasional Demokrat(Nasdem) yang ditengarai akan berujud partai politik baru, satu dua tahun mendatang.
                Oleh pemerintah hanya disebutkan bahwa pelaksanaan demokrasi di dalam Negara republic Indonesia dilakukan secara seragam, seorang Gubernur  sebagai kepala daerah harus  dipilih,  sesuai dengan undang-undang, bukan ditetapkan.
                Daerah Itimewa Yogyakarta, dimana rakyatnya sedang ditimpa musibah berkepanjangan, karena letusan merapi  yang dimulai tanggal 26 oktober 2010, telah menghancurkan infrastruktur  desa-desa disekitar Gunung Merapi  melalui erupsi  ‘wedhus gembel’ yang memakan korban jiwa ratusan orang. Menanggapi desakan pemerintah, mereka mengatakan ; …”kalau belum bisa mensejahterakan, janganlah menyakiti hati rakyat”, keluhan ini, terdengar miris dan sangat manusiawi.
                Kenapa negeri yang adem ayem dari  hingar  bingar  politik itu, dikejutkan dengan issue yang tidak terduga, pada saat titik lemah psikologis para warganya sampai di titik nadir? Apakah  ini satu pertanda bahwa Sultan tidak diinginkan oleh saingan-saingan politiknya untuk berkiprah secara bebas dalam dunia politik, sementara kraton dianggap hanya berfungsi sebagai pelestari budaya dan pernak-pernik kesenian? Bukankah  hubungan antara ‘ngarso dalem’ dan rakyatnya  merupakan  pengejawantahan simbolis jawa, manunggaling kawulo gusti? Dan mengapa Sultan  harus dipisahkan dari rakyat nya?

               
Demokrasi  Liberal.
Walaupun Gamawan selaku Mendagri menyebutkan bahwa  di dalam pembahasan RUUK Daerah Istimewa Yoyakarta,  nilai  konstitusi, demokrasi dan sejarah menjadi tolok ukur pembahasan, akan tetapi secara subjektif beliau juga mengungkit masalah suksesi dan hak singgasana yang turun temurun, baik  sebagai pengganti Sultan maupun sebagai pengganti Paku Alam. Malah pengandaian karena semua keturunan Sultan adalah putri,  apakah  seorang putri berhak  untuk menjadi Sultan kelak? Mengapa Negara terlalu jauh mengurusi kraton? Bukankah itu hak prerogative para pewaris  kraton? Manuver  Ditjen Otda yang mengklaim hasil penelitian kementerian Dalam Negeri, bahwa  71 % rakyat yogya mendukung dilakukannya pemilihan langsung untuk pemilihan Gubernur, terbantahkan oleh politisi Golkar Setya Novanto (rakyat merdeka, 8/11/’10), yang mengatakan bahwa hasil survai yang dilakukan oleh Golkar sebaliknya, menunjukkan bahwa 60- 70 % rakyat yogya menginginkan gubernurnya ditetapkan. Sedangkan data lainnya yang terdapat pada hasil Pemilu 2009, yang menetapkan Ratu Hemas sebagai anggota DPD, didukungan rakyat DIY sebesar 80%, bukankah kontradiktif dengan penelitian Kemendagri?
Akhirnya kita akan membaca kearah mana issue sensitive ini akan bergulir, apakah kepentingan politik atas nama parpol koalisi sangat berkepentingan untuk memanfaatkan peluang Gubernur  DIY, sebagai lahan baru memperluas kekuasaannya, atas nama ‘demokrasi’? atau secara konsisten mengakui factor kesejarahan , konstitusi, asal usul,  dan Peraturan pemerintah yang mengakui eksistensi Daerah Istimewa Yogyakarta?
 Sebagaimana peta dukungan yang bergulir, bahwa yang tegas membela penetapan Gubernur adalah PDIP, sedangkan Partai Demokrat, PAN, PPP, dan PKB biasanya berakhir sebagaimana anak manis, mendukung sikap pemerintah, meskipun kadernya di Parlemen bersuara lain. Sungguh ironis, demi kepentingan golongan dan Partai politik, misi partai, yang seyogianya memperjuangkan  kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, diselewengkan secara sistematis.
Demokrasi liberal yang dikenal selama ini dengan system pemilihan suara terbanyak (1/2 + 1), ternyata di adopsi persis system pemilihan di Amerika. Apa yang selama ini telah disepakati  dan tertuang dalam  Pancasila, sebagai ideology Negara, pada sila keempat, …”kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan  dalam permusyawaratan /perwakilan” justru memberi arti penting bahwa pemilihan langsung, bukanlah satu-satunya cara pemilihan yang sesuai dengan demokrasi Indonesia. Aklamasi, sebagai satu kesepakatan hasil musyawarah dan permufakatan juga merupakan pelaksanaan demokrasi yang konstitusional. 

Etika Politik.
Pemahaman nilai-nilai etis di dalam dunia politik seyogianya mengacu kepada pertanyaan, apakah pantas seorang kepala Negara sebagai pimpinan tertinggi  rakyat Indonesia dan dipilih oleh 60% penduduk masih juga merangkap sebagai ketua dewan Pembina  sebuah partai? Bukankah lebih etis apabila seorang pimpinan Negara apabila terpilih menjadi  Presiden secara otomatis meletakkan jabatannya di dalam struktur kepemimpinan partai? Implikasi negatifnya adalah terjadinya standar ganda dan  conflict of interest untuk kepentingan partainya. Dan mengapa hal ini tetap dipertahankan semenjak rejim Orde baru Soeharto, sampai kepada Megawati, Gus Dur, dan sekarang SBY?.
Pendapat Agun Gunanjar Sudarsa dari Partai Golkar yang mengatakan, agar pejabat yang duduk di dalam lembaga eksekutif agar melepaskan jabatannya di Parpol mendapat sambutan dari Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK), termasuk dari beberapa pengamat politik dari LIPI. (Rakyat Merdeka 5/12 2010).
Hubungannya  dengan gonjang ganjing pembahasan RUUK-DIY, bahwa pendapat SBY yang sangat kontoversi tersebut  ditengarai terlalu dipolitisasi, untuk kepentingan tertentu, bukan sebagai pernyataan seorang Presiden yang bijak dan mengayomi rakyatnya. Terbukti penjelasan tentang ‘monarki’ tidak dijelaskan secara rinci maksud dan analisisnya. Malahan Gamawan selaku Mendagri yang dituskan untuk memberi penjelasan pemerintah, di dalam berbagai dialog di TV, dianggap oleh dosennya sendiri, Saldi Isra guru besar Universitas Andalas sebagai orang yang tidak mengerti sejarah. Sejak itu puasa bicara pun dilakukan sampai kini, mungkin sudah ditegur oleh Sang Presiden SBY.
Pragmatisme Politik.
Dalam Elements  of philosophy, LO Kattsoff menjelaskan bahwa  Penganut pragmatism, memegang teguh pada praktek. Mereka memandang bahwa hidup manusia sebagai perjuangan untuk hidup yang berlangsung  secara terus menerus, yang di dalamnya terpenting ialah konsekwensi-konsekwensi yang bersifat praktis.Konsekwensi-konsekwensi yang bersifat praktis tersebut erat kaitannya dengan makna dan kebenaran. Sedemikian dekatnya sehingga seorang penganut pragmatism menganggap dua hal tersebut merupakan ketunggalan.
Sama hal nya dengan C.S Peirce sang peletak dasar Pragmatisme mengatakan, untuk memastikan makna apakah yang dikandung oleh sebuah konsepsi akali, maka kita harus memperhatikan konsekwensi-konsekwensi praktis apakah yang niscaya akan  timbul dari Kebenaran konsepsi tersebut. Jika tidak menimbulkan konsekwensi-konsekwensi praktis, maka sudah tentu tidak ada makna yang dikandungnya. Semboyan yang menarik dalam penjelasan ini adalah; . . .”apa yang tidak mengakibatkan perbedaan tidak mengandung makna”.  
Secara umum  bagi pragmatism pengetesan atas pengetahuan yang benar adalah a) kemanfaatan kegunaan (utility), b)dapat dikerjakan (workability),c)akibat yang memuaskan (satisfactory consequences). Nilai suatu kosep tergantung pada penerapannya yang konkrit dalam masyarakat. Pragmatisme adalah suatu pemikiran yang mendasarkan aspek praktis, kemanfaatan, akibat yang ditimbulkan dari sesuatu, atau pendekatan situasi untuk memecahkan suatu problem.
Sebaliknya bagi John Dewey, yang  terpenting bukan benar atau tidaknya pengetahuan, melainkan sejauh mana manusia dapat memecahkan masalah yang muncul di masyarakat  dalam kehidupan yang nyata. Suatu ide yang dianggap  benar dalam rangka proses penggunaannya (penerapan )oleh manusia. Oleh sebab itu kebenaran harus diverifikasi secara eksperimental, dan bukan hanya berguna secara pribadi. Kebenaran adalah public bukannya privat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, yang dikeluarkan oleh Balai Pustaka (2003), politik nasional di artikan sebagai tindakan Negara dalam rangka pembinaan serta penggunaan potensi nasional yang digunakan secara efektif untuk tujuan nasional, maka apa yang dikemukakan  oleh SBY selepas Rapat Kabinet tentang benturan antara Monarki dan Demokrasi, dalam konteks pembahasan tentang RUUK DIY, bisa di kategorikan sebagai konstatasi pragmatism politik.
Monarki adalah system kerajaan yang turun temurun sesuai dengan silsilah keluarga kerajaan yang ditetapkan secara otomatis menjadi Raja atau Sultan. Bukankah ini bertentangan dengan system Demokrasi, dimana kedaulatan dipegang sepenuhnya oleh rakyat? Dari,dan untuk rakyat adalah prinsip utama didalam system ketatanegaraan di mana seorang pemimpin  dipilih secara langsung secara bebas umum  dan rahasia.

Dalam pemikiran pragmatism, soal issue,  ‘Monarki’ di dalam suatu pemerintahan demokratis tentu dianggap bertentangan secara in concreto. Atau terdapat contradictio interminis  di dalamnya. Oleh sebab itu suatu kebenaran harus di veryfikasi secara eksperimental. Lebih daripada itu menurut pemikiran pragmatism apakah keistimewaan yang diberikan kepada suatu Daerah, sekalipun telah dinyatakan  bahwa Negara telah mengakui keberadaan berdasarkan  asal usul kesejarahan nya, diterima  oleh seluruh rakyatnya? Hal ini  masih bisa di analisis sesuai dengan factor kegunaan praktis, dan sejauh mana konsekwensi kepuasan masyarakat terhadap pilihan penetapan seorang Sultan yang secara otomatis berperan sebagai Gubernur, dan kenapa bukan pemilihan secara demokratis.  Itulah mungkin yang menjadi dasar pertimbangan seorang Presiden sebagai seorang pemikir akademis melontarkan wacana  monarki tersebut, terlepas dari berbagai tanggapan masyarakat yang kontraversial.

Pragmatisme kebenaran,  menurut William James dapat dibuktikan  a) secara empiris, b) ada  kesesuaian atau koherensi dengan fakta sebelumnya dan c) mempunyai nilai yang lebih tinggi, yang merupakan kemajuan. Apabila ketiga postulat tersebut  terpenuhi, maka dapatlah disimpulkan bahwa penerimaan keistimewaan suatu daerah adalah valid. Pertanyaan selanjutnya, benarkah pemikiran pragmatism ingin menembus fakta kearah perubahan dunia? Atau,  apakah keinginan  ini tidak terlalu ambisius, kalau diterapkan di Indonesia?

Keniscayaan sebuah keputusan Negara.
Dalam persfektif keaslian Penjelasan UUD 1945, sebelum diamendemen sebanyak 4(empat) kali, tahun 1999,2000,2001, dan 2002  maka beberapa hal yang positip yang tertulis pada pasal 18 bagian 2 rumawi, berdasarkan  nilai historis dan visi kedepan,  yang dirancang oleh founding fathers (BPUPKI dan PPKI), dan yang di syahkan tanggal 18 agustus 1945, sehari setelah kemerdekaan RI, terdapat hal- hal yang fundamental.
Pertama, bahwa NKRI terdiri dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Daerah Istimewa NAD, dan Daerah khusus ibukota Jakarta yang berdasarkan konstitusi. Daerah lainnya  yang tertulis dalam Penjelasan UUD tersebut, seperti desa di jawa dan Bali, negeri di Minangkabau, dusun dan marga di  Palembang, dan sebagainya, ternyata berpotensi untuk mendapatkan penghargaan. Dan  dengan pertimbangan tertentu,  dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Di dalam  Penjelasan UUD 1945  tersebut, tertulis  kalimat yang berbunyi, . . .oleh karenanya  dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa ternyata telah dihilangkan  di dalam amandemen, dan diganti dengan pasal 18 B,berbunyi,  …“Negara  mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undangTerhadap perubahan fundamental ini, maka peluang sebuah daerah yang seperti yang disebut diatas, mempunyai kekhususan atau keistimewaan tertentu tertutup kemungkinannya untuk diakui pasca kemerdekaan Indonesia.
Kedua, Di dalam Penjelasan pasal 18 bagian 2 romawi, alinea kedua, dinyatakan; …”Negara RI menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan Negara yang mengenai daerah-daerah itu  akan mengingati hak-hak asal usul daerah tersebutSedangkan pada pasal 18 B butir (2) hasil amandemen, telah berubah menjadi ; …” Negara mengakui dan menghormati kesatuan – Kesatuan  masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur dengan undang-undang.
Dengan bunyi pasal 18 B, butir (2) hasil amandemen, maka pengertian akan kepastian tentang penghormatan atas kedudukan DIY yang semula bersifat pasti dan mengikat, dirubah menjadi pengakuan yang sumir dan penuh interpretative, dengan kalimat ; …”mengakui dan menghormati - - sepanjang masih hidup sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan prinsip NKRI diatur dalam Undang-Undang.
Apa indikasi bahwa campur tangan pemerintah terlalu jauh untuk mengobok-obok keistimewaan tersebut tercermin di dalam rancangan  RUUK DIY yang telah diserahkan pemerintah kepada DPR.  Pada Bab VI Rancangan  tentang Tata Cara pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur disamping yang berasal dari  Sri Sultan dan Sri Paku Alam  dan kerabat, (ayat 1 dan2) selanjutnya  tertulis pada ayat 3, masyarakat umum. 
Tentang calon dari masyarakat umum, diuraikan selanjutnya di dalam pasal 19, bahwa mekanisme pencalonan calon dari parpol atau gabungan parpol, berlaku ketentuan perundang-undangan tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dengan adanya dua kategori yaitu Gubernur utama dan Gubernur biasa di dalam rancangan tersebut maka telah terjadi pemisahan antara manajemen kesultanan yang mengurusi adat istiadat, dan manajemen pemerintahan yang mengurusi administrasi serta pembangunan.
Inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan banyak pengikut (john Maxwell). Tentu terjadi perdebatan mengapa ada dua leader di dalam suatu daerah? Apakah ada Gubernur biasa tidak kalah pamor dengan Gubernur utama( karena mempunyai charisma yang tinggi ) di dalam mempengaruhi rakyatnya? Atau apakah Gubernur biasa yang dianggap berfungsi sebagai manager, yang diartikan sebagai orang yang secara khusus, senantiasa memikirkan kegiatan perencanaan, koordinasi dan memimpin kegiatan, untuk mencapai suatu tujuan pemerintahan?
Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai arti yang luas daripada manajemen. Seandainya Gubernur biasa bertindak selaku manajer, padahal wibawa  kepemimpinannya rendah, maka bagaimana mungkin tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien karena tidak didukung sepenuhnya oleh staf ?Dengan kata lain, bahwa pemimpin adalah inti manajemen. Artinya  tercapainya tujuan manajemen apabila ada pemimpin. Tapi dengan dua pemimpin? Bukankah ini justru menimbulkan friksi terpecahnya dua kubu pendukung dari sebuah birokrasi?

Sikap politik Rakyat Yogya 
Pada apel akbar yang dihadiri oleh 5000 orang di lapangan candibinangun Sleman Yogyakarta (29/12/2010), digagas oleh Geram (gerakan rakyat mataram), bersama paguyuban luruh-lurah di kabupaten Sleman. Sebuah bendera warna kuning dengan lambang haba, yang merupakan lambang  Kraton Ngayogyakarta hadiningrat dikibarkan ditengah lapangan berdampingan dengan bendera Merah Putih sebagai lambang republik Indonesia.
Mereka melatih Satgas penetapan.  - - kami meminta penetapan, bukan pemilihan baik langsung maupun tidak langsung melalui DPRD kata Sukiman. Sementara bunyi spanduk di dalam apel tersebut terdapat tulisan, Istimewa atau referendum.  Apa makna di balik pernyataan ini?

Tunda pembahasan RUUK DIY.
Founding fathers telah menetapkan Pancasila sebagai ideology Negara, dan membreak down inti isi Pancasila kedalam UUD 45 secara konstitusional. Pada penjelasan UUD 45 secara tegas telah dinyatakan kedudukan Daerah Istimewa dan Daerah Khusus. Ini merupakan ketentuan konstitusi sebagai amanat yang seyogianya di patuhi dan taat asas. Adapun amandemen terhadap UUD 45 yang telah dilakukan sebanyak empat kali secara realitas telah merubah inti isi penjelasan UUD 45. Dan yang paling memprihatinkan parlemen telah menghilangkan penjelasan UUD 45 secara dipaksakan, dan tidak diikuti oleh penjelasan baru mengapa di dalam amandemen tersebut tidak diberikan rasionalisasi  bahwa penjelasan tersebut perlu  dihilangkan. Padahal di dalam setiap amandemen yang dilakukan oleh negara super power sekali-pun, alasan pembenar terjadinya suatu perubahan yang principal selalu di ikuti oleh hukum logika.
Ditinjau dari segi historis, kejadian pasca Proklamasi 17 agustus 1945, persisnya tanggal 25 agustus 1945, Jakarta diserang oleh sekutu, dimana NICA ikut memboceng masuk ke Indonesia. Dengan bubarnya pemerintahan pusat, maka seluruh aparatnya di boyong ke Yogyakarta dengan menaiki kereta api, dan ditetapkan bahwa Yogyakarta sebagai ibukota republic Indonesia. Selama  tiga setengah tahun pemerintahan pusat berada di yogya, maka yang memfasilitasi adalah Sultan HB IX.
Amanat pengakuan merdeka dan bergabung dengan  RI yang ditegaskan oleh Sri Sultan pada tanggal 5 September secara defacto dan dejure merupakan kontrak politik antara dua Negara yaitu Kesultanan Yogyakarta dengan RI. Kesultanan Yoyakarta tidak pernah dijajah Belanda, dan adalah suatu wilayah kesultanan atau Negara, yang sudah merdeka dan di akui oleh dunia internasional, sebelum Indonesia merdeka. 
Maklumat Sri Sultan HB IX, berbunyi; …”(3) perhubungan antara negeri ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerintahan pusat NRI, bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas negeri kami langsung kepada Presiden Republik IndonesiaArti statemen di atas, bahwa terjadi negosiasi, dengan masuknya Yogya  kedalam struktur RI, maka kekuasaan dan eksistensi Kesultanan Yogyakarta seyogianya di jamin oleh Undang-Undang.
Dengan pertimbangan diatas, seyogianya pembahasan tentang RUUK-DIY, ditunda karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Disamping itu ada beberapa alasan mengapa pembahasan tersebut harus ditunda; 1)menjaga harmoni NKRI sebagai satu kesatuan pemerintahan yang kuat dan berwibawa, 2)menghindari friksi diantara pendukung penetapan, dan pemilihan, oleh DPRD sehingga mengganggu stabilitas politik, 3)menghargai pandangan para pembentuk Negara yang telah memikirkan jauh kedepan tentang kedudukan NKRI sebagai satu pemerintahan baru yang nasionalis sebagai gabungan system kerajaan dan Negara bagian, 4)Komitmen kenegaraan yang tinggi secara jujur dilaksanakan dengan ikhlas karena tanpa bantuan Kesultanan Yogya Indonesia Indonesia merdeka hanya mimpi,5) pragmatism politik yang menjadi dasar lahirnya RUUK DIY  dengan melakukan  verifikasi- eksperimental, pengujian, dan mencari tahu konsekwensi dan kegunaan praktis segala sesuatu,  tidak sesuai dengan sila Ketuhanan yang Maha Esa, dan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. karena kemerdekaan RI plus minus,  adalah berkat rahmat Tuhan YME, dan budi baik manusia sebaiknya dibalas dengan setimpal, 6)Pidato Presiden Soekarno jangan sekali-kali melupakan sejarah adalah  adagium yang seyogianya ditaati oleh para pemimpin politik agar tidak tergelincir di dalam pengambilan kebijakan yang salah, 7) Penerusan pembahasan RUUK –DIY akan menjadi pemicu konflik berkepanjangan yang mengancam keutuhan NKRI, 8) Diperlukan amandemen ke lima untuk mengembalikan penjelasan pasal 18 (I&II), UUD 45 secara murni dan konsekwen.
              

  



     
               

               

Jumat, 07 Januari 2011

SINGA PODIUM (yang teduh), DARI MEDAN

(Memperingati usia 80 tahun Drs. Osman Simanjuntak)
Oleh : Drs. Abdul Muin Angkat, M.M.

Kalam.

Pada tanggal 27 desember 2010, saya mendapat surat dari Medan, yang dikirim oleh Bung Bonggas Simanjuntak yang mewakili putra putri Pak Osman Simanjuntak, merencanakan menerbitkan buku yang berjudul: "Perjuangan dan Pengabdianku" yang akan diterbitkan pada bulan maret 2011 yad., dalam menyambut usia yang ke 80 tahun. Di dalam bagian kedua buku tersebut, akan berisikan tulisan tentang pandangan dan pendapat teman, sahabat dan orang dekat beliau, yang mengenal sosok Pak Os seperti sering saya panggil selama ini.

Saya merasa mendapat kehormatan yang tinggi, sehingga saya segerakan menulisnya persis diawal tahun 2011, sebagai penghargaan atas komitmen, keberanian dan kejujuran beliau sebagai politisi dan tokoh kosgoro yang loyal, menjadi panutan, ditengah krisis kepemimpinan Bangsa dan degradasi moral para politisi muda yang haus kekuasaan dan materialistik. Tokoh Osman Simanjuntak adalah senior saya, teman seperjuangan Mas Isman alm., eks Komandan TNI Brigade 17/detasemen I Trip (Tentara Republik Indonesia Pelajar) Jenderal yang menjadi komunikator rakyat pendiri Kosgoro. Sedangkan Pak Os, adalah eks Tentara Pelajar (TP), Sumatera Utara, yang mempunyai akses ke Tentara Pelajar Jawa tengah yang dikomandani oleh Mas Martono. Sebagaimana diketahui gabungan Tentara Pelajar Jawa tengah dan Trip Jawa Timur membentuk Brigade 17 dengan kesatuan lainnya.

Tulisan ini saya masukkan di Blog saya untuk memperkaya visi dan pemahaman 'orang-orang muda' sekaligus sebagai sumber ketauladanan bagi pemimpin masa depan bangsa.(a.m.a)

Apa yang teringat dari sosok pejuang yang sederhana, Pak Osman Simanjuntak profil pendidik yang mengayomi, keras, tapi sebenarnya teguh dalam prinsip, luwes dalam penampilan? Ada dua sisi yang terpadukan dalam kehidupan Pak Os (saya memanggilnya demikian), antara dunia pendidikan dan dunia politik, seperti air yang mengalir. Dari dunia pendidikan Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Medan, tempat beliau mengabdi, menjadikan proses transfer ilmu pengetahuan berjalan simultan sebagai sumber inspirasi dan pemikiran yang tak pernah habis.

Seorang ilmuan yang memperkokoh jati dirinya di dalam kapasitas dan kompetensi seorang pendidik namun secara tak terasa diseberang sana beliau berdiri, memasuki celah dan kisi-kisi 'pertarungan' politik yang sangat keras, tapi dengan kesejukan pandangan yang mengayomi. Pak Os sangat rasional dan kritis, sehingga kalaupun Pak Os bicara agak keras (nadanya), tapi dapat dipastikan bahwa lawan debatnya dapat memahaminya karena alasan yang dikemukakan sangat logis dan rasional. Pak Os dijuluki 'singa podium' kalau sedang bicara di mimbar politik.

Sering Golkar pada masa Amir Moertono dan Benny Moerdani, menganggap Kosgoro terlalu kritis mengkritik, padahal yang melahirkan Sekber Golkar adalah Kosgoro sendiri, Tentu yang berada di depan adalah Pak Os yang selalu menjadi jubir Kosgoro, baik sewaktu Mas Isman masih ada, maupun masa kepemimpinan Pak martono. Walaupun beliau akademisi, tapi bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa rakyat yang terang, lugas, tanpa bertele-tele. Sama dengan Mas Isman, beliau mempraktekkannya bahasa rakyat secara in-concreto itulah bahasa Kosgoro.

Dari langkah-langkah politik yang dijalani Pak Os sejak dari anggota DPRD Sumut, sebagai ketua Pimpinan Daerah kolektif Kosgoro Sumatera utara, sampai menjadi anggota DPR RI fraksi Golkar, kepemimpinan Pak Os sudah teruji di lapangan. Sebagai eks Tentara pelajar Sumatera utara, militansi dan daya juangnya tentu mempunyai 'krenteg' yang sama dengan eks pelajar pejoang Trip Jawa timur, eks Tentara pelajar Jawa tengah serta eks Tentara pelajar Jawa barat.

Satu-satunya Tentara pelajar bersenjata di dunia hanya ada di Indonesia, diantara dua Negara lainnya seperti Vietnam dan Aljazair yang merdeka karena perang. Menurut Mas Isman sekitar 5000 pelajar/mahasiswa telah ikut mengangkat senjata dalam perjuangan perang kemerdekaan sejak 1945 sd 1950. Tak salah rombongan mahasiswa Filipina yang dipimpin oleh putra Magapagal, pada tahun 1949, napak tilas dari Gabru, Wlingi sampai ke Malang untuk melihat secara dekat basis perjuangan pada masa gerilya Tentara pelajar bersenjata Trip Jawa Timur. Mereka sangat bangga terhadap perjuangan pelajar bersenjata satu-satu nya di dunia.

Pengenalan pertama saya dengan Pak Os ketika saya sebagai moderator, mendampingi beliau, pada tahun 1980–an, dimana DPP Generasi Muda (GM) Kosgoro melaksanakan Forum orientasi dan Tatap Muka (Forta) untuk Indonesia bagian Barat, di hotel Transera, Gambir Jakarta. Forta adalah semacam kaderisasi untuk memahami Pedoman Perjoangan kosgoro serta memperluas visi kebangsaan dari perspektif Ipoleksosbud-hankam. Pak Os ditunjuk Mas Isman selaku Ketua Umum dan pendiri Kosgoro, untuk memberikan ceramah tentang Relevansi pengabdian, Kerakyatan dan Solidaritas terhadap pembangunan bangsa.

Pak Os yang bangga dengan kader-kader mudanya, begitu sejuk memberi dorongan dan nasehat kepada kader-kader muda yang kala itu sangat progresif dan militant. Dengan saling asah, asih, dan asuh Pak Os akhirnya mengakui bahwa peranan GM Kosgoro berhasil membesarkan Kosgoro dengan semangat joang yang tinggi. Bung Jhony Baginda sebagai eksponen dan Deklarator GM Kosgoro, saat itu secara kritis meng evaluasi bahwa pada masa itu PPK Kosgoro mengalami stagnan, dan di isi oleh GM.

Dengan penuh kerendahan hati yang sangat familiar, Pak Os memberikan semangat, bahwa di dalam alam demokrasi, . . . " berbeda pendapat adalah fitrah, karena lawan berdebat adalah teman berpikir" - - keindahan alam demokrasi hanya bisa dirasakan apabila di dalamnya mengendap kejujuran, keterbukaan dan keikhlasan. Barangkali itulah kalimat yang sangat berkesan selama ini yang di tularkan oleh Pak Os, kepada anak-anak muda Kosgoro, kita hanya berlawanan di ruang rapat, di luar rapat kita bersaudara, sehingga budaya kritis dan keterbukaan itu merebak sampai sekarang. Bahkan beliau dengan guyonannya sering memberikan 'joke', bila ketemuan dengan teman-teman DPR di senayan, mereka dari partai lainnya sudah paham, akan perbedaan dan karakteristik politisi yang berasal dari Kino mana.

kalau mau tahu, ciri-ciri orang kosgoro adalah.. bila orangnya kritis, kumel dan sederhana, dan sering lupa sisiran, contohnya Sarwono (mantan Menteri Lingkungan hidup), (hahaha semuanya ketawa). Kalau orangnya perlente, pakai dasi, rapi, pasti orang Soksi, dan kalau orangnya santun, agamis, dan suka kompromi, pasti MKGR. Memang hegemoni Golkar dengan dukungan Tri Karya pada masa itu sangat luar biasa, karena dari 244 anggota parlemen 34 orang berasal dari Kosgoro. Dan saya masih ingat ketua paguyuban DPR RI – asal Kosgoro adalah Bung Ben Silitonga (anak buahnya Pak Os), sangat rajin memberi kostribusi bulanan, ketika itu saya sebagai sekretaris Grup Diskusi Nasional Kosgoro, dan diketuai oleh Sarwono Kusumaatmadja.

Menurut pendapat saya sejujurnya, Pak Os berhasil menempa kader-kader muda di Generasi Muda Kosgoro Sumatera Utara sebagai kader yang militant, nasionalis, berani, kritis dan konsisten terhadap nilai-nilai perjuangan Kosgoro yang dikomandoi oleh mas Isman. Mas Sutarjo, bung Muhyir Hasibuan, Bung Mahmuddin Lubis, Bung Sahdan, bung Wisnu, ditambah 7 s.d 8 orang kader Kosgoro yang duduk di DPRD Sumatera Utara, pada masanya. Tak salah bila setiap Rapat PPK yang diperluas, maka poros Sumatera utara (Pak Os), poros Sulawesi Selatan (Pak Yasin Limpo), dan poros Jawa tengah (Herman Nawawi) di tambah dengan DKI (pak Bendol alm.), menjadi peserta rapat dan barometer pengambilan keputusan pada hal-hal yang bersifat penting, yang diputuskan oleh Kosgoro di Pusat. Ketika Pak Jasin Limpo menceritakan kepada saya, bahwa posisi strategis Kosgoro sebagai poros tengah diantara NU dan Muhammadyah, maka 3 serangkai Pak Yasin, Pak Os, dan Pak Bendol adalah yang sering dipanggil Pak Harto, bersama Mas Isman ke Istana. Kekuatan Poros tengah Kosgoro, sebagai Ormas kebangsaan, sangat diperhitungkan, diantara dua Ormas Keagamaan besar adalah suatu kebanggaan, sejarah masa lalu dimana peran strategis Kosgoro sangat dibutuhkan menjadi kekuatan penyeimbang. Sayang posisi itu sekarang hilang tanpa bekas.

Masa kepemimpinan Amir Moertono, S.H. sebagai ketua umum DPP Golkar, periode 1978 sd 1983 posisi Kosgoro sebagai salah satu kino pendiri sangat kritis konstruktif menanggapi manuver politik Golkar pada saat itu. Dan, yang selalu ditunjuk oleh Mas Isman dalam Munas Golkar, untuk mewakili Kosgoro sebagai juru bicara, adalah pak Os, sehingga beberapa julukan khas untuk Kosgoro dianggap sebagai 'anak nakal' dalam keluarga besar. "Sepanjang Golkar tidak lari dari komitmen kerakyatannya, maka Kosgoro akan tetap memberikan aspirasi politiknya kepada Golkar" rupanya konstatasi ini cukup memerahkan telinga para petinggi di Golkar. Pada Mubes IV Kosgoro di Semarang, tahun 1978, tiga tokoh Tri Karya, Isman (Kosgoro), Soegandi (MKGR) dan Suhardiman (SOKSI) sebagai cikal bakal Sekber Golkar bergandengan tangan.

Dalam Mubes V Kosgoro tahun 1985 ketika diadakan reorganisasi badan-badan di dalam lingkungan Kosgoro, untuk menghindari tumpang tindih dan pemborosan, di adakan penggabungan Bamuhas (Badan Musyawarah Pengusaha) Kosgoro, dengan Kosgoro Business Group (KBG) dengan nama baru, HITA (Himpunan Wiraswasta) Kosgoro. Tidak salah kalau nama tersebut berhasil diloloskan oleh sidang komisi karena Pak Os, mengawalnya dengan rapi. HITA, adalah frasa kekitaan atau kebersamaan dalam bahasa Batak. Walaupun pada Mubes ke VI, HITA berubah lagi menjadi Bamuhas, tapi Pak Os cukup puas pernah menorehkan ide kewira usahaan (entrepreneurship) sebagai basis penting dalam kiprah pengembangan Kosgoro ke depan. Kedekatan hubungan pribadi antara Pj. Ketua umum, Martono yang juga merangkap sebagai Menteri Transkop, menggantikan Mas Isman, pasca wafatnya Mas Isman tahun 1982 memberikan warna kepemimpinan Pak Os selaku salah satu ketua, yang tegas kritis dan mumpuni di dalam mewarnai perjalanan Kosgoro.

Pada saat terjadinya perpecahan di tubuh Kosgoro antara kubu Hayono Isman yang menamakan dirinya Independen, dan kubu Agung laksono yang menamakan dirinya Kosgoro 1957, Pak Os kelihatan sangat terpukul. Diwajah beliau tidak tampak keceriaan seperti dulu. Beliau hanya memesankan agar ada orang yang dekat kepada Mas Agung dan dipertemukan dengan Mas Hayono Isman. Sesulit apapun tapi penyatuan kembali Kosgoro yang didirikan oleh Tentara Pelajar Pejuang TRIP, seyogianya mengadakan islah. Suatu hari, Pak Os disela-sela rapat Majelis pertimbangan organisasi di jakarta mengatakan, . . ."kami sebagai pejuang tidak pernah merasa ada dua Kosgoro, karena almarhum Mas Isman sebagai democrat tulen, tidak akan menyukai adanya perpecahan."

    Semoga apa yang diharapkan Pak Os, di usia yang ke-80 tahun, agar terjadi rekonsiliasi antara dua kubu yang terpecah, akan menjadi kenyataan. Waktu jualah yang akan membuktikan bahwa watak Mas Isman yang gandrung akan persatuan akan di gugu dan ditiru oleh kader-kadernya yang cinta damai dan demokratis. Semoga Pak Os diberikan kesehatan dan panjang umur oleh Tuhan YME, dan cita-cita, keteguhan prinsip, watak serta pengabdiannya kepada nusa bangsa menjadi api dan obor perjuangan bagi generasi penerus. Dirgahayu.
  












 

TULIP DARI SINAI DAN SAJAK-SAJAK IQBAL YANG LAIN

Sajak-sajak Muhammad Iqbal

Kalam.
Iqbal sebagai filsuf muslim pasca Newton, dan Einstein, telah berusaha merefleksikan problematic materi,ruang dan waktu. Pada abad ke-4 dan ke-5 SM, filsuf-filsuf Thales, Anaximandros, dan Heraklitos sudah memulai usaha untuk menerangkan pengertian materi. Bagi mereka "materi" lebih luas dari sekedar lingkup kebendaan. Akan tetapi mereka belum sampai pada konsep 'materi yang dijiwai' seperti misalnya pada mahluk hidup, karena belum membedakan antara benda mati dan benda hidup. Segala sesuatu dianggap memiliki daya kehidupan.

Pengertian materi dalam arti sempit, seperti pandangan masa kini belum dibicarakan. Namun demikian Demokritos telah berusaha menerangkan materi dengan teori atomnya, walau yang dimaksudkan bukan atom dalam ilmu fisika. Demokritos memandang bahwa atom adalah unsur pembentuk benda-benda maupun jiwa. Konsep ini cenderung menerangkan keberadaan ruang kosong yang menjadi problem kefilsafatan. Ia menerangkan bahwa ruang kosong merupakan tempat dari atom-atom (Peursen; 1981).

Ilmu fisika klasikmenggambarkan materi sebagai sesuatu yang bersifat tetap. Materi terdiri dari banyak atom sebagai sesuatu yang ada, objektif dalam ruang dan waktu. Perkembangan selanjutnya materi dianggap sebagai massa yang positif dan negative, kemudian materi akhirnya bukan seperti butiran I yang kontinyu atau partikel yang bersifat diskontinyu, tetapi sekaligus secara komplementer materi dipandang sebagai gelombang energy yang kontinyu.

Iqbal mengutip pendapat Bertrand Russel, yang mengatakan bahwa teori teori relativitas Einstein telah merusak pengertian tradisional tentang substansi yang melebihi dalil-dalil filsafat. Benda yang bagi tanggapan umum adalah sesuatu yang tetap berada sepanjang waktu dan bergerak di dalam ruang, tidak dapat dipertahankan lagi. Benda bukanlah suatu yang tetap ada dengan keadaannya yang berubah-ubah, melainkan suatu sistem peristiwa yang saling berhubungan. Lenyaplah kepadatan bersama karakteristik benda yang oleh materialism dianggap lebih nyata daripada pikiran (Iqbal; 1966).

--- "alam adalah kenyataan dalam gerak maju. Alam semesta bukanlah sebuah benda melainkan perbuatan, aliran dari 'chaos ke kosmos. Iqbal menerima pikiran Einstein, - - alam bukanlah produk yang sudah selesai, tidak berubah".Sebaliknya Iqbal menolak pandangan Aristoteles, tentang alam semesta yang terdiri atas materi yang tetap dan hanya berubah dalam bentuk.

Selain itu Iqbal juga berpandangan, bahwa realitas pada akhirnya bersifat rohani atau spiritual. Rohani menampilkan diri dalam kehidupan alami, material maupun duniawi. Oleh karena itu segala sesuatu yang bersifat bendawi pada akhirnya bertopang pada akar rohani. Materi saja tidak mungkin memiliki substansi, apabila tidak berakar pada dunia ruhani (spiritual). Tidak ada dunia profane dalam arti tidak bersumber pada Tuhan. Materi merupakan ruang lingkup bagi perealisasiaan diri ruh (Saiyidan, 1981).

Setiap atom dari energy Ilahi, walaupun rendah dalam suatu wujudnya adalah suatu diri, dan derajad kedirian tertinggi dicapai oleh manusia karena manusia dapat menyebut "Aku Ada". Tujuan dari diri ego, adalah selalu berjuang untuk mengukuhkan individualitasnya. Usaha ini tidak terbatas pada manusia, namun gejala ini Nampak pada semua organism. Iqbal berpendirian, bahwai alam semesta itu, merupakan organism yang selalu tumbuh dan terbuka bagi ciptaan baru Tuhan.

Sekurang-kurangnya pemikiran Iqbal telah mampu menjelaskan materi, ruang dan alam semesta, dan membawa kita kearah pemikiran spiritual kearah pengukuhan eksistensi manusia terhadap alam semesta dan relasinya kepada Tuhan. Dalam pada itu pemahaman dan refleksi pemikiran tersebut akan menjadi oli pelumas untuk mempercepat turbo mesin penggerak nurani kita. (bahan; Sudaryanto berjudul ; Pandangan Iqbal Tentang Materi, Ruang dan Waktu, diambil dari Jurnal Filsafat UGM, jilid 33, 2003)

Tulisan dibawah ini adalah sajak-sajak Muhammad Iqbal yang diterjemahkan oleh Prof. Dr Abdul Hadi WM, Guru besar filsafat pada Universitas Paramadina, saya copy paste dari Notes yang di Tags kepada saya, semoga menjadi pengayaan universal di alam maya kehidupan. Salam (a.m.a ) 


TULIP DARI SINAI

Di bawah kuasa-Nya dunia  bergantung
Segenap makhluq dicipta untuk menaati perintah-Nya
Matahari sendiri tak lebih hanya tanda
Dari sujud alam yang lama di kening hari

Hatiku berkobar oleh nyala api dalam kalbu
Kepada bingai semesta, air mata darah meminjamkan
Penglihatanya. Ia yang tahu asyik nama lain dari Cinta
Bisakah sesat dari rahasia kehidupan?

Dunia hanya debu dan hati adalah buahnya
Hanya darah setetes yang membuatnya bingung
Jika kami tak memiliki penglihatan lahir dan batin
Tentu dunia akan terasa asing bagi kami

Musik cinta menemukan alatnya pada manusia
Rahasia ia singkap, dirnya satu semata dengan-Nya
Tuhan mencipta dunia, manusia membuatnya indah
Manusia adalah kerabat kerja dan sahabat Tuhan

Apa guna kalbu dalam dada, tanyamu
Akal yang dlimpahi rasa oleh Sang Pencipta
Jika rasa dalam dirimu hidup, hidup pulalah kalbumu
Jika tidak akal akan berubah menjadi debu

Jangan omeli apa tujuan hidup di bumi
Baik nikmati saja keajaibannya yang menawan
Kucintai pngembaraan jauh yang berkali-kali
Sebab setiap keberangkatan tantangan bagiku

Kau matahari, aku planet berputar mengitari-Mu
Diterangi oleh penglihatan-Mu
Terpisah dari-Mu adalah derita bagiku
Kau Kitab Agung, aku hanya setitip huruf di dalamnya

Disebut Cina, Arab, Parsi dan Afghan
Kita ini milik sebuah taman besar, pohon agung
Lahir di musim semi itulah keluhuran
Membedakan warna kulit adalah dosa besar

Dunia kita ini masih percobaan seorang pemahat
Perubahan demi perubahan akan ia alami siang malam
Pahatan Nasib memerintahkan kita bekerja terus
Memberi bentuk, sebab dunia masih pahatan kasar

Belajarlah dari kuntum bunga tentang hidup, o Hati!
Ia adalah perlambang hidupmu yang selalu mencari cahaya
Ia menyembul jauh dari kegelapan bumi
Namun sejak lahir memiliki mata di sinar matahari

Jika kau tahu kemungkinan-kemungkinanmu yang terpendam
Embun akan bisa kaucipta menjadi lautan
O Hati, mengapa mengemis terang kepada sinar bulan?
Nyalakan lampumu sendiri agar terang malam-malammu

Kau masih terikat pada warna kulit dan ras
Maka kausebut aku Afghan atau Turkoman
Namun aku pertama kali manusia, nyata manusia
Baru kemudian bisa kausebut India atau Turkistan
 

TUHAN DAN MANUSIA

Tuhan:
Kubuat dan kubentuk dunia ini daru empung yang sama
Kaubkini Iran, Ethiopia dan Mongolia
Dari tanah Kubuat besi, murni tak tercampur yang lainnya
Kamulah yang menjadikannya pedang dan senjata
KKau bikin kapak untuk menebang pohon yang Kutumbuhkan
Dan membuat sangkar untuk burung-burung yang berkicau bebas
 
Manusia:
Kau mencipta malam, aku mencipta lampu untuk meneranginya
Kau membuat lempung, darinya aku bikin cawan minuman cerlang
Kau jadikan hutan belantara, gunung dan padang rumputan
Aku cipta kebun, taman, jalan-jalan dan padang pengembalaan
Kurubah racun brbisa menjadi minuman segar
Akulah yang mencipta cermin cerlang dari pasir.


DARI  'ASRAR-I KHUDI ATAU RAHASIA DIRI

Apabila kepada manusia di muka bumi
Cinta telah menyingkap pengetahuan Diri
Rahasia penjajahan akan dibaringkan telanjang
Di hadapan sekalian budak-budak
Menjadi `Attar, Rumi, al-Razi atau Ghazali
Semua jalan harus ditempuh dengan upaya keras
Mula-mula  terdengar keluh kesah fajar
O Pebimbing jalan yang bijak
Walau mufasir  lamban langkah jalannya
Jangan hapus kepercayaanmu kepada mereka
Mereka ini tidak kekurangan semangat

O Burung yang dikirim dari sorga
Mati lebih baik daripada hidup diperbudak
Sebab ini  yang membuatmu lemah tak dapat terbang
Menjadi faqir adalah lebih baik
Dibanding menjadi Darius atau Iskandar Agung
Ketiadaan harta seorang faqir yang beriman
Akan melahirkan keberanian singa Tuhan
Kebenaran dan tak takut adalah hakekat keberanian
Singa-singa Tuhan takkan mau menempuh
Jalan yang dilalui seekor rubah 


SANDOR PETOFI

(Penyair muda Hongaria awal abad ke-20 yang gugur di medan perang mempertahankan negerinya, namun tiada tugu peringatan baginya karena jasadnya tak ditemukan)

Untuk sesaat
Di taman dunia ini
Kau nyanyikan lagu pengantin mawar,
Dan karenanya
Hati yang satu bersorak gembira
Dan yang lain merasa sedih.
Dengan darah
Kau lukis kelopak tulip
Merah membara.
Dengan pandang pagi harimu yang sejuk
Kausingkap pelan-pelan hati tunas mawar.
Dalam sajak gubahanmu
Kau jumpai kuburmu yang lebih terhormat.
Kepada rahim bumi
Kau tak akan  dan tak akan kembali
Sebab kau tidak dilahirkan oleh bumi.


KAPITALIS DAN BURUH

Duniaku adalah hiruk pikuk pabrik baja
Sedang duniamu adalah melodi indah organ gereja
Duniaku semak belukar timbunan pajak
Yang harus dibayar kepada penguasa
Duniamu Sorga dengan sidrah dan tubanya
Arak dengan kemabukannya adalah minumanku
Minumanmu berasal dari Adam dan Hawa
Angsa, kakak tua  dan merpati adalah burungku
Huma dan simurgh adalah harta kerajaanmu
Bumi dan isi dalam perutnya adalah milikku
Membentang dari bumi ke langit adalah wilayahmu. 


PERCAKAPAN COMTE DAN KAUM BURUH

August Comte:

Seluruh  umat manusia adalah kesatuan yang saling berhubungan
Mereka itu seperti daun dan dahan
Darui sebuah pohon nan besar.
Jika otak manusia merupakan tempat duduk Akal
Dan jika kakinya terikat kepada tanah
Hal ini oleh karena keduanya dibelenggu
Oleh ketentuan Alam yang tak terelakkan.
Seseorang memerintah, manusia lain harus bekerja
Keduanya hanya mengikuti ketentuan itu.
Seorang Namrud atau Mahmud tak dapat
Mengerjakan pekerjaan budak seperti Ayaz.
Tidakkah kau lihat, disebabkan pekerjaan itulah
Kalian menjadi berbeda? Hidup
Menjelma taman, dengan mawar dan duri keduanya

Buruh:

Filosof. Kau memperdayaku ketika berkata
Bahw aku takkan pernah bisa
Melepas jalanku dari lingkaran tenung
Yang kaubikin. Kau langkahi
Loyang demi emas, dan mengejarku
Menyerah kepada nasib.
Dengan cangkulku kugali saluran air
Di sana kutangkap tawanan lautan
Dan kuambil susu dan madu dari kedai Alam.
Pembawa barang rahasia yang asing
Hadiah untuk si Kohkan malang ternyata kauberikan
Kepada Parvis si kaya raya dan penganggur,
Hingga sakitlah hati si malang.
Jangan pulas yang salah menjdi benar
Dengan filsafatmu.
Kau tak dapat mengelabui penglihatan Khaidir
Dengan tipuan khayali.
Kaum kapitalis yang tak punya kesibukan
Selain makan, tidur dan bersanggama
Adalah beban di muka bumi ini
Mereka gemuk dan bergizi disebabkan buruh
Dan budak-budak yang bekerja keras
Tidakkah kau tahu si penganggur itu
Tidak lain adalah perampok sejak dilahirkan?
Kejahatan pemodal ingin kau maafkan
Seluruh filsafatmu membuat kau sendiri kebingungan.


PERADABAN

-- Liga Bangsa-bangsa, sekarang Persatuan Bangsa-bangsa
 
Manusia, yang berseri-seri wajahnya
Dihiasi pupuk peradaban
Kini merpertunjukkan debu hitam ciptaan
Seraya membayangkan dirinya cermin cerlang
 
Kepalan tinjunya disembunyikan
Dalam sarung tangan sutra yang indah
Hasil kalamnya membuat ia penuh pesona
Pedang katanya telah ia simpan
 
Hamba tanah liat ini kini membangun
Rumah berhala perdalamaian dunia
Kemudian menari-nari berputar-putar
Mengikuti lagu serling perdamaian
 
Namun ketika perang tidak terelakkan
Segera ia campakkan cadar pura-puranya
Lantas tegaklah ia bangkit maju ke depan
Bak musuh yang begitu haus akan darah.