Minggu, 02 September 2012

Sambutan Penganugrahan “Indonesia’s Qualified Profesional” di Hotel Harris Tebet, Jakarta. (Oleh Wkl Ketua umum PPK Kosgoro Abdul Muin Angkat).


 

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Selamat malam Selamat Datang di Ibukota Republik Indonesia Jakarta yang sangat terkenal dengan sebutan kota macet dan banjir yang tak terperikan.

    Bapak ibu kami sampaikan ucapan selamat atas terpilihnya bapak / ibu untuk menerima penganugrahan Indonesia's Qualified Profesional, yang nanti akan disampaikan oleh Ketua Harian Yayasan Citra Insani Jakarta. Sebagaimana bapak/ibu ketahui bahwa Yayasan ini sudah lama bergerak dalam Pengembangan sumber daya insani yang memberikan supporting bagi kemajuan kemanusiaan dan peradaban khususnya dalam bidang karya nyata dan ide-ide kreatif.

    Selama ini mereka mengamati kapasitas kerja, integritas kerja
kolektif secara periodic melalui mass media local dan informasi lainnya yang berhubungan dengan apa,siapa dan bagaimana performans bapak/ibu dikantor masing-masing. Dengan metoda pengolahan data tertentu Tim ahli Yayasan telah memilih deretan nama-nama yang sebentar lagi akan diumumkan.

    Qualified Profesional adalah seseorang yang mempunyai kompetensi dalam suatu pekerjaan tertentu. Kalau seorang employ menggunakan kapasitasnya dalam menunjang quality atau memberlakukan kapasitasnya untuk quality maka maka pintu sukses akan berada diambang pintu.

    Ada dua pandangan menyangkut profesionalitas. Pandangan pertama menyatakan ; seorang professional hanya terkait dengan pendapatan. Bukan keahlian .Menurut pendapat saya justru seorang profesional terkait dengan keduanya ya pendapatan, ya keahlian. Seorang professional harus ahli, Dia harus punya skill yang spesifik Oleh karenanya justru dia akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Bukan sebaliknya ! . Semua keberhasilan itu akan lebih lengkap kalau disertai dengan "rasa syukur" kepada Allah swt, Tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan karunia dan barokah.

    Pandangan kedua menyatakan, bahwa seorang professional di dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan Juklak dan Juknis. Pekerjaan diluar skema itu tentu akan mendapatkan tambahan pendapatan.

    Merujuk pendapat Tanri Abeng, seorang professional harus mampu menguasai IPTEKS. Secara mendalam mampu melakukan kreativitas dan inovasi atas bidang yang digelutinya, berpikir positip dan menjunjung tinggi etika dan integritas profesi.

    Dalam semangat itulah Penganugrahan "Indonesia's Qualified Profesional" menjadi relevan untuk meningkatkan daya saing bangsa sekali lagi kami ucapkan Selamat !! Wabillahi taufik wal hidayah wassalamu alaikum warrahmatullahi wabarakatuh (ama 1 septrember 2012).

    


 

.

    
 

    

Indonesia Negara Gagal?


Kalam;
    Gambaran buruk dalam Index negara gagal 2012 yang dipublikasikan Lembaga riset nurlaba the fund for peace (FFP) di Washington (AS), Indonesia menempati peringkat ke-63 dari 178 negara. Status 2012 lebih buruk ketimbang ketimbang tahun lalu yang menempati urutan ke-64 dari 177 negara.
    Dalam konteks Asia Tenggara, Indonesia berada dalam urutan ke-6 negara terburuk dan jauh tertinggal dibandingkan denga anggota ASEAN lainnya, seperti Thailand (84) Vietnam (96), Malaysia (110),Brunei (123), dan Singapura (157). Menurut index yang disusun FFP bekerjasama dengan majalah Foreign Policy , semakin besar angka peringkat, semakin tinggi tingkat stabilitas dan semakin rendah tekanan yang dihadapi Negara tersebut.
    Kajian FFP menyebutkan kondisi Indonesia memburuk terutama di tiga dari 12 indikator yang menyusun index kegagalan Negara. Ketiga indicator tersebut menyangkut tekanan penduduk, kegalauan kelompok minoritas, dan lemahnya perlindungan hak azasi manusia.
    Tulisan Daoed Joesoef dalam Kompas 12 juli 2012, mungkin bisa memberi solusi terhadap persoalan ini setidaknya kita bisa berharap seperti Negara Finlandia urutan ke-178 negara paling stabil di dunia, karena kehidupan politik, ekonomi, supremasi hukum,perlindungan hak azasi manusia dan pelayanan public benar-benar terjamin baik, di Indonesia mungkinkah?.
.
    Pada 16 agustus 2007, Boni Hargens sudah menulis bahwa Indonesia, ketika memasuki usia ke-62 masih gagal "menjadi Indonesia". Sejak 1970, abad lalu , saya sudah memprediksikan hal ini dan saya katakan langsung kepada Presiden Soeharto 6 januari 1982. Melalui tulisan di media massa, saya ingatkan setiap pemerintahan baru di era reformasi supaya berusaha mencegah kegagalan pembentukan Negara bagsa kita. Ketidak suksesan pembangunan ekonomi mengindonesiakan Indonesia. Mereka semua tidak menggubris. Mereka lupa, mereka dipilih tak melulu untuk memimpin, tapi sambil mendengan dan membaca juga pendapat orang-orang yang berada di luar lingkungan terdekatnya. Presiden SBY menyanggah pernyataan Indonesia Negara gagal. Dia bahkan sampai menyatakan penilaian tersebut berlebihan dan karenanya mempermainkan kebenaran itu, menurut dia, mempermainkan Tuhan.
    Adalah logis Indonesia menjadi Negara gagal karena sejak penyerahan kedaulatan nasional dari Belanda ke Indonesia tidak pernah ada usaha kolektif berupa pembangunan nasional yang sistemik, koheren, konsisten, terarah, dan kontinu. Yang selama ini dilakukan oleh penguasa Negara silih berganti adalah pembangunan bidang ekonomi berdasarkan resep penalaran ekonomika,Bank Dunia, IMF dan Lembaga financial internasional lainnya. Kedua usaha ini memang saling terkait, tetapi jekas berbeda secara fundamental dalam tujuan dan ukuran suksesnya. SBY dan para penasehat ekonomi serta mereka yang memagarinya perlu menyadari bahwa Negara bangsa Indonesia bukan lahir dari penalaran buku teks ekonomika, melainkan dari suatu revolusi yany ditakdirkan Tuhan bernatur unik. Realitas historis ini adalah suatu kebenaran dan mukjizat ilahiah . Akuilah memang ada yang salah dengan visi pembangunan dari semua pemimpin pasca revolusi kita selama ini.
Horizontal dan vertikal
    Bagaimana bisa disebut Indonesia Negara berhasil kalau sampai sekarang, saat memasuki usia ke-67, masih ada saja daerah bagiannya yang ingin memisahkan diri, tidak betah lagi bergabung dalam NKRI, bosan menjadi bangsa Indonesia. KeIndonesiaan kita terbukti gagal, baik secara horizontal maupun vertical. Secara horizontal tetap rapuh karena hubungan antar kelompok (etnis dan kedaerahan) belum terpadu secara integralistik.
    Secara vertical tetap rawan berhubung sepak terjang para pemimpin politik dan kepartaian mereka tidak menggairahkan perkembangan spirit nasionalisme dikalangan warga Negara. Kompas 2 juli lalu memberitakan betapa konflik antar warga atau dengan aparatur pemerintah ternyata masih menyala di Aceh, Lampung dan Sulawesi tenggara, yaitu daerah-daerah yang selama ini menjadi area konflik.
    Dinamika masyarakat digerakkan oleh dua set keadaan, yang oleh sosiolog Robert Merton disebut "laten" dan "manives". Yang "laten" adalah kekuatan-kekuatan yang tidak kita sadari atau samar-samar disadari atau di mana kesadaran mengenai hal itu memainkan peran yang tidak penting. Yang "manives" merupakan proses di mana kesadaran tentang prose situ sendiri—yaitu citra tentang natur dari masyarakat dan proses social dalam pikiran manusia – memainkan peran yang signifikan dalam menentukan perilaku manuasia dan jalannya kejadian-kejadian social.
    Artian "laten" tadi meliputi nyaris keseluruhan proses kehidupan makhluk hewan, tetapi tidak lagi bagi makhluk manusia. Sedangkan kesadaran sudah masuk ke dalam system social human sejak dini, tidak hanya kesadaran diri (self awareness), tetapi lama kelamaan juga tentang keseluruhan system di mana manusia itu berakar. Kita tidak bisa mengatakan apa yang akan dilakukan oleh system kecuali bila kita ketahui apa yang dipikirkan oleh para anggotanya mengenai system yang bersangkutan sebab apa-apa yang mereka pikirkan memengaruhi perilaku mereka dan perilaku itu memengaruhi system.
    Jadi citra tentang dunia dalam pikiran manusia menjadi unsure esensial dalam proses kejadian dunia itu sendiri. Ideologi merupakan bagian dari citra yang dianggap manusia sangat bernilai bagi identitas dan citra dirinya sendiri dan, dank karena itu, dia siap sedia untuk mengembangkan dan mempertahankan. Suatu citra dunia akan menjadi ideology bila ia menciptakan dalam pikiran manusia yang menghayatinya suatu peran bagi dirinya sendiri yang dinilainya sangat tinggi. Persiapan yang cukup lama, konsisten dan kontinu dari kelahiran Negara bangsa Indonesia, mentransformasi ideology etnis-kedaerahan menjadi ideology kebangsaan.
    Maka, karakteristik esensial pertama dari ideology adalah suatu interpretasi historis yang cukup dramatis dan meyakinkan sehingga individu merasa mengidentikkan dirinya dengan sejarah itu dan pada gilirannya dapat memberikan kepada individu sebuah peran dalam drama yang digambarkan dan dicetuskan oleh sejarah tadi. Ideologi kemerdekaan nasional menggambarkan sejarah sebagai suatu drama besar pembebasan manusia melalui perang revolusiner mengusir penjajah. Dengan menjadi "rakyat Indonesia" dan tidak sekedar "orang daerah" (Aceh, Papua dll), individu mengidentikkan dirinya dengan drama ini dan menerima sebuah peran disitu. Kemenangan perang revolusioner akan mengakhiri penindasan, menegakkan keadilan dan kemerdekaan nasional, serta merehabilitasi harkat manusia bagi seluruh warganegara Indonesia.
    Namun, para pemimpin dan politikus kita, termasuk SBY, kiranya tak menyadari, pengertian "bangsa" bukanlah deskriptif. Suatu bangsa bukanlah satu fakta. Ia abadi karena berupa status nascendi yang permanen, dari natur nya ia selalu in potential, tidak parnah in actu. Jadi istilah "bangsa" bukan mengatakan keadaan melainkan suatu gerakan, suatu kemauan, suatu usaha bersama karena mau hidup bersama.
    Maka, ketika Negara selaku manivestasi dari "bangsa yang terorganisir" lalai mengadakan gerakan pembangunan nasional berupa usaha kolektif sistematik, koheren, konsisten, terarah dan kontinu, satu persatu individu, suku, atau daerah yang merasa peran yang dibayangkannya dalam dunia Indonesia yang merdeka jadi semakin tidak pasti, jauh dari memuaskan atau dilecehkan oleh pihak lain atau diingkari oleh penguasa, mulai memikirkan ideology lain yang menjanjikan.
    Kita memang harus memberantas separatism demi keutuhan NKRI. Tetapi kita berkewajiban memahgami sebab musabab timbulnya gerakan separatism tersebut. Coba renungkan ! Sambil mengibarkan bendera yang lain daripada sang saka merah putih, menembakkan peluru dan melayangkan anak panah, para separatis berteriak, bukan minta kenaikan produk nasional bruto, melainkan menuntut agar "diwongke" sebagai manusia bermartabat diajak berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Mereka sadar benar mereka sudah eksis dan relative mumpuni jauh sebelum kelahiran Indonesia.
Paradigma Baru
    Berarti kita dituntut bukan untuk mencari arah baru untuk mengatasi ketimpangan ekonomi yang semakin melebar. Selama "pembangunan" direduksi dari "pembangunan nasional" menjadi "pembangunan ekonomi" tok dan pelaksanaannya didadarkan pada penalaran ekonomika pure and simple selama itu pula pembangunan kita akan berjalan ke "arah yang salah" karena penalaran ekonomika itu justru mengarahkannya kesana. Kita dituntut menetapkan sutu paradigm baru pembangunan secara nasional. Yang perlu kita perkaya adalah manusia bukan ekonomi ditengah mana manusia itu hidup. Yang harus kita selamatkan ditengah paradigm baru tadi, adalah eksistensi Negara bangsa karena Ia adalah gabus tempat kita semua mengapung.
    Dengan kata lain, Bappenas bukan perlu menyiapkan satu "Master plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI), melainkan "Master plan Percepatan Pembangunan Negara Bangsa", sesuai panggilan lembaganya yaitu "badan Perencanaan Pembangunan Nasional", sesuai sebutan dengan isi. Konsep paradigm baru pembangunan mendatang itu harus memperhitungkan hal-hal yang selama ini diabaikan begitu saja.
    Pertama, pembangunan adalah pembangunan nasional yang holistic, bukan pembangunan ekonomi yang sektoral. Kita jangan lagi berpikir dalam term ekonomi karena yang dipertaruhkan bukan lagi bidang ekonomi, melainkan eksistensi Negara bangsa. Ekonomika tetap dipakai tetapi sebagai bagian dari pembangunan nasional, bukan sebaliknya. Penalaran ekonomika harus melayani kebutuhan pembangunan nasional, bukan sebaliknya. Berarti konsep pembangunan tidak perlu lagi didikte ajaran dan pesan dari "the economics of development" tetapi harus didasarkan pada ide "the cultural realisties" dari dinamika social bawaan revolusi -45 yang telah melahirkan Indonesia, berupa sekaligus Negara dan bangsa.
    Kedua, hargai suku sebagai kelompok etnis dari orang- orang yang punya self esteem, bermartabat, turut disertakan dalam usaha kolektif yang terorganisir yang menentukan nasib bersama. Usaha mengIndonesiakan Indonesia mengisyaratkan memanusiakan semua dan setiap warga Negara Indonesia di manapun berada.
    Ketiga, dalam memanfaatkan sumber daya alam (natural endowment ) hendaknya kita punya "etika masa depan". Ini bukan etika yang dirumuskan sekarang guna ditetapkan di masa mendatang, melainkan yang digariskan sekarang untuk diterapkan sekarang juga demi eksistensi masa depan. Artinya, kita tidak boleh serakah lupa daratan sehingga melupakan peluang serupa yang diperlukan bagi kehidupan anak cucu. Dengan kata lain natural endowment yang kita "kuasai" saat ini bukanlah "warisan" nenek moyang melainkan "pinjaman" dari anak cucu yang harus bisa dikembalikan pada waktunya kepada mereka dalam kondisi bernilai sama, kalaupun tak bisa berpotensi lebih besar sebagai bunga pinjaman.
    Keempat, pendidikan formal perlu diberi prioritas pertama dan utama. Indonesia adalah satu2 nya bangsa di dunia yang puluhan tahun sebelum merdeka selagi masih dijajah asing, sudah mengadakan system pendidikan nasionalnya sendiri guna menyiapkan orang-orang yang berjiwa merdeka dan siap berjuang merebut kemerdekaan. Sesudah merdeka sekarang adalah wajar sekali apabila kita membangun pendidikan yang sistemnya menyiapkan warga yang nerjiwa Indonesia dan mampu membangun Negara bangsa.
    Kelima, Setiap langkah dan proyek pembangunan di manapun merupakan penerapan Pancasila. Artinya ia jelas mencerminkan Pancasila tanpa ribut mengungkapkannya sebagai lip-service politik semata. Politik bukan demi berpolitik tetapi demi pembangunan nasional agar tidak menjadi Negara gagal.(ama)


 

 

 

 

 

 

 
   
 

 

 

 

 

 

 

 

Rabu, 22 Agustus 2012

5 Indikator Kemandirian Bangsa sudah runtuh ( Refleksi 67 tahun Indonesia Merdeka) )



Kondisi Indonesia kini dinilai memprihatinkan. Lima indikator kemandirian bangsa  alami keruntuhan. 

“Lima kemandirian bangsa yang telah susah payah dibangun para pendiri bangsa berpuluh-puluh tahun kini sudah runtuh”. 

Kata pengamat Ekonomi Politik Ichsanuddin Noorsy dalam diskusi 67 tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan Kaula Muda Indonesia (KMI) di Galeri Café Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat kemarin.

          Lima kemandirian bangsa  tersebut disebutkan Noorsy  yakni pangan, energy, keuangan, infrastruktur  dam harga diri bangsa. Dia memaparkan indicator lima bidang tersebut alami keruntuhan.
  • Pertama kedaulatan pangan. Menurutnya, Pangan kini tidak berdaulat lagi karena sebagian  besar kebutuhan diperoleh dari impor. 
  • Kedua, Energi. Pengelolaan energy seperti minyak dan pertambangan  dikuasai asing.
  • Ketiga, Keuangan. Diungkapkannya pengelolaan keuangan Negara  amburadul. Indikator itu  bisa dilihat   dari  penguasaan per Bankan oleh asing.
  • Kempat, Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur Negara ini bergantung kerjasama dengan Negara asing. 
  • Kelima, Harga diri bangsa. Dia mengatakan dengan kondisi  seperti sekarang semua sector penting dikuasai asing maka otomatis harga diri bangsa ini sudah jelek. 
  Noorsy menegaskan dirinya tidak anti asing. Kerjasama melakukan pembangunan boleh saja melibatkan asing. Tetapi dengan catatan prinsip kerjasama harus setara seperti yang tercetus di Dasa sila Bandung di Konferensi Asia Afrika. Tidak seperti sekarang, kerjasama tidak berimbang. Posisi Indonesia  berada dibawah  Negara memiliki modal.

 Dengan kondisi bangsa seperti ini, Indonesia jangan bermimpi bisa bersaing di pentas persaingan global. Bangsa kita bersaing dengan Negara-negara tetangga saja kemungkinan kalah. “Karena kualitas sumber daya manusia kita rendah dan teknologi payah”, katamya.

  Dia menuturkan untuk membenahi bangsa ini dari keterpurukan, Indonesia memerlukan kepemimpinan yang tegas dan berani menolak kepentingan asing. Dia pesimis hasil Pemilu 2014  akan membawa Indonesia  lebih baik jika tidak melahirkan pemimpin yang berani. Sebab Indonesia sudah banyak menanda tangani kerjasama dengan asing.

 Keprihatinan terhadap kondisi bangsa juga disampaikan Ketua umum Kesatuan Buruh Hanura, Kusumah Soekasah. Dia menilai diusia Negara ini  yang terus bertambah  kondisi Negara semakin tidak menentu. Dia mengkoreksi pelaksanaan reformasi yang semakin jauh dari harapan.

 Kusumah mengatakan, salah satu tujuan reformasi  yakni supremasi hukum. Tetapi perkembangan terkini penegakan hukum belum berjalan dengan baik. Penegakan hukum tebang pilih dan sering melukai rasa keadilan masyarakat.
  
  Salah satu tujuan penting reformasi yakni memberantas korupsi, tetapi sampai sekarang korupsi, kolusi dan nepotisme  masih marak terjadi” kata Kusumah disela-sela  buka puasa bersama  anak yatim piatu kemarin di Jakarta., kemarin.

 Yang paling miris, akar budaya bangsa kini terancam punah akibat kegagalan reformasi. Dia melihat system musyawarah mufakat  di dalam pengambilan keputusan gotong royong masyarakat  dalam mengatasi persoalan  sudah memudar. Secara umum  masyarakat cenderung individualistic.

  Kegagalan tersebut menurutnya disebabkan para pemimpin bangsa lebih mementingkan  kepentingan pribadi dan kelompok saja. Egois.

   Dia mengajak semua elemen bangsa yang peduli akan nasib bangsa ini  mendorong para elite agar menyadari kekeliruannya  mengelola bangsa. Kembali kepada hati nurani.
 Kusumah bangga dengan kader Partai Hanura yang sejauh ini tidak ada  yang terlibat kasus korupsi.
          
 Ketua umum KMI, Edi Humaidi mengajak semua elemen bangsa tidak takut kepada intervensi asing. Semangat keberanian yang pernah dicontohkan  para pahlawan melawan asing harus dilanjutkan. 

(FAQ)Rakyat Merdeka 11 agustus 2012.     

Kamis, 26 Juli 2012

Sambutan pada Penganugrahan “The Most Creative People Award 2012” di Hotel Harris Tebet Jakarta (Oleh; Abdul Muin Angkat Wakil Ketua Umum PPK Kosgoro)


 

  • Selamat datang di Jakarta
  • Selamat Malam
  • Assalamualaikum Wr Wb.


 

Pertama-tama izinkan kami mengucapkan Selamat atas terpilihnya ibu/bpk/saudara dalam rangka penganugrahan "the most creative people Award 2012" di Hotel Harris Jakarta pada malam yang berbahagia ini.

Dengan suatu metode pengolahan data tertentu Yayasan Citra Insani, telah menentukan criteria dan parameter pemilihan dari sumber-sumber yang valid tentang apa, siapa dan bagaimana personality, performans ibu/bpk/saudara di daerah masing masing.

Yang penting adalah ibu/bpk/saudara telah melakukan suatu kinerja yang baik, dengan memberikan suatu kontribusi yang spesifik terhadap Daerah ditempat saudara berkiprah yaitu kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan seseorang melahirkan sesuatu yang baru berupa gagasan, maupun karya nyata. Bagaimana individu mampu mengkombinasikan, memecahkan dan menjawab masalah secara orisinil dan bermakna.

Sternberg, mengatakan bahwa seseorang yang kreatif pertama adalah orang yang dapat berpikir secara sintesis; yang dapat melihat hubungan-hubungan dimana orang lain tidak mampu melihatnya . kedua, orang yang mempunyai kemampuan meng analisis, menerjemahkan teori yang abstrak ke hal-hal yang praktis sehingga mampu meyakinkan orang lain terhadap ide-ide dan gagasan yang strategis.

Dalam semangat itulah Yayasan secara terus menerus mempersiapkan SDM yang cerdas dan kreatif untuk meningkatkan daya saing bangsa kearah yang lebih kompetitif.

Daya saing tanpa kreativitas seperti sayur tanpa garam, jadikanlah kreatifitas sebagai awal penemuan kembali peradaban Bangsa besar di dunia, baik dalam bidang seni budaya maupun teknologi maupun politik.

Sebagai oleh-oleh dari Jakarta marilah kita renungkan "kreativitas" Jakowi yang berhasil memenangkan pertarungan Pilkada tahap 1 dengan Foke seorang Incumben dengan hasil fantastis 42 persen versus 34 persen. Jakowi berhasil melihat kerinduan 'orang kecil' yang sangat dekat dengan pemimpinnya. Selama ini Seorang Gubernur DKI Jakarta sangat mempunyai jarak dengan rakyatnya, mereka adalah mantan seorang jenderal atau 'priyayi' yang sangat menjaga wibawa, penampilan atau harga diri. Mereka terlalu hanyut dengan budaya aristocrat, kaya dan kurang menyelami isi hati rakyat kecil, dari kehidupan dan keterpurukan mereka.

Jakowi datang dengan keramahan dan kesederhanaan, dia lebur dengan hati masyarakat khususnya pedagang, petani, tukang beca, sopir taxi, angkot , masyarakat terpinggirkan, kelompok feri-feri, yang merasa dianak tirikan di ibukota. Jakowi berhasil merebut hati rakyat yang sudah jenuh dan bosan dengan janji-janji, dengan pencitraan dan arogansi.

    Mari kita doakan bersama agar Jakowi memenangkan pertarungan putaran kedua, Kita butuh seorang penerobos, breakthrough leadership, pemimpin yang dipercaya rakyatnya, kreatif bervisi kerakyatan dan menjunjung tinggi tatanan moral. Selamat malam, wabillahi taufik wal hidayah wassalamu alaikum warrah matullahi wabarakatuh.


 

    

Rabu, 25 Juli 2012

Sambutan pada “The Most Agent for Development Indonesia” di Hotel Harris Tebet Jakarta (oleh; Wakil Ketua Umum PPK Kosgoro).


 


 

  • Selamat datang di kota Jakarta
  • Selamat malam
  • Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh


     

Terlebih dahulu Kami mengucapkan selamat atas terpilihnya ibu/bpk/sdr dalam rangka penganugrahan "the most agent for development Indonesia 2011, di Hotel Harris Jakarta pada malam yang berbahagia ini.

Dengan suatu metode pengumpulan data tertentu yayasan telah menentukan criteria yg tidak mudah dari beberapa responden di daerah, atau sumber berita yang sangat valid, tentang apa, siapa dan bagaimana personality dan performans ibu/bapak/sdr dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini ditunjukkan dari instansi hasil kinerja tempat ibu/bapak dan sdr berkiprah, apakah dalam bidang pendidikan, birokrasi, politik, pengusaha, wiraswasta, pertanian dan bidang lainnya yang berkaitan dengan pembangunan di daerah.

Yang penting, bahwa ibu/bpk telah melakukan sesuatu kontribusi yg sangat spesifik terhadap masyarakat Indonesia tercinta, dan tentunya direkomendasikan sumber-sumber yang layak dipercaya. Data inilah yg diolah yayasan utk menentukan bahwa ibu/bpk/ terpilih, dan dapat hadir pada malam yang berbahagia ini .


 

Ibu/bpk/sdr yang saya hormati,

Pertama tama saya menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi kepada yayasan yang begitu tekun meneliti dan melakukan investigasi pemilihan orang-orang berjasa dan mampu melakukan perubahan di daerah-daerah diseluruh wilayah Indonesia.

Pasca reformasi, dimana telah terjadi krisis multi dimensi, krisis ekonomi degradasi moral, maka setelah tumbangnya masa Orde baru, ternyata kehidupan masyarakat bukannya tambah sejahtera tetapi lebih terpuruk lagi.

Dalam bidang ekonomi, dengan pertumbuhan sekitar 6 persen, secara substansial ternyata belum sampai memberikan tetesan hasil pembangunan ke masyarakat bawah. Harga-harga bahan pokok masih tinggi, daya beli masyarakat masih rendah, tingkat pengangguran masih tinggi.

Kedua, dalam bidang politik , Bangsa ini telah terjebak di dalam arus politik liberalism dan kapitalisme yang bermuara kepada individualism. Semua orang lebih mementingkan diri sendiri ketimbang memperjuangkan kepentingan social bangsa. Nilai-nilai intrisik di dalam Pancasila tdk dilanjutkan dengan implementasi nilai-nilai instrumental.

Sikap moral para politisi malah condong kepada machiavelis dan hedonism semata2 utk mengejar keuntungan kelompok dan pribadi. Korupsi bukannya tambah berkurang malah semakin marak, tak terkendali.

Persoalan bangsa yang didepan pelupuk mata sekarang adalah .Pertama, Tingkat kemiskinan yang dilaporkan BPS dengan perhitungan pendapatan percapita hanya (dibawah) satu dollar sekitar RP 7000/hari. Padahal menurut standar PBB nilai semestinya, 2 dollar! karena dengan perhitungan tersebut maka jumlah org miskin di Indonesia bukan lagi 35 jt, tetapi mencapai angka 100 jt.

Kedua, dengan perhitungan para ahli, modal pembangunan kerja di seluruh daerah rata2 hanya 2o persen ketimbang 80 persen gaji pegawai. Angka tersebut hanya berbeda dengan belanja pegawai di pusat yg berkisar 60 persen , serta untuk modalpembangunan hanya 40 persen.

Dengan keadaan dan tantangan yg demikian, saya sebenarnya bukan mau mengajak ibu/bpk/sdr utk bersikap skeptic dan pessimistic, akan tetapi mengajak agar ibu/bpk/sdr berpikir luas dan dapat memahami persoalan bangsa yg sedemikian kritis agar dicarikan solusi nya.

Sebagai agen pembangunan salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah keteguhan moral, keberlanjutan dan konsistensi. Harapan rakyat untuk mencapai kesejahteraan semoga bukan hanya ilusi, tetapi sampai kepada capaian gerbang kehidupan baru masyarakat Indonesia yang gemah ripah loh jinawi !

Akhirul kalam sekali lagi saya mengucapkan selamat atas penganugrahan ini, dan semoga membawa kemaslahatan bagi tujuan mencapai kesejahteraan keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Semoga bapak tetap menjadi pionir pembaharuan untuk membawa Otda sebagai kendaraan pembangunan di daerah mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan kelompok.

Wabillahi taufik walhidayah wassalamu alaikum warrah matullahi wabarakatuh.

Sambutan pada “Indonesia’s Excellent Achievement Award 2012 di Hotel Harris Tebet Jakarta (Abdul Muin Angkat Wakil Ketua Umum PPK Kosgoro)


 

Para hadirin hadirat para undangan yang kami hormati, ; Assalamualaikum Warrahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama izinkan saya menyampaikan selamat atas terpilihnya bapak/ibu sekalian di dalam acara penganugrahan "Indonesian's Excellent Achievement Award 2012 " oleh yayasan Citra Insani sebuah Yayasan yang bergerak dalam pengembangan sumber daya manusia dan pada malam ini khusus memberikan penghargaan bagi orang-orang berprestasi tertinggi/ unggul di bidang pekerjaan dan sosial kemasyarakatan.

Virus N-Ach ( need for achievement ) oleh Mc Clelland adalah salah satu kebutuhan yang paling dasar setelah need for power (hasrat berkuasa), need for affiliation ( hasrat untuk dicintai ). . Mereka mempunyai hasrat untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien di dalam pekerjaannya daripada yang telah dilakukan sebelumnya.

Dari riset mengenai kebutuhan berprestasi, Mc Clelland menemukan bahwa prestasi tertinggi membedakan diri mereka dari hasrat untuk menyelesaikan hal-hal yang lebih baik. Mereka selalu menemukan tanggung jawab pribadi di dalam pemecahan masalah, dimana mereka menemukan umpan balik yang cepat atas kinerja mereka. Mereka lebih tahu apakah suatu pekerjaan lebih baik atau atau tidak. Mereka paham bagaimana mencapai tujuan-tujuan yang lebih menantang kedepan. Peraih prestasi tertinggi bukanlah penjudi.yang terlalu berspekulasi utk meraih keberuntungan, Tetapi mereka adalah yang lebih menyukai peluang sukses 50%; 50%.. Mereka menyukai tantangan, mereka mengatasi rintangan dan mereka merasakan sukses atau gagal disebabkan mereka sendiri.

Kalau Need for power lebih mengutamakan dampak atau pengaruh bagaimana mengendalikan orang lain, mereka lebih peduli kepada orientasi status dan gengsi. Daripada kinerja yang efektif. Sedangkan Need for affiliation adalah hasrat utk diterima oleh orang lain.. Affiliation yang tinggi berjuang untuk persahabatan dan menyukai situasi yang kooperatif daripada kompetitif.

Dalam semangat reformasi inilah Indonesian's Excellent Achievement Award 2012, semakin relevan, ditengah krisis multidimensi yang melanda negeri ini sejak tahun 1998, dimana daya saingnya terpuruk di Dunia internasional.

Dalam sebuah laporan Bank dunia mencatat bahwa posisi daya saing Indonesia diantara 30 negara menempati urutan ke 28. Pada problem yang sama Indonesia menempati urutan ke 27 ; kurangnya usaha pemerintah untuk mendukung percepatan pembangunan dengan kebijakan IT..

Semoga usaha keras Yayasan Citra Insani guna mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang cerdas dan mumpuni dapat merangsang pemerintah untuk berusaha meningkatkan daya saing bangsa kearah yang lebih kompetitif.

Demikian sambutan singkat saya semoga penganugrahan Award yang diberikan pada malam yang berbahagia ini, berdampak positip bagi peningkatan mutu Sumber Daya Manusia, dan daya saing Indonesia di masa mendatang., Wabillahi taufiq walhidayah wassalamu alaikum warrahmatullahi wabarakatuh..

Terimakasih.


 

Kamis, 26 April 2012

Korupsi Menjadi Wabah Sistemik (Kejahatan Luar Biasa)


 

Kalam

    Uang mahar yang dijadikan prasyarat untuk mendapatkan dukungan partai politik terhadap calon Gubernur/ bupati/walikota, ternyata berdampak negative maraknya 'money politic' di dalam Pilkada. Partai politik gagal menjalankan fungsi agregasi politik dalam memasyarakatkan dan mensosialisasikan hak dan kewajiban sebagai warganegara.

    Alih-alih mau menyejahterakan masyarakat malah partai politik memasang pimpinan daerah menjadi sapi perah untuk mengisi pundi pundi partai dan biaya pengelolaan partai. Seorang Bupati atau Walikota jika terpilih menjadi Pejabat, bukannya didorong untuk sukses memimpin pemerintahan tapi justru sibuk memperluas kekuasaan, menggerogoti APBD dan mencalonkan diri lagi untuk kekuasaan selanjutnya. Terbukti 155 kepala daerah terlibat korupsi. Kekuasaan telah menjadi symbol kerakusan mengumpulkan duit, melupakan kepentingan rakyat dan kerdil.

    Mengapa Badan Anggaran DPR yang banyak di duduki Bendahara Partai politik berperan aktif menjadi calo anggaran? Semua kebutuhan Kepala daerah ditentukan dan diputuskan di pusat kekuasaan. Kaloborasi kepentingan Daerah dan partai politik di kemas di dalam hubungan yang bersifat 'simbiose mutualistis'.

Hal ini sedang didalami dan diperiksa di KPK, terlibatnya Wa Ode Nurhayati seorang anggota Bangga DPR, di dalam pencucian uang dan melakukan transaksi mencurigakan sangat erat kaitannya dengan suap yg diterima dari pengurusan itu. Dia juga menyebutkan keterlibatan dua anggota Banggar lainnya yaitu Tamsil linrung dan Olly Dondokambey .

Tulisan berupa reportase dibawah ini menarik untuk membedah persoalan korupsi yang sangat cepat mewabah di negeri ini. Saya masukkan di muin_angkat blogspot.com selamat membaca.

Korupsi telah menjadi wabah yang sistemik dan structural. Korupsi terjadi dimana-mana, baik lembaga legeslatif, eksekutif maupun judikatif. Korupsi di lembaga-lembaga yang mempunyai akademi biasanya sulit diungkap kerena pelakunya saling melindungi. Pertemanan yang erat sejak di akademi membuat mereka bisa melakukan korupsi secara sistemik.

Demikian pendapat yang mengemuka dari anggota komisi VI, Hendrawati Supratikno, pakar ekonomi politik Ichsanudin Noorcy dan wakil kepala pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan (PPATK) Agus Santoso secara terpisah diJakarta.

Dari laporan hasil analisis terhadap transaksi keuangan mencurigakan selama tahun 2011 yaqng dilakukan PPATK, diketahui ada 166 orang dari kalangan eksekutif, termasuk kepala daerah terindikasi korupsi. Pada unsure legeslatif 20 orang terindikasi korupsi. Ini bisa bertambah karena PPATK masih menganalisis 2000 transaksi keuangan mencurigakan yang melibatkan anggota DPR, terutama dari badan Anggaran. Adapun pada unsure judikatif, 29 polisi dan 12 jaksa terindikasi korupsi.

Korupsi yang demikian, menurut Hendrawan, diperparah oleh budaya politik Indionesia yang juga telah mereduksi kompetensi politisi yang pandai basa basi, main sandiwara, dan berdusta. "Ini karena tiadanya parameter yang objektif dan disepakati bersama untuk mengukur kerja politisi. Di saat yang sama, ada tekanan yang cukup besar dari masyarakat", kata Hendrawan.

Eva Kusuma Sundari politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, menambahkan Parpol tidak bertugas mencetak orang suci, tapi memenangi Pemilu. Partai politik juga pengguna dari bidang lain, seperti dunia pendidikan.

"Korupsi di dunia pendidikan di duga juga lumayan parah. Kondisi sejumlah rekan pengajar saat ini ternyata amat berbeda jika dibandingkan ketika dulu saya menjadi dosen", kata mantan pengajar di Universitas Airlangga , Surabaya ini.

Penyelesaian structural, menurut Noorsyi, membutuhkan penyelesaian bertahap. "yang terjadi saat ini hanya penyelesaian model short cut yang pragmatis sehingga Korupsi mengganas. Indonesia sedang menerapkan korupsi sistemik, yakni korupsi dari system nilai hingga ke pembiayaan kegiatan kegiatan (keuangan Negara)", ujarnya.

Masalah tersebut tak pelak hanya bisa diselesaikan cepat melalui pemimpin yang bisa diteladani. "selama tidak ditemukan pemimpin seperti itu, selama itu situasi carut marut", ujarnya.

Menurut Ahmad Yani , anggota komisi III DPR dari Fraksi Persatuan Pembangunan (PPP), Parpol harus membenahi diri. Hal itu mengingat realitas saat ini, Parpol kurang mendapat kepercayaan dari masyarakat. Karena banyak pengurus atau kader parpol di legeslatif atau eksekitif yang bermasalah.

"Proses kaderisasi berbasis ideology dan moral merupakan keharusa yang harus dilaksanakan Parpol", kata Ahmad Yani.

Nurul Arifin, politisi dari partai Golkar, berharap, semua institusi dan pejabat public mengusung asas akuntabilitas dan transparansi. Semangat integritas, harus ditumbuhkan disetiap individu dan institusi. "Peraturan sekaligus penegakan hokum harus jelas dan tegas. Korupsi sulit diberantas jika perubahan dan kehendak tidak dimulai secara bersamaan". Ujarnya. (NOW/LOK/DIK/FAJ)


 

    

Minggu, 12 Februari 2012

Catatan Biografi 70 tahun Effendi Yusuf SH

Oleh; abdul muin angkat

 
Ada beberapa peristiwa kenangan yang tak terlupakan dengan Bung fendy, bila waktu diputar kebelakang maka terasa memory itu muncul dalam ingatan dan rasanya kejadiannya, baru seperti kemarin, padahal itu terjadi lebih 30 tahun yang lalu semasa Mas isman masih hidup. Bung Fendi muncul pada saat Generasi Muda Kosgoro fakum, saat itu Ketua umum GMK adalah Ismuyanto alm, dan ketika itu sedang mengalami musibah terdakwa dalam peristiwa criminal, beliau dipenjara. Praktis kepemimpinan GMK stagnan dan kepengurusan tidak berjalan sama sekali. . Mas Isman yang mempunyai TAP IX, menggunakan Hak nya untuk mereformasi GMK saat itu, dan beliau ditunjuk sebagai Ketua Umum Generasi Muda Kosgoro yang didampingi oleh Wawan Gunawan sebagai Sekjen.
Saya sendiri ditunjuk sebagai ketua VI, dan dipercaya sebagai ketua pelaksana Fortanas (forum tatap muka nasional) semacam forum kaderisasi Kosgoro. Pelaksanaan Fortanas tersebut sepenuhnya dilaksanakan di Gedung juang '45 Menteng, dan semua peserta menginap di Asrama mahasiswa Kuningan. Yang paling mengesankan sikap kebapaan beliau membimbing kami yang muda-muda bekerja, menemani kami di Kuningan, melihat semua kebutuhan kami, dengan sabar mendampingi panitia kalau kalau menemui kesulitan.
Merupakan suatu kebanggaan tersendiri di forum itu diiisi oleh nara sumber yang istimewa. Ada 7 (tujuh) menteri yang hadir dan termasuk Sudomo adalah Menakertrans yang menerima delegasi GMK daerah diruang kerjanya secara khusus.
Bung Fendy berhasil mengantarkan GMK sebagai penerus tongkat estafet Kosgoro dengan tampilnya Mas Hayono isman sebagai Ketua umum GMK tahun 1985 sd 1990, di Kali Soro Solo.Salah satu program unggulan saat itu "kembali ke desa" dengan mengambil episode perjoangan Mas Isman ketika bergerilya sekitar Wlingi sampai malang.
Kedua, terpilihnya kembali Bung Fendy sebagai ketua umum PPK Kosgoro di Bali, adalah hasil aklamasi , ketika mas Hayono Isman berhasil meyakinkan para pengurus daerah untuk menerima kehadiran Bung fendy menggantikan dirinya. Itu terjadi pada tahun 2006. Kepercayaan Mas hayono Isman kepada Effendy yusuf bukan hanya konsistensi dan loyalitas, tetapi lebih daripada itu, kesetiaannya terhadap misi perjuangan dan pengabdiannya yang tinggi. Bung fendy adalah seorang yang meniru sosok Mas Isman sebagai pemimpin, yang hatinya begitu cair bila melihat wajah yang memelas.
Dengan sabar, dan penuh welas kasih, dia mampu menerima tamu dirumahnya sejak subuh sampai menjelang berangkat kekantor, rumahnya penuh tamu dari segala lapisan, dari persoalan mahasiswa, rumah sakit, bayar hutang sampai keperluan tetek bengek, orang sakit dan lain-lain. Ia menerima 'pasien' layaknya seorang dokter yang mendiagnose penyakit, tapi tanpa selidik dan tanya macam-macam. Hanya satu kata, bantuan! Dengan senyum, Ia telah mampu memberikan harga yang pantas terhadap siapapun, dan anehnya Ia telah menyiapkan nya dengan ikhlas.
Mas Isman sering berpesan, berikan lah bantuan kepada yang membutuhkan, Kalau tidak punya mintalah kepada yang punya, atau sebaliknya orang berkuasa selalu membagikan dan meng-ikhlaskan 'kekuasannya' untuk membantu orang lain. Pengertian gotong royong ini sangat melekat dihati Bung Fendy, hari-harinya selalu diawali dengan ketulusan dan welas kasih. Ia dicintai oleh teman-temannya dan adik-adiknya. Ia sama dengan Mas Isman!
Sekali, Ia pernah marah betul kepada Johan Karundeng karena tidak bisa mengamankan policy kepemimpinannya. Johan membuat Diskusi dengan tajuk Quo vadis Kosgoro? Isinya mengecam dan membiarkan suara-suara sumbang yang mengkritik. "Kosgoro mati suri", kata sebagian. Johan terpaksa dengan segala cara meyakinkan Bung fendy, bahwa yang dibahas dalam diskusi termasuk paper dari Gus Dur yang memang judulnya persis sama beberapa tahun yang lalu. Ia kembali tersenyum mendengar penjelasan, dan kemudian sikapnya biasa seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Ketika masa bakti kepengurusannya selesai Nopember 2011, Ia menarik nafas panjang, karena lega telah berhasil menyerahkan kepemimpinannya kembali kepada Hayono Isman. Lima tahun lebih, bukan waktu yang singkat. Ia berhasil mempersatukan seluruh potensi yang terserak. Ia mewujudkan kebersamaan, tanggung jawab serta kesetiaan terhadap cita-cita. Amanah yang dititipkan kepadanya dipertanggung jawabkan dengan baik.
Suatu waktu, Dia dituding oleh anak-anak muda yang merasa tidak puas, Ia tetap tenang menghadapinya, seperti keluarga sendiri. Seharusnya Ia marah, tapi tetap tidak bisa. Ia selalu tersenyum membiarkan orang melepas emosinya dengan sabar. "bukankah mereka sama saja dari muin-muin yang dulu; yang keras dan ber-api-api"? katanya, dan mereka suatu waktu kelak akan menjadi seorang yang fanatic terhadap Kosgoro!
Ucapan nya terngiang-ngiang ditelinga, "ya bukankah Kosgoro menjadi ladang pengabdian?" Mengapa kita merasakan semacam 'candu' untuk selalu dekat dan merasa sebagai rumah sendiri? Ternyata polesan Bung Fendy terhadap kader-kadernya sarat dengan persahabatan dan humanism. Ia menurunkan derajatnya sama dengan dengan orang lain, Ia tidak merasa ada perbedaan tinggi dan rendahnya orang, Ia sangat humanis dan demokratis, "meng-wong ke wong" sebagai ciri mamanusiakan manusia.
Efendy yusuf pernah menjadi Sekjen PPK Kosgoro, ketika ketua umumnya Bambang W soeharto. Tetapi selama kepemimpinannya kami berempat sebagai wakil Sekjen, Abdul muin angkat, Aris Abdullah, Syahrul Bunga Mayang,Berni Tamara dan Tjokro Suprianto alm sangat dipercaya mewakili beliau menjalankan fungsi ke sekjenannya. Dalam hati saya sering bertanya mengapa beliau bersikap demikian? Ternyata yang diberikannya adalah suatu pendidikan politik jangka panjang, kepercayaan terhadap tugas dan misi. Saya dan Bung Syahrul dididik menjadi Sekjen yang sebenarnya, nyaris juga Bung Abdullah menjadi Sekjen PPK kosgoro. Dua wakil ketua umum PPK kosgoro adalah proyek kemanusiaan yang luar biasa. Terimakasih Bung!
Barangkali Dia memang seorang pantas menjadi orang pertama, bukan orang kedua. Dia adalah pemimpin kharismatis, mirip Mas Isman. Posisinya diberikan kepada orang lain agar punya pengalaman dan kesiapan. Dia tidak pernah membimbing secara langsung, kehadiran dirinya seperti udara, terhisap tanpa terasa. Itulah sosok lebih jauh tentang Efendy yusuf yang saya kenal, yang memberikan saya inspirasi tentang sebuah kehidupan dan kepemimpinan.
Di usia yang ke- 70, semoga kenangan ini bisa mengisi catatan kecil tentang Efendy yusuf, sahabat, abang, dan sekaligus senior. Saya selalu memanggilnya "bung" mengingatkan bahwa Ia seorang egalitarian yang tidak pernah melihat perbedaan sebagai suatu yang principal. Hangatnya berteman dengan beliau terasakan sampai ke ubun-ubun, sambil mendengarkan lagu stranger in the night yang sering didendangkan lamat-lamat ketika bernyanyi kecil dipojok ruangan, di Cikditiro 34. Tiada hari tanpa senyum, kita selalu optimis bila berada di dekat beliau. Dunia ini serasa tidak hampa! Dirgahayu bung!

 

 

Selasa, 31 Januari 2012

Indonesia, Apa yang kau kejar?



   


Kalam;

    SBY adalah presiden Indonesia yang sangat tersohor, dan pada performance nya yang begitu memukau, rakyat Indonesia merasa sangat antusias memilih menjadi Presiden nya untuk kedua kali. Bayangkan dengan suara tidak kurang dari 60 persen rakyat mendukung menjadi Presiden untuk kedua kalinya.
    Tapi yang terjadi setelah terpilih hanya pencitraan demi pencitraan, seolah-olah dengan modal dukungan rakyat SBY tidak berani melakukan kebijakannya untuk menjalankan pemerintahan dan memimpin Negara sebagaimana yang telah di atur di dalam pembukaan UUD 1945. SBY tersandera oleh kepentingan partai politik lainnya; Sekretariat bersama partai politik!!!
    Decision making! Itulah persoalan besar dari Ilmu Manejemen. Kekurang cepatan dan ketidak tepatan untuk mengambil keputusan adalah persoalan yang tidak putus-putusnya di dalam suatu Negara. Persoalan bangsa ini terlalu banyak yang di tunda dan menumpuk tanpa ada penyelesaian. Bukankan seorang pemimpin harus mampu menjalankan organizing, actuating,sincronizing, serta controlling? Tapi mengapa yang dipertontonkan adalah pembiaran dan pendiaman? Negara ini seolah-olah ada dan tiada. Tanpa ada Presiden, rakyat toh bisa bekerja dan cari makan sendiri. "auto pilot" telah terjadi begitu lama di Negara ini tanpa disadari.
    Apa yang dilakukan SBY terhadap Negara ini ?Rasanya tidak ada sesuatu pun yang terkesan di dalam hati rakyatnya. Apalagi kalau dibandingkan dengan Bapak pembangunan Soeharto. Untuk itulah tulisan Hendri Saparini, Kompas 22 nopember 2011 kita masukkan di Blog muin_angkat blogspot.com. semoga bermanfaat.




    KTT ke -19 ASEAN di Nusa Dua Bali, pekan lalu merupakan pertemuan pemimpin ASEAN kedua tahun ini setelah sebelumnya dilaksanakan di Jakarta, Mei 2011.
    KTT ASEAN kali ini menarik disimak karena dibarengi KTT ASEAN Plus Three (Jepang, China, dan Korsel) pada 18 november. Pada 19 nopember, dilanjutkan dengan KTT ke-6 Asia Timur yang dihadiri para pemimpin ASEAN serta Australia, China, India, Jepang, Korsel, Selandia Baru, Rusia dan AS. Hampir semua Negara yang hadir dalam rangkaian KTT ASEAN di Bali telah memiliki kemitraan komprehensif dengan Negara-negara yang hadir. Indonesia termasuk sangat agresif, misalnya lewat economic partnership agreement (EPA) dengan Jepang dan Comprehensif partnership dengan AS.
Posisi ASEAN
    ASEAN mempunyai posisi sangat penting bagi ekonomi dunia dan akan menjadi penentu bagi masa depan Asia Timur dalam menggeser hegemoni economy dunia. ASEAN penting karena akan menjadi pendukung ekonomi Negara industry Asia seperti China, India, Korsel, Jepang, Australia dan Selandia Baru.
    Bagi China Negara-negara ASEAN adalah pemasok berbagai kebutuhan energy dan bahan baku. Bagi ASEAN China juga pasar penting bagi ekspor mereka. ASEAN juga penting bagi India karena 99 persen ekspor minyak mentah Brunei untuk India. Sedangkan untuk CPO,88 persen ekspor Kamboja dan 58 persen ekspor Indonesia di tujukan ke India.
    ASEAN akan semakin penting jika ASEAN Community 2015, di implementasikan. Di bidang ekonomi, bersatunya ASEAN dinilai sangat penting bagi Negara mitra karena dengan penduduk 558 juta, ASEAN akan menjadi pasar tunggal raksasa dan dengan tenaga kerja serta kekayaan alamnya akan menjadi basis produksi yang menjanjikan.
    Integrasi ekonomi ASEAN, akan berarti dihapuskannya semua hambatan investasi dan perdagangan, baik tariff maupun non tariff, serta diharmonisasikan dan disederhanakannya bebagai regulasi. Sebagai pasar tunggal dan basis produksi, pembangunan infrastruktur jadi penting untuk memperlancar aliran barang dan jasa, modal, maupun tenaga kerja dikawasan ini.
    Itu sebabnya, Malaysia tak berhenti membujuk Indonesia membangun jembatan Selat Malaka m yang menghubungkan Sumatera dan Malaka, sepanjang 48,09 km dari jembatan sepanjang 127,93 km ini berada di wilayah Malaysia dan 72,24 km berada diwilayah Indonesia. Alasan sama juga mendasari ngototnya China membangun jembatan di Selat Sunda yang akan menyambungkan Sumatera dan Jawa karena akan menyambung rel kereta api yang telah dibangun hingga Thailand untuk menguasai pasar ASEAN.
    Tawaran China dan Malaysia tentu bukan tawaran tanpa didasari strategi matang atas benefit yang akan diperoleh. Bayangkan membangun dan mengoperasikan jalan tol dengan tawaran 80 dollar AS perkendaraan sekali jalan tentu sebuah bisnis yang menggiurkan. Apalagi di era ASEAN 2015, aka nada potensi keuntungan jauh lebih besar. Murahnya transportasi barang akan mendukung industry manufaktur Malaysia. Juga akan menjadikan Sumatera sebagai pasar semakin potensial bagi industry parawisata, jasa pendidikan dan kesehatan Malaysia.
    Baik China maupun Malaysia akan menggunakan berbagai cara untuk mewujudkan mimpinya, termasuk menggunakan secara maksimal forum KTT ASEAN untuk menggulirkan isuue konektivitas ASEAN. Demikian juga Jepang, Australia, India dan AS. Kehadiran mereka dalam rangkaian KTT ASEAN ini tentu amat sangat penting untuk menjamin bahwa arah kebijakan ekonomi ASEAN akan memberikan manfaat bagi mereka.
Posisi Indonesia
    Lalu, di mana posisi Indonesia? Apa yang tengah di impikan dan disiapkan Indonesia menyongsong ASEAN 2015 ? Apa pula mimpi Indonesia di Asia fasifik atau dunia? Tentu Indonesia punya pilihan untuk aktif memosisikan diri atau pasif untuk diposisikan. Pencapaian China jadi Negara dengan produk manufaktur paling kompetitif di dunia adalah wujud mimpi China puluhan tahun lalu. Keberhasilan Singapura jadi Negara industry jasa yang sangat kompetitif juga buah dari upaya aktif untuk mewujudkan mimpi itu.
    Sulit untuk tidak mengatakan mimpi Indonesia terlalu sederhana dan tak banyak. Jangan-jangan hanya sekedar menaikkan posisinya dalam G-20. Toh, dengan strategi saat ini, ekonomi tetap tumbuh, porsi investasi dan ekspor juga semakin besar. Dengan PDB yang meningkat, PDB per kapita juga akan meningkat.
    Memang tak ada yang salah. Hanya akan salah apabila perubahan struktur ekspor Indonesia yang kini 70 persen komoditas primer, sementara 1980-1990 cukup besar porsi produk olahan unggulan Indonesia, bukan kita anggap sebuah kemunduran. Baru kita anggap keliru apabila hasil pembangunan ekonomi 60 persen dinikmati oleh kurang dari 16 persen penduduk dan menghasilkan indeks pembangunan manusia dibawah standar dunia!
    Bukankah ini justru mimpi buruk? Jika mau jujur, Indonesia saat ini sangat menikmati dan membiarkan Negara-negara lain maupun industry-industri raksasa dunia mewujudkan mimpi-mimpi mereka untuk Indonesia. Indonesia terlalu lelap tidur sampai lupa membangun mimpi untuk dirinya sendiri. Membuka diri dan aktif dalam kerjasama ekonomi global, regional, maupun bilateral memang perlu karena ada potensi manfaat di dalamnya.
    Namun, dalam setiap kerjasama ekonomi unsure persaingan dalam mendapatkan benefit lebih besar tak akan pernah hilang. Setiap Negara akan membawa dokumen strategi dalam setiap perundingan agar mendukung mimpinya. Kehadiran Barack Obama dan Hu Jintao ke Bali tentu bukan sekedar memenuhi undangan Indonesia yang tahun ini menjadi ketua ASEAN. Kedua Negara tersebut, sebagaimana Negara lainnya, dipastikan akan memanfaatkan panggung KTT ASEAN untuk saling lobi dan saling adu pengaruh di ASEAN. Tanpa mimpi yang jelas, apa yang akan dikejar Indonesia dalam KTT ASEAN? Pasti bukan sekedar predikat ketua dan tuan rumah yang baik. Tetapi apa?
    

Minggu, 22 Januari 2012

Kembali Ke Pasal 33 UUD 1945


 

Kalam;

    Ada rasa rindu kembali ke UUD 1945 khususnya pasal 33, karena disana semua hak-hak azasi rakyat terrealisasikan. Masyarakat yang sejahtera, adil dan terpenuhinya hajat orang banyak. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.

    Dalam penjelasan tentang UUD 1945 telah disebutkan; Bahwa perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi segala orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasasi hajat hidup orang banyak harus dikuasasi oleh Negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ketangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasinya.

    Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ditangan orang seorang.

    Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat sebab itu harus dikuasasi oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.

    Demikian gamblangnya bunyi pasal 33 UUD 1945, tetapi di dalam pelaksanaannya sangat sulit untuk dilaksanakan. Apakah tidak ada 'political will' dari pemerintah?Sebagai contoh misalnya, mengapa subsidi minyak untuk kepentingan rakyat harus menjadi momok, yang sering di embuskan di- masyarakat?Bahwa Negara lainnya tidak mencantumkan pasal 33 di dalam Undang-Undang Dasar mereka itu adalah persoalan lain. Akan tetapi subsidi di hilangkan demi kepentingan asing, agar pertamax yang dijual oleh petronas, Sheel, dan SPBU milik asing lainnya bisa survive?

    Tulisan diharian Kompas seperti judul di atas, oleh anonim, sangat menarik untuk dijadikan perbandingan dan satu lagi ; 53 persen garam, 60 persen kedelai, 30 persen daging, dan 70 persen susu harus di-impor yang mengakibatkan harga beras naik 120 persen, kedelai 85 persen telur 100 persen, cabai 120 persen, daging 90 persen dan jagung 700 persen. Masihkan kita memimpikan rakyat merasakan kemakmuran?


 

Dengan mencontoh Negara-negara tetangga yang mendahulukan kepentingan pembangunan ekonomi kerakyatan dari tingkat terbawah seperti Jepang, Korea, China, Singapura, dan Malaysia, Indonesia, sudah sepatutnya melakukan hal yang sama sejak semula.

    Namun, kenyataannya tidak demikian. Sistem ekonomi Imdonesia sejak kemerdekaan, yang sudah 66 tahun umurnya, praktis sama saja dengan kita selama sekian abad` berada dibawah penjajahan asing. Sistem ekonomi yang berkembang sampai saat ini masih bersifat liberal- kapitalistik –pasar bebas, sekaligus dualistic.

    Padahal, UUD 1945 menyatakan, "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan" (pasal 33 ayat 1); "cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara" (pasal 33 ayat 2): "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,(pasal 33 ayat 3); dan "perkonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan serta kesatuan ekonomi nasional" (pasal 33 ayat 4).

    Lalu disambung lagi dengan pasal 34 ayat 1; "fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara" ayat 2. "Negara mengembangkan system jaminan sosial\bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan", dan ayat 3" Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak".

Ekonomi dualistic

    Semua itu hanya angin surga yang diimpikan para penggagas dan pendiri republic ini. Sementara yang berjalan dan dipraktekkan selama ini justru sebaliknya. Selain karena terlalu lama dijajah, juga karena system sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa ini yang dominan adalah feodalistik, hierarkis vertical, sentripetal, etatik, nepotik, dan bahkan despotic.

    Alhasil itulah yang berlanjut sampai hari ini, yaitu system ekonomi yang dualistic. Terbentuklah jurang menganga antara 90 persen penduduk yang merupakan rakyat asli – pribumi yang sejak semula hidup dalam kemiskinan dan kebodohan dan terbelakang - - dan penyertaan sekitar 5 persen dari ekonomi nasional yang bergedumpuk disektor nin formal. Sementara 5 persen lainnya umumnya nin pribumi - - menguasai sekitar 98 persen kekayaan ekonomi negeri ini; dari hulu sampai ke muara, di darat, laut dan bahkan udara di Negara kepulauan terbesar di dunia ini.

    Antara harapan seperti dituangkan dalam dalam pasal 33 dan 34 UUD 1945 dan kenyataan yang dihadapi bagaikan siang dengan malam. Orang Jepang, China, Korea, Singapura dan Malaysia bangga dengan negeri dan tanah airnya karena mereka sendiri yang punya dan menguasai bumi, air, dan segala isinya dan dinikmati oleh rakyatnya sendiri. Kalaupun ada orang luar yang ikut serta, mereka adalah tamu dan tunduk kepada ketentuan ketentuan yang berlaku. Di kita Indonesia sebaliknya. Kita malah bagaikan tamu atau orang asing di rumah sendiri. Tanah, air bahkan udara yang kita jawat secara turun temurun dari nenek moyang kita hanya namanya kita yang punya, tetapi praktis seluruhnya mereka yang kuasai.

    Padahal, alangkah luas, kaya dan indah Negara ini sehingga menempati empat terbesar di dunia. Akan tetapi, kita hanya menguasai secara dejure diatas kertas, defacto dikuasai kapitalis mancanegara dan konglomerat non pribumi yang sudah mencengkeramkan kukunya sejak dulu. Lihatlah, hampir semua warga Indonesia terkaya ukuran dunia adalah mereka, diselingi satu dua elite pribumi yang hidup sengaja mendekat dan/atau bagian dari api unggun kekuasaan itu.

    Untuk mengembangkan usaha makro di bidang perkebunan, kehutanan, galian alam misalnya, pemerintah bahkan mengambil alih tanah ulayat milik rakyat yang dipusakai turun temurun. Tanah itu lalu diserahkan berupa hak guna usaha, yang bisa diperpanjang setelah 30 tahun ke kapitalis mancanegara dan konglomerat.

    Sekali tanah ulayat menjadi tanah Negara, kendati sudah habis masa pakai ataupun tak lagi dipakai, tak juga bisa dikembalikan kepemiliknya; rakyat! Hal itu hanya Karena penafsiran ayat 3 pasal 33 UUD 1945 yang sangat Negara centris, harfiah, bahwa "bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat".

    Kata "dikuasai" secara harfiah tentu saja tidak sama dengan 'dimiliki'. Pemiliknya tetap adalah rakyat yang meng-ulayati tanah itu secara turun temurun.

    Jelas sekali bahwa Negara sama sekali tak berpihak kepada rakyat, tetapi pada kapitalis multinasional dan konglomerat non pribumi yang sekarang menguasai bagian terbesar dari tanah rakyat itu. Sekarang yang namanya tanah ulayat dimana-mana habis. Tandas sudah!

    Alangkah tragis mengingat semua ini terjadi di alam kemerdekaan.Ukuran keberhasilan pembangunan bagi penguasa Negara jadinya bukan "siapa" dan seberapa besar hasilnya dinikmati oleh rakyat, melainkan 'berapa' dari target yang diinginkan tercapai dalam angka-angka statistic. Percapaian target itu dalam kenyataannya nyaris diborong habis oleh para kapitalis yang sesungguhnya menggerakkan roda ekonomi nasional.

    Penduduk asli pribumi? Kelompok ini hidupnya masih seperti itu juga dari waktu kewaktu, rezim berganti rezim. Sementara rakyat pribumi rata-rata memiliki tanah kurang dari setengah hektar per keluarga. Jutaan tanah ulayat diserahkan oleh Negara kepada para pengusaha kapitalis-multinasional dan konglomerat.

    Kerjasama triumvirat kapitalis multinasional dan konglomerat pribumi dibawah lindungan elite penguasa Negara yang pribumi inilah yang menggelindingkan ekonomi imdonesia selama ini. Sementara rakyat pribumi yang merupakan ahli waris sah republic ini tetap saja hidup melarat dalam kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

    Walau janji-janji dilontarkan oleh penguasa reformasi yang sudah jilid dua pula sekarang ini, masih ada saja yang tertulis di atas kertas yang tak segera terlihat ada implementasinya, seperti program kredit usaha rakyat dan entah apa lagi namanya itu. Jangan-jangan itupun hanya janji gombal karena sebentar lagi pemilu akan datang pula.

Akibat salah urus

    Bagaimana kedepan? Akan seperti ini juga tanpa perubahan structural yang berarti, yang sifatnya harus fundamental, mendasar, atau seperti selama ini juga, sekedar tambal sulam di permukaan, yang esensinya itu ke itu juga.

    Kuncinya ada pada diri kita sendiri, terutama pada kelompok elite pribumi yang secara politis mengendalikan negeri dan Megara ini. Seperti kita lihat, selama ini mereka (para elite pribumi) sekadar menumpang di biduk ke hilir. Mereka lebih suka menerima daripada member, lebih suka dilayani daripada melayani sesuai tugas mereka sebagai abdi negara.

    Tanpa bersusah-susah mereka menerima upeti berbagai macam, yang jumlahnya bisa tak termakan di akal sehat kita. Mereka datang dari semua lapisan birokrasi; dari eksekutif, legeslatif dan judikatif, polisi maupun militer; dari orang pertama ditingkat atas sampai ditingkat bawah; di pusat maupun di daerah.

    Dengan kebebasan pers yang kita nikmati sekarang, semua borok ini jadi terbuka. Tahukah kita betapa sakit Negara ini sehingga dunia menjulukinya sebagai salah satu Negara terkorup di dunia.

    Kita sesungguhnya sedang berada ditepi jurang kehancuran sebagai Negara akibat salah urus dan akibat dari system sosial dan budaya politik yang kita anut selama ini, yang berbeda antara yang di ucapkan dan dilakukan. Pilihannya tinggal satu; kembali kepangkal jalan dengan mempraktikkan UUD 1945, khususnya pasal 33 dan 34 secara jujur dan konsekwen ; atau kaput, habis kita!