Selasa, 25 Mei 2010

Menggugat Sekretariat Gabungan


Kalam:
Hiruk pikuk pembentukan Sekretariat bersama partai koalisi atau Sekretariat Gabungan partai koalisi menuai kritik yang sangat tajam, karena Dewan pembina Partai Demokrat yang sekaligus Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menunjuk Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Ketua harian Sekber. Akronim Sekber Gabungan partai koalisi dengan Sekber Golkar masa lalu meninggalkan kesan bahwa 'Sekber' masa lalu dijadikan alat politik untuk melawan komunis, dan sekaligus memperkuat Front Nasional untuk berkuasa melalui Golkar. 

Sekarang kecenderungannya mirip yaitu akan dijadikan alat perjoangan untuk menyatukan barisan partai koalisi menghadang kemungkinan dinyatakannya hak menyatakan pendapat oleh DPR untuk memakzulkan Wapres Boediono yang diduga terlibat di dalam proses Bailout Bank Century yang merugikan Negara 6,7 Triliun rupiah.Kalau dulu Ketua Dewan Pembina Golkar adalah Soeharto, sekarang Ketua umum Sekber Golkar plus adalah SBY.

Dalam sebuah dialog di metro TV, Tamrin Amal Tomagola (TAT) dan Budiman Sujatmiko,.sependapat untuk mengatakan bahwa apa yang dianggap 'syah syah saja' oleh Presiden SBY di dalam pidatonya menanggapi kasus Sekretariat Gabungan, justru dianggap tidak syah menurut menurut TAT. sesuai system ketatanegaraan. Bagaimana mungkin para ketua umum parpol koalisi yang berada diluar pemerintahan bisa memanggil para menteri cabinet sekalipun atas persetujuan Presiden untuk melakukan koordinasi kebijakan? Sementara mereka juga dapat memeriksa dokumen penting yang seharusnya dirahasiakan?

Bukankah ini merupakan perwujudan 'kong kalikong' transaksi politik untuk kepentingan parpol koalisi itu sendiri ?Mengkritisi Golkar akan peti eskan Skandal Century, I wayan Sudirta (anggota DPD Bali) menengarai, Set Gab anti Demokrasi serta meningkatkan kolusi politik dan menyuburkan praktek politik transaksional yang merugikan rakyat - - "Ini akan mendorong munculnya gerakan politik jalanan" pungkasnya. (Merdeka, 22 mei 2010)

Tulisan Tamrin Amal Tomagola yang yang berjudul "Sekber Golkar Plus", sebelumnya telah saya sadur ke Blog ini, akan diperkaya oleh tulisan J. Kristiadi berjudul "menggugat Sekretariat Gabungan" seperti tertulis di bawah ini, saya copy paste dari harian Kompas, selasa 18 Mei 2010. Selamat membaca. Salam. (a.m.a).

 
Meskipun dikatakan pembentukan Sekretariat gabungan adalah upaya menurunkan suhu politik Indonesia agar menjadi sejuk, menjamin stabilitas politik, dan menciptakan pemerintahan yang efektif, kesan bahwa lembaga tersebut diciptakan sebagai produk tawar menawar politik tidak dapat dimungkiri. Bahkan persepsi public menganggap terbentuknya lembaga tersebut adalah symbol kemenangan Partai Golkar, khususnya Aburizal Bakrie, terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono- Boediono.

Walaupun Panitia Khusus Bank Century gagal mengungkapkan dugaan aliran talangan kepada partai politik tertentu, atau Tim sukses calon Presiden atau wakil Presiden, mereka telah berhasil menggusur Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan. Oleh karena itu tidak mengherankan berbagai kalangan mempunyai anggapan sasaran Partai Golkar dalam kasus Century sejak awal sudah sangat spesifik dan personal.

Tidak terlalu sulit menelisik terbentuknya Sekretariat Gabungan merupakan salah satu produk tawar-menawar politik dan urusan personal yang berujung pada upaya Ketua umum Partai Golkar menyingkirkan Sri Mulyani. Dalam dua tahun terakhir perlawanan Sri Mulyani yang dianggap mengganggu kepentingan Aburizal Bakrie sangat mudah diingat.

Pertama, Sri Mulyani tidak setuju pemerintah mengambil tanggung jawab meluapnya lumpur Lapindo karena kasus itu merupakan tanggung jawab PT Lapindo Brantas, perusahaan milik keluarga Bakrie. Komprominya terbit Peraturan Presiden No. 14 tahun 2007 jo Peraturan Presiden no 48 tahun 2008 yang membatasi PT Lapindo Brantas hanya bertanggung jawab hingga peta terdampak 2007 (maret 2007).

Kedua, tindakan tegas Menteri Keuangan terhadap dugaan tunggakan pajak royalty batu bara perusahaan Grup Bakrie yang diikuti dengan pencekalan beberapa petinggi perusahaan tersebut (agustus 2008).

Ketiga, Menteri Keuangan menolak pencabutan suspensi saham Bumi Resources, PT Bakrie Land, PT Bakrie Sumatra, Bakrie Telepon, dan PT Bakrie Energi Mega. Bahkan Menteri Keuangan membuka kembali perdagangan saham Grup Bakrie yang harganya merosot karena tidak mau disandera suspense tanpa batas waktu yang jelas (nopember 2009).

Keempat, Menteri Keuangan mencegah Bakrie Multicapital menguasai divestasi 14 % saham Newmont Nusa Tenggara karena Sri Mulyani menghendaki semua saham divestasi Newmont Nusa Tenggara dibeli konsorsium perusahaan Negara di bawah PT Aneka Tambang. Namun, perusahaan Grup Bakrie berhasil menguasai divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara 14 % (agustus 2009).

 
Ongkos Politik
Oleh sebab itu, dapat dipahami kalau masyarakat sangat meragukan Sekretariat Gabungan mampu menciptakan pemerintahan yang efektif. Bahkan, sebaliknya, masyarakat justru sangat khawatir lembaga tersebut hanya menjadi media untuk saling mengamankan kepentingan politik Partai dan tokoh-tokohnya.

Atau pemerintah justru semakin rapuh karena partai Golkar yang dalam Pemilu Presiden 2009 menjadi lawan Parpol pendukung Yudhoyono-Boediono sekarang mendapat privilese politik yang menentukan. Hal itu sangat mudah menjadi pemicu konflik diantara Partai Politik yang tergabung dalam koalisi. 

Dalam perspektif pemerintah, Sekretariat Gabungan merupakan ongkos Politik yang harus dibayar agar pemerintahan Yudhoyono-Boediono bebas dari gangguan politik yang dilakukan oleh partai teman koalisinya, terutama partai Golkar, serta untuk menangkal manuver-manuver politik yang dianggap mengancam kelangsungan pemerintahan Yudhoyono- Boediono. Misalnya, gerakan anggota DPR menggalang kekuatan untuk dipergunakan hak menyatakan pendapat pasca-Pansus Bank Century.

Oleh sebab itu, alih-alih menciptakan pemerintahan yang efektif, secretariat gabungan dikhawatirkan justru akan semakin menyandera pemerintahan Yudhoyono- Boediono. Lebih-lebih kalau kewenangan secretariat gabungan dapat memanggil para menteri dengan alasan melakukan konsolidasi kebijakan. Kewenangan tersebut selain merusak tatanan kehidupan kenegaraan, tetapi yang lebih dikhawatirkan, forum tersebut hanya akan menjadi arena siasat dan transaksi kepentingan partai-partai politik.

Namun, yang tidak kalah seriusnya, proses politik yang sarat kepentingan subjektif dan jangka pendek tersebut telah membajak dan bahkan dapat menghancurkan demokrasi. Oleh sebab itu, gagasan sementara kalangan yang bermaksud menggalang kekuatan tandingan untuk meluruskan proses politik agar tidak semakin menyimpang dari kaidah demokrasi harus mendapatkan dukungan.

Selain itu, untuk menghilangkan kecurigaan bahwa pembentukan secretariat gabungan bukan sekedar transaksi politik, pemerintah harus menuntaskan pengusutan dugaan tunggakan pajak Aburizal Bakrie, serta penyelesaian kasus lumpur Lapindo, agar tidak terlalu membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Minggu, 16 Mei 2010

JENGIS KHAN, SANG PENAKLUK DAN HANCURNYA BAGHDAD


Kalam.
Sejarah masa lalu peradaban Islam sangat kental dengan perjoangan dan penderitaan ummat Islam, termasuk peperangan yang tidak berkesudahan. Sampai sekarang rakyat Palestina dipaksa bertekuk lutut kepada Bangsa Israel dan pembunuhan yang tidak berperikemanusiaan terjadi secara faktawi, ratusan  anak-anak  kecil tunas Bangsa pewaris Bangsa Palestina yang punya talenta dan basic kecerdasan tinggi, penghafal Al-quran tewas dimusnahkan tentara Zionis ketika perang berkecamuk menindas faksi Hamas. Apakah ini bukan salah satu cara pemusnahan Bangsa Arab (genocide)? Dan, yang paling musykil adalah ketika bala tentara Jengis khan menghancurkan semua kekayaan perpustakaan ilmu pengetahuan sebagai basic peradaban kemajuan Islam yang pernah mengalami  masa jaya pada abad ke tujuh masehi.  
Secara khusus tulisan Prof .Dr Abdul Hadi WM  Guru Besar Universitas Paramadina Jakarta saya  copy paste ke Blog ini, semoga pembaca mendapat pencerahan bahwa persaingan antar Bangsa yang berakhir dengan perang sangat mencemaskan dan menghancurkan peradaban manusia. Hanya Bangsa yang kuat dan mandiri,  punya 'keberhargaan diri' mampu bertahan pada pusaran dan gelombang perubahan, utamanya gelombang angkara murka  keserakahan manusia untuk menguasai  dan 'menjajah' Bangsa lain, salam



Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalanam, parit, gorong-gorong, tepoan sungai dan lapangan-lapangan. Di sekitar tempat serakan mayat bangunan-bangunan megah dan indaj tinggal puing-puing dan rerontok. Asap mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar. Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala penduduk kota dan kemudian memisahkan menurut kelompok masing-masing: kepala wanita tersendiri, begitu pula kepala anak-anak dan orang tua.. Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam disebabkan tinta dari ribuan manuskrip. Perpustakaan, rumah sakit, masjid, madrasah, tempat pemandian, rumah para bangsawan dan harem sultan, toko dan rumah makan --- semuanya dihancurkan.
Demikianlah kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar peradaban Islam itu pun musnah dalam sekejap mata. Setelah puas pasukan penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa penyesalan sedikit pun. Mereka kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang jarahan yang berharga: Timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo-kilo batangan emas dan uang dinar, batu permata, intan berlian – semua dimasukkan ke dalam ratusan karung dan kemudian diangkut dalam iringan gerobak dan kereta yang sangat panjang.
Penyair Sa`di (1184-1291 M) pernah menyaksikan peristiwa serupa sebelumnya, yaitu di kota Shiraz. Dia berhasil menyelamatkan diri dan merekam peristiwa yang dia saksikan dalam sajaknya:

Tibalah sudah waktunya bagi langit
Mencurahkan hujan darah yang lebat ke haribaan bumi
Begitulah kebinasaan menyapu bersih
Kerajaan al-Mu`tashim, khalifah orang mukmin
Ya Muhammad! Apabila Hari Pengadilan datang
Angkatlah kepala Tuan dan lihat kesengsaraan umatmu ini

Saksi lain menulis: “Para musisi dan penyanyi dipanggil agar bernyanyi dengan riang gembira, sementara bangsawan-bangsawan kota diperintahkan merawat kuda-kuda mereka. Kitab salinan al-Qur`an yang tidak ternilai harganya dilempar dan diinjak-injak.” Juwayni, seorang sejarawan abad ke-13 M, yang berhasil melarikan diri dari Bukhara ketika kota itu diserbu beberapa tahun sebelumnya, melihat bagaimana kota kelahiran Imam Bukhari ahli Hadis yang mayshur itu diratakan dengan tanah. Tulis Juwayni: “Mereka datang, merusak, menghancurkan, membunuh, memperkosa wanita muda dan tua, menjarah harta dan akhirnya pergi dengan tenang dan puas hati”.
Demikian gambaran sekilas kebengisan dan teror yang dilakukan tentara Mongol di lebih separoh daratan Asia dan Eropah Timur sejak awal hingga pertengahan abad ke-13 M. Baghdad, ibukota kekhalifatan Abbasiyah, mendapat giliran agak akhir, pada bulan Februari 1258 M. Serbuan kali ini dirancang dari Transoxiana di Asia Tengah dan dipimpin oleh salah seorang cucu Jengis Khan yang tidak kalah bengis dari kakeknya. Di antara catatan sejarah mengenai kebiadaban orang-orang Mongol ialah catatan sejarawan terkemuka Ibn `Athir (w. 1231 M) dan ahli geografi Yaqut al-Hamawi (w. 1229 M). Menurut mereka tokoh-tokoh Muslim terkemuka – amir, panglima perang, tabib, ulama, budayawan, ilmuwan, cendekiawan, ahli ekonomi dan politik, serta saudagar kaya – tewas dalam keadaan mengenaskan. Kepala mereka dipenggal, dipisahkan dari badan, karena khawatir ada yang masih hidup dan berpura-pura mati.
Timbul pertanyaan: Jenis manusia dan bangsa macam apakah orang-orang Mongol pada abad ke-13 itu? Mengapa mereka tiba-tiba muncul menjadi kekuatan yang menggemparkan dunia beradab dan dapat menaklukkan wilayah yang sangat luas. Dari ujung timur negeri Cina sampai ujung barat Polandia, dari batas utara Rusia hingga batas selatan Teluk Parsi – semua ditundukkan dan dikuasai hanya dalam waktu kurang lebih 40 tahun?

Jengis dan Kutula Khan
Untuk mengenal watak suatu bangsa, dan kekuatan bangsa tersebut dalam kurun sejarah tertentu, kita dapat bercermin pada pemimpinnya dan bagaimana pemimpin tersebut menempa serta mengorganisasi bangsanya. Tokoh sentral bangsa Mongol pada abad ke-13 M ialah Jengis Khan serta anak cucunya yang perkasa seperti Ogotai, Batu, Hulagu dan Kubilai Khan. Jengis telah berhasil memimpin bangsa Mongol menaklukkan daratan Asia yang menyebabkan keturunannya memerintah dan menguasai negeri-negeri yang ditaklukkannya itu selama beberapa abad. Dialah yang menempa bangsa Mongol menjadi bangsa yang tangguh, berani dan nekad.
Namanya ketika kecil ialah Temujin. Ayahnya Yasugei adalah seorang khan (raja) yang mengepalai 13 kelompok suku Borjigin, salah satu suku utama Mongol-Turk yang paling berani dan gagah perkasa. Sebagai khan kecil Yasugei tunduk kepada khan yang lebih tinggi, Utaq Khan. Ketika Temujin baru berusia 13 tahun terjadilah perebutan kekuasaan dalam suku Borjigin. Ayahnya mati terbunuh disebabkan panah beracun dari salah seorang lawan politiknya. Karena masih muda Temujin tidak diakui sebagai penggantinya. Malahan keselamatan dirinya serta ibu dan adik-adiknya terancam.
Keluarga Yasugei melarikan diri dan mendapat perlindungan dari salah seorang saudaranya dari suku Nainan. Pada tahun 1182 Temujin menjadi remaja yang tangkas serta berani, dan berhasil mempersunting salah seorang putri keluarga terkemuka suku itu, yaitu Bortai. Bortai mendampingi Temujin sampai akhir hayat dan setia mengikuti suaminya ke daerah-daerah peperangan.
Bakat Temujin sebagai pemimpin telah kelihatan pada waktu berusia 20 tahun. Segala seluk ilmu perang dia pelajari, begitu pula ketangkasan menunggang kuda dan penggunaan segala jenis senjata perang. Secara diam-diam dia mengumpulkan para pengikut ayahnya dan melatih mereka dengan disiplin keras. Pada waktu yang tepat dia pun menyerang bekas lawan politik ayahnya dan berhasil merebut kembali kedudukannya sebagai khan suku Borjigin. Tidak berapa lama sesudah itu dia berhasil pula menyatukan suku-suku Mongol dan Turk yang terpencar-pencar di wilayah luas antara sungai Dzungaria dan Izdryah. Pada tahun 1202 M Huraltau, majlis besar suku-suku Mongol Turk, memberi pengakuan kepada Temujin sebagai Khan seluruh orang Mongol dengan gelar Jengis Khan. Artinya raja diraja dan dalam bahasa Arab dipanggil Sayyid al-Muthlaq.
Salah satu faktor keberhasilan Jengis Khan ialah kebengisan dan kekejamannya dalam memperlakukan lawan-lawan politik yang dikalahkannya. Apabila pihak lawan telah ditundukkan, para pemimpinnya lantas ditangkap dan kemudian direbus hidup-hidup dalam air panas yang sedang mendidih dalam belanga besar. Pengangkatannya sebagai khan besar seluruh orang Mongol semakin memperkuat keyakinan dirinya dan keyakinan bahwa pasukan tentaranya sangat kuat. Inilah yang mendorong Jengis mulai berpikir bagaimana menaklukkan negeri-negeri di sekitarnya yang wilayahnya sangat luas dan makmur, seperti Cina, Khwarizmi di Asia Tengah, Persia, India Utara serta Eropah Timur.
Jengis mulai melatih lebih keras pasukan tentaranya. Dia merekrut sebanyak-banyaknya orang Mongol dari berbagai suku dan mengorganisasikannya menjadi kekuatan militer yang besar. Tentaranya dilatih dengan disiplin keras. Teknik-teknik teror dan kekejaman yang canggih juga diajarkan kepada mereka. Percobaan pertama untuk menguji keunggulan tentaranya ialah dengan menyerbu Cina Utara yang dikuasai bangsa Kin. Alasan penyerbuan cukup kuat: Bangsa Kin sering menyerang Mongolia dan membunuh pemimpin mereka dengan kejam. Dalam serbuan itu dengan mudahnya tentara Mongol dapat menundukkan Cina Utara. Penduduk dan pemimpin mereka dibunuh, kecuali orang cerdik pandai, seniman, pengrajin, guru, rohaniwan, dokter dan ahli strategi perang.
Sebagaimana tokoh besar lain Jengis Khan mempunyai tokoh idola yang ikut membentuk kepribadian dan arah cita-citanya. Idolanya itu ialah tokoh utama sebuah cerita rakyat Mongolia yang populer Kutula Khan. Menurut cerita tersebut Kutula Khan bertubuh besar, suaranya bagaikan bunyi guruh dan guntur menyambar puncak gunung. Tangannya yang kuat bagaikan beruang dengan mudah dapat mematahkan tubuh orang semuda mematahkan anak panah. Walau udara dingin pada musim gugur dia dapat tidur dengan nyenyak dekat api pediangan tanpa memakai baju. Percikan api yang melukai tubuhnya tidak dia pedulikan, seolah-olah gigitan nyamuk saja. Dalam sehari dia makan seekor domba dan satu guci susu.
Kepada seorang jenderalnya Jengis pernah bertanya: “Apakah kebahagian terbesar dalam hidup ini, menurut pendapatmu?” Jenderalnya menjawab: “Berburu di musim semi mengendarai seekor kuda yang tangkas dan baguis!” “Bukan!” jawab Jengis Khan. “Kebahagiaan terbesar ialah menaklukkan musuh, mengejar mereka sampai tertangkap, kemudian merampas harta milik mereka, memandangi kerabat dekat mereka meratap dan menjerit-jerit, menunggangi kuda-kuda mereka, memeluk istri dan anak-anak gadis mereka serta memperkosa mereka.”
Ogotai, salah seorang putranya, mempraktekkan betul-betul apa yang dikatakan ayahnya. Apabila Ogotai dan tentaranya berhasil menduduki kota, dia akan memerintahkan ratusan gadis berbaris dan kemudian beberapa gadis paling cantik dipilihnya untuk dirinya. Yang agak cantik untuk jenderal-jenderalnya dan selebihnya untuk perajurit-perajurit yang lebih rendah pangkatnya. Amir Khusraw, penyair Persia abad ke-13 M yang melarikan diri dan tinggal di India, memberi gambaran seperti berikut tentang orang-orang Mongol itu: “Mereka mengendarai unta dan kuda dengan tangkas, tubuh mereka bagaikan besi, wajah membara, tatapan mata garang, leher pendek, telinga lebar berbulu dan memakai anting-anting, kulit kasar penuh kutu dan baunya amat tidak sedap.”
Penulis lain mengatakan bahwa mereka seperti keturunan anjing saja, wajah rajanya seperti binatang buas dan berkata bahwa Tuhan mencipta mereka dari api neraka.” Sejarawan Ibn `Athir melaporkan bahwa ketika Bukhara diserbu, 30 ribu tentara kerajaan Khwarizmi tidak berkutik menghadapi keganasan dan kebengisan mereka. Juwaini, sejarawan abad ke-13 yang lain, menulis dalam bukunya Tarikh-I-Jehan Gusan: “Jengis Khan naik ke atas mimbar masjid dan mengaku sebagai cemeti Tuhan yang diutus untuk menghukum orang-orang yang penuh dosa.”

Perang Dengan Negeri Islam
Awal permusuhan dan peperangan dengan negeri Islam bermula dari peristiwa tahun 1212 M. Pada suatu hari tiga orang saudagar Bukhara bersama puluhan rombongannya tiba di wilayah Mongol dan menuju ibukota Karakorum. Entah mengapa orang-orang Mongol menangkap mereka dan kemudian menyiksanya. Sedangkan barang dagangannya dirampas. Tidak lama setelah peristiwa itu Jengis Khan mengirim 50 orang saudagar Mongol untuk membeli barang dagangan di Bukhara. Atas perintah amir Bukhara Gayur Khan, mereka ditangkap dan dihukum mati. Jengis sangat marah dan merancang menyerbu kerajaan Khwarizmi dan negeri lain di Asia Tengah. Penyerbuan itu baru terlaksana pada tahun 1219, hanya selisih tiga tahun setelah tentara Mongol menaklukkan seluruh wilayah Cina.
Pada tahun 1227 M Jengis Khan meninggal dunia , sebelum seluruh wilayah Khwarizmi dan Asia Tengah, termasuk Afghanistan dan India Utara, berhasil ditaklukkan. Dia digantikan putranya Ogotai (1229-1241 M). Di bawah pimpinannya semakin banyak wilayah taklukkan Mongol. Kekuasaan mereka mencapai Sungai Wolga dan Polandia. Sebagian besar orang Mongol telah memeluk agama Buddha, namun beberapa bangsawan dan istri mereka ada yang memeluk agama Kristen. Pengganti Ogotai ialah Kuyuk (1246-1249 M) dan Kuyuk digantikan oleh Mangu (1251-1264), putra sulung Tulul dan Tulul ialah adik bungsu Ogotai. Pada masa kepemimpinan Mangu inilah konflik terjadi dalam keluarga Jengis Khan.
Entah apa sebabnya pada suatu hari Mangu menuduh Ogul Ghaimi, bekas permaisuri Ogotai yang beragama Kristen, bermaksud menggulingkan kekuasaannya dan menghasut orang Mongol yang beragama Buddha melakukan makar. Ogul Ghaimi dihukum mati dan hampir semua keturunan Ogotai dibunuh. Keputusan tersebut didukung oleh Kubilai Khan, yang telah menjadi kaisar Cina, dan Hulagu. Cucu Ogotai, Kaidu yang menjadi panglima di Subutai, tidak berhasil melaksanakan niatnya membalas dendam. Ia malah dipaksa menyerahkan wilayah kemaharajaan Kara Kita (Xinjiang, Cina) kepada Mangu. Begitulah sejak itu kekuasaan Mangu menjadi bertambah luas.
Sebenarnya serangan terhadap Baghdad tidak pernah terpikirkan oleh Mangu, sebab di samping tentara Abbasiyah masih dianggap kuat dan berbahaya, beberapa ulama yang menjadi penasehat penguasa Mongol dapat meyakinkan bahaya serangan tersebut. Menurut para ulama bagaimana pun juga khalifah al-Mu`tashim ialah pemimpin kaum muslimin dan barang siapa yang menistanya pasti akan mendapat balasan setimpal dari Tuhan. Penyerbuan ke Baghdad terjadi setelah Mangu memerintahkan Hulagu membasmi Istana Benteng Alamut dan wilayah yang dikuasai orang-orang Hassasin., yaitu cabang dari sekte Ismiliyah (Syiah Imam Tujuh). Orang-orang Hassasin sangat berbahaya karena sering merampok dan membunuh para saudagar, termasuk saudagar Mongol.
Ketika mendapat perintah saudaranya itu Jenderal Hulagu juga mendapat pesan khusus dari istrinya Dokuz-Khatun yang beragama Kristen. Dokuz-Khatun mempunyai hubungan dengan pemimpin pasukan Perang Salib yang sedang berperang dengan tentara Islam merebut Yerusalem pada waktu itu, dan berkonspirasi dengan misionaris Kristen untuk menghancurkan kaum Muslim. Dia meminta kepada suaminya agar setelah menghancurkan Benteng Alamut (di utara Afghanistan sekarang) segera menaklukkan Iran dan Iraq. Demikianlah sebelum menaklukkan dan membasmi pengikut Hassasin di Alamut, Hulagu dan ribuan tentaranya berangkat dari Transoxiana. Mula-mula dia menyerbu Merw, Rayya dan Nisyapur, kemudian Hamadhan dan dari situ berputar menuju dataran tinggi Marenda serta menghancurkan Istana Benteng Alamut dan membinasakan ribuan pengikut Hassasin.
Setelah itu pasukan Hulagu menyerbu Azerbaijan dan Armenia, yang dengan mudah dapat menaklukkanya. Gerakan selanjutnya ialah ke arah selatan memasuki wilayah al-Jazirah. Setelah beristirahat agak lama dan mengatur strategi perang, di antaranya mengirim mata-mata, pada hari Minggu 4 Syafar 656 H (Februari 1258 M) pasukan Hulagu bergerak mendekati kota Baghdad. Walaupun perlawanan yang diberikan oleh tentara Abbasiyah cukup sengit, namun tidak begitu sukar bagi Hulagu untuk mengalahkan dan menghancurkan mereka.
Catatan yang cukup menarik tentang kekalahan tentara kaum Muslimin Baghdad itu terdapat dalam buku Tarikh al-Islam (hal. 206-7) karangan sejarawan terkenal abad ke-13 M Muhyiddin al-Khayyat: “Sejak bertahun-tahun lamanya telah timbul pertentangan tajam antara pengikut Sunni dan Syiah, juga antara pengikut madzab Syafii dan Hanafi. Pertumpahan darah telah sering pula terjadi dalam pertikaian yang timbul di antara golongan-golongan yang saling bertentangan itu.Pada saat itu khalifah yang berkuasa ialah al-Mu`tashim, sedangkan wasirnya Muayyad al-Dien Ibn al-Qami, seorang tokoh Syiah terkemuka.
Amir Abu Bakar, putra khalifah, dan Panglima Rukhnuddin al-Daudar sudah lama menaruh dendam kepada wasir al-Qami. Pada suatu hari dia memerintahkan tentara mengobrak-abrik tempat tinggal orang Syiah. Peristiwa ini dirasakan sebagai pukulan hebat oleh wasir terhadap dirinya. Diam-diam dia berkorespondensi dengan Hulagu dan mendorong panglima Mongol dari Transoxiana itu segera berangkat merebut ibukota Baghdad.
Hulagu pun datang dengan ribuan tentaranya pada bulan Syafar 656 H dan mengepung Baghdad. Dengan persetujuan khalifah Panglima al-Daudar membawa pasukan tentara Baghdad untuk mengusir tentara Mongol. Tetapi malang tidak dapat dielakkan. Pasukannya kalah telak dan dia sendiri tewas dengan kepala terpisah dari badan. Sisa pasukannya menyelamatkan diri ke balik tembok ibukota yang kukuh dan sebagian lagi melarikan diri ke Syria.
Setelah itu wasir al-Qami menemui Hulagu, dan atas persetujuan Khalifah al-Mu`tashim, dilakukan perundingan dengannya. Wasir dan pengiringnya pulang ke dalam kota, dan setelah terjadi kericuhan dia pun berkata kepada khalifah: “Hulagu Khan berjanji akan tetap menghormati dan mengakui Tuan sebagai Khalifah, seperti mereka mengakui Sultan Konya. Bahkan dia hendak mengawinkan seorang putrinya dengan putra Tuanku, Amir Abu Bakar!”
Muhiyiddin al-Khayyat selanjutnya melaporkan bahwa Khalifah al-Mu`tashim disertai seluruh pembesar kerajaan dan hakim beserta keluarga mereka sebanyak 3000 orang keluar dari istana menemui Hulagu. Pada mulanya mereka disambut dengan baik, tetapi sekonyong-konyong dibantai satu persatu oleh perajurit-perajurit Mongol. Selama 40 hari lamanya perajurit Hulagu Khan membunuh, menjarah, memerkosa wanita. Rumah-rumah ibadah, perpustakaan, madrasah, istana, dan gedung-gedung lain dihancurkan hingga luluh lantak. Buku-buku agama, filsafat, ilmu, sastra dan lain-lain-lain diceburkan ke sungai Tigris hingga air sungai itu berwarna hitam oleh tinta naskah yang diceburkan. Bayi dalam gendongan dibantai bersama ibu mereka. Wanita hamil yang kurang cantik parasnya ditusuk perutnya. Hanya gadis-gadis cantik yang selamat dari pembantaian sebab mereka memang diincar untuk dijadikan obyek pemuasan hawa nafsu mereka. Sejak itulah Dinasti Ilkhan Mongol berkuasa di bekas wilayah kekuasaan kekhalifatan Abbasiyah, termasuk Persia yang wilayahnya ketika itu membentang luas meliputi sebagian Asia Tengah dan Afghanistan sekarang di samping Iran dan Iraq..

Orang Mongol Memeluk Islam
Dalam perjalanan sejarah sering terjadi hal yang musykil dan ganjil serta tak terbayangkan oleh siapa pun sebelum peristiwa itu terjadi. Di Cina orang-orang Mongol yang menguasai negeri itu dengan kekejaman serupa hanya dalam dua generasi berbondong-bondong memeluk agama Buddha yang berkembang di Cina. Penganut Konfusianisme dan Taoisme mengalami tekanan berat. Di Persia dan Asia Tengah sebaliknya, hanya dua tiga generasi kemudian bangsa Mongol beramai-ramai memeluk agama Islam. Tidak hanya di situ, mereka juga menjadi pelindung kebudayaan dan peradaban Islam yang termasuk paling gigih dan lama dalam sejarah.
Tentu saja prosesnya berliku-liku. Pemimpin Mongol pertama yang memeluk Islam ialah Barkha Khan (1256-1266 M), cucu Jengis Khan dari putranya Juchi Knan yang berkuasa di Eropa Timur dan Tengah. Bersama ratusan pengikutnya dia memeluk Islam berkat keakabannya dengan sejumlah sufi dan pemimpin tariqat di sekitar lembah Wolga. Sultan Bharka inilah yang membantu Sultan Baibar dari Mesir dalam menghaapi serangan Hulagu Khan dan tentara Salib pada ahun 1260 M. Sultan Mongol lain yang paling awal memeluk Islam ialah Abagha (1265-1282), kemudian disusul putranya Tagudar Khan (1281-1284 M). Namun karena tindakannya memberi peluang besra bagi perkembangan Islam, dia diadukan oleh pemuka-pemuka bangsa Mongol kepada Kubilai Khan di Cina. Rebutan kekuasaan terjadi dan Tagudar mati terbunuh. Dia digantikan oleh putranya Arghun yang memeluk agama Kristen.
Penggantiu Arghun adalah Baidu Khan (1293-1295 M). Pada masa inilah terjadi peristiwa paling sejarah. Setelah dia meninggal putranya Ghazan Khan (1295-1302 M) naik tahta. Pada mulanya memeluk agama Buddha, tetapi ketika naik tahta dia mengumumkan diri memeluk agama Islam. Ghazan lahir pada 4 Desember 1271 M. Usianya ketika naik tahta genap 24 tahun. Pada umur 10 tahun dia diangkat menjadi gubernur Khurasan, Iran Utara. Pendmaping dan penasehatnya ialah Amir Nawruz, putra Arghun Agha yang telah menjadi gubernur di Persia Utara selama 39 tahun. Amir Nawruz adalah salah seorang pembesar awal yang memeluk agama Islam secara diam-diam. Atas usahanya Ghazan Khan memeluk Islam.
Ajakan Arghun kepada Ghazan Khan untuk memeluk Islam bermula ketika Ghazan sedang berjuang merebut tahta kerajaan dari saingan utamanya Baidu. AmirNawruz berkata, “ Berjanjilah Tuanku, apabila kelak Allah menganugerahkan kemenangan kepada Tuan, sebagai ucapan syukur Anda mesti memeluk agama Islam!” Atas petunjuk dan nasehat Amir Nawruz Ghazan Khan memperoleh kemenangan dengan mengalahkan pasukan Baidu di medan perang. Dia naik tahta pada tanggal 4 Sya`ban 644 H = 19 Juni 1295 M. Janjinya untuk memeluk Islam dipenuhi. Bersama 10.000 orang Mongol lain, termasuk sejumlah pembesar, bangsawan dan jenderal, dia mengucapkan dua kalimah syahadat di depan Syekh Sadrudin Ibrahi, seorang ulama sufi masyhur pada zamannya dan putra tabib atau dokter terkemuka pengikut Ibn Sina bernama al-Hamawi. Dalam sejarah tercatat pula bahwa Sultan Ghazan inilah raja Mongol pertama yang mencetak uang dinar dengan inskripsi Islam. Selama masa pemerintahannya yang singkat seni dan kebudayaan Islam kembali berkembang dengan suburnya. Dia mendatangkan banyak pelukis Cina ke istananya untuk mengajarkan seni lukis kepada orang-orang Persia dan Mongol.
Sultan Ghazan wafat pada 17 Mei 1304 M disebabkan konspirasi politik yang ingin menobatkan sepupunya Gaykathu yang beragama Buddha. Kematiannya ditangisi di seluruh Persia. Dia bukan hanya seorang negarawan, tetapi pencinta seni, khususnya arsitektur, seni kriya dan sastra. Dia juga pencinta ilmu pengetahuan alam, mempelajari astronomi,, kimia, mineralogy, metalurgi dan botani. Dia menguasai bahasa Arab, Cina, Tibvet, Persia, Hindi dan Latin. Penggantinya Uljaytu (1304-1316 M) meneruskan kebijakannya. Tetapi raja Mongol paling saleh di Persia ialah Abu Said (1317-1334 M). Di bawah pemerintahannya kebudayaan dan seni Islam kembali berkembang marak di Persia. Pada masa ini pulalah bangsa Mongol dan keturunan mereka yang telah bercampur dengan orang Turk dan Persia tidak merasa menjadi orang asing di Persia dan Asia Tengah.
Penaklukan dan pendudukan bangsa Mongol atas Persia dan Baghdad tidak hanya dirasakan di Asia Barat, Timur Tengah dan Asia Tengah. Tetapi juga di anak benua India dan Asia Tenggara. Dalam bukunya Atlas Budaya Islam (1992), Ismal R Faruqi menulis: “Sebagai akibat penaklukan itu terjadi perpindahan besar-besaran orang Islam dari Iran, Iraq, dan negeri Arab ke Asia Tenggara. Oleh sebab itu sejak abad ke-13 M wilayah ini (Asia Tenggara) menyaksikan maraknya eperluasan kekuatan Islam. Ulama, para sufi terkemuka, tentara yang tidak aktif lagi, seniman, tabib, para pengrajin dan semua anggota masyarakat dari berbagai lapisan, etnis, ras, golongan, dan aneka kepakaran berbondong-bondong datang ke Nusantara untuk mencari kehidupan yang aman dan perlindungan, jauh dari kekejaman yang terjadi selama terjadi peperangan dan penaklukan…” Dua pelabuhan penting yang digunakan untuk berlayar ke India dan Indonesia adalah pelabuhan Aden diYaman dan Hormuz di Teluk Persia. Tempat-tempat penting di Nusantara bagi masuknya para muahjirin itu ialah pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pesisir umatra dari Samudra Pasai sampai Palembang di pantai timur dan Barus di pantai barat, kemudian mengalir ke pelabuhan-pelauhan utama di pulau Jawa seperti Tuban, Gresik, Jepara, Surabaya dan Cirebon.
Dampak penaklukan Mongol yang lebih besar tentu saja juga dialami negeri-negeri sekitarnya. Dampak yang paling nyata hingga sekarang ialah munculnya etnis-etnis Muslim campuran Mongol, Turk, Persia dan Cina Han di Asia Tengah, Rusia, dan Cina. Etnis-etnis ini menjadi penduduk negara-negara seperti Uzbekistan, Turkmenistan, Kazakhtan, Tajikistan, Kyrgistan dan lain sebagainya. Dinasti-dinasti besar dan kecil juga bermunculan dari keturunan mereka menjadi penguasa di banyak negeri Asia, khususnya Asia Tengah, sejak abad ke-13 sampai abad ke-19 M. Yang paling terkenal ilah Dinasti Mughal di India yang didirikan oleh Babur pada awal abad ke-15 M. Babur adalah keturunan Jengis Khan dari pihak ayah dan Timur Lenk dari pihak ibunya. Bersama tentaranya dari Ferghana ia mengembara melintasi Afghanistan dan akhirnya merebut Delhi. Tetapi impiannya untuk mendirikan kesultanan Mughal di India baru tercapai di tangan putranya Humayun dan cucunya yang masyhur Sultan Akbar. Dinasti ini berkuasa di India hingga awal abad ke-19 M. Kekuasaannya berakhir setelah dotaklukkan oleh Inggeris dan rajanya yang terakhir Bahadur Syah dibuang ke Myanmar, yang juga merupakan jajahan Inggeris ketika itu.
Peranan Dinasti Mughal di India sangat penting bagi penyebaran kebudayaan Islam Persia di anak benua itu dan Nusantara. Sampai akhir masa kekuasaannya bahasa Persia dijadikan bahasa pergaulan intelektual dan kebudayaan. Tetapi berbeda dengan Dinasti Safawi yang juga muncul pada abad yang sama, Dinasti Mughal tetap mempertahankan madzab Sunni sebagai anutannya, sedangkan Dinasti Safawi memilih mazhab Syiah.
Jengis Khan menurut gambaran pelukis Mongol.
Suasana Karakorum, ibukota Mongol pada abad ke-13 M, setelah penaklukan Jengis Khan dan keturunannya atas negeri Tiongok, Persia dan lain-lain. Kota Karakorum didatangi pedagang Arab, Persia, Cina, Turk dan lain.

Rabu, 12 Mei 2010

Sekber Golkar Plus


Kalam

Pembentukan Sekretariat bersama Partai Koalisi Kabinet Indonesia Bersatu II yang digagas oleh SBY bisa mengacaukan konstitusi, (kompas 12 mei 2010) ditengarai secara tidak langsung membonsaikan fungsi DPR RI yang seharusnya menjadi clearing house untuk membahas aspirasi rakyat dan menyelesaikan problem-problem kenegaraan sesuai dengan mekanisme demokrasi yang sudah ada.

Sejarah terbentuknya Sekber Golkar di era Orde baru pada tahun 1964, yang semula merupakan gabungan dari ormas-ormas seperti Kosgoro, Soksi, MKGR, ormas Hankam dsb, dimaksudkan oleh Angkatan Darat untuk melawan kekuatan komunis. Dan ternyata apa yang terjadi kemudian adalah Sekber Golkar sebagai suatu kekuatan baru yang dahsyat telah mengendalikan Indonesia selama 32 tahun kekuasaan orde baru, yang dikomandoi oleh Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina.

Kemenangan Sekber Golkar pertama kali dimulai dengan memenangkan Pemilu 1971 dengan perolehan suara sebesar 62,8 %. Walaupun setahun kemudian pada Mukernas Sekber Golkar, diputuskan bahwa Sekber berganti nama menjadi Golkar, dan keanggotaan tidak merupakan representasi massif tetapi beralih kepada perorangan, namun eksistensi Golkar sebagai kekuatan penyeimbang yang kemudian menjadi pelopor Front nasional bersama-sama Ormas pendukung mampu menyusun kekuatan untuk duduk di Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara. Dan sejak itu seorang Ketua umum Golkar dipegang oleh seorang purnawirawan ABRI.

Apakah tidak mungkin kolusi Sekber seperti dulu yang mengukuhkan dominasi dan hegemoni Dwi fungsi ABRI sekarang beralih menjadi Dwi fungsi penguasa – pengusaha? Disisi lain proses Demokratisasi yang berjalan selama ini 'on the track' sekarang berubah hanya menjadi stempel semata? Sekber secara nyata menjadi organisasi tanpa bentuk (OTB) yang mewadahi partai–partai koalisi, yang fungsinya meng kooptasi semua persoalan kenegaraan yang dianggap strategis. Sekber punya kekuatan untuk memanggil para menteri melalui ketua umum nya SBY yang ternyata adalah Presiden RI. Sekber juga bisa memanggil ketua umum Partai politik koalisi dan memberi pengarahan sesuai dengan kemauan pemerintah untuk mendukung suatu kebijakan pemerintah.

Secara perlahan tapi pasti bahwa dinamika Demokrasi yang gaungnya terdengar dinamis akan menjadi senyap. Partai oposisi yang di- komandani oleh PDIP, Hanura, Gerindra menjadi tidak berdaya di dalam pemungutan suara Rapat Paripurna DPR. Makna Musyawarah untuk mufakat telah diganti dengan pengambilan keputusan jalan pintas (instan) tanpa repot ber dialog, lobby dan melakukan pendekatan persuasive sebagaimana yang selama ini telah berjalan positif.

Pemikiran yang di godok secara komprehensif – integral berganti menjadi pemikiran sea-rah yang sudah diputuskan diluar sidang dan tinggal membacakan saja. Semua di rekayasa sesuai selera petinggi Sekber. Dimana tanggung jawab anggota DPR kepada konstituen? Bukankah ini mirip Negara di dalam Negara?Bukankah ini merupakan tindakan anomaly yang berusaha merusak tatanan system kenegaraan termasuk implementasi Trias politica yang salah? Inikah terobosan untuk menghidupkan "komunikasi" Partai-partai koalisi gemuk di dalam system Presidensial setengah hati? Apa sih maunya Golkar?, Ada apa dibalik ini?

Di dalam Blog ini saya masukkan tulisan Tamrin Amal Tomagola seorang dosen Fisipol UI,(Kompas 11 Mei 2010), yang saya anggap menarik sebagai pemikiran banding atas apa yang menjadi polemic menyikapi persoalan politik kenegaraan yang actual dewasa ini. Salam. (a.m.a) 


Aburizal Bakrie, ketua umum Partai Golkar pilihan Munas di Riau tahun lalu, ternyata sungguh-sungguh mulai menepati janjinya di depan Munas Riau. Dihadapan keluarga besar Partai Golkar, ia berjanji mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk mengembalikan kejayaan yang pernah diraih Sekretariat Bersama Golongan Karya, Sekber Golkar, dalam lebih dari tiga decade dipanggung perpolitikan nasional.

Pada 6 mei lau di Cikeas, secara cerdik dan telak ia berhasil mengunci kesepakatan politik dengan pensiunan Jenderal Bambang Susilo Yudoyono di markas-kebijakan Partai Demokreat (PD)itu.Bermodalkan kecerdikan pembacaan peta politik dan karakter personal SBY serta disertai dengan maneuver licik, terukur dan dingin ( sherewedness ), Ical sapaan akrabnya, berhasil menekuk Jenderal asal pacitan ini untuk menerima kenyataan bahwa hanya dengan mengandalkan hubungan yang bersahabat dengan Golkarlahg pemerintah SBY-Boediono bisa selamat sampai tahun 2014.

Posisi sebagai ketua harian Sekber Koalisi akan memberi kesempatan yang luas bagi Ical untuk mengulang kisah sukses Sekber Golkar pada awal Orde Baru. Selamat datang Sekber Golkar Plus, gabungan pragmatis antara para politisi Soehartois Orde Baru yang promodal dengan politisi oportunis, miskin karakter, produk reformis yang telah melupakan rakyat.


Bukan tandingan

Sudah sangat jelas sejak awal reformasi, 12 tahun lalu, bahwa sebagai akibat tekanan pengerdilan terhadap parpol di era Orde Baru, satu-satunya Parpol yang paling kokoh secara institusional, organisasional dan kepemimpinannya adalah Golkar. Demikian kenyalnya kekokohan Golkar dalam hampir semua bidang kelembagaan sehingga, walaupun partai Beringin ini babak belur diterpa badai reformasi, ia tetap membandel tegak walau agak oleng. Begitu badai reformasi mulai mereda, Golkar bangkit kembali secara bertahap. Walau terus mengalami penyusutan perolehan suara dalam tiga pemilu sejak 1999, partai Golkar ogah dihabisi dengan mudah.

PD dan Partai Keadilan Sejahtera adalah dua Parpol pendatang baru produk demokrasi yang sampai titik tertentu mampu mengembangkan kekokohan institusional, organisasional, kepemimpinan ala Golkar. Namun tetap saja sama sekali belum menyamai Partai Golkar. Karena itu, dalam dinamika Sekber Golkar Plus sampai dengan 2014 akan sangat diwarnai secara kuat oleh kepemimpinan Golkar dalam kendali Ical. Baik cetak biru maupun warna biru kebijakan pemerintahan pemerintahan SBY-Boediono akan kian memudar teralingi oleh warna kuning yang diperkirakan akan kian asertif dalam forum Sekber Golkar Plus.

Paling tidak ada tiga keunggulan tak tertandingi yang dipunyai Golkar saat ini dibandingkan dengan anggota koalisi lain. Pertama, dalam kualitas ketegasan arah kepemimpinan. Dalam hal ini, nyaris tidak satu pun dari jajaran pimpinan parpol-parpol sekarang ini yang dapat menandingi kualitas kepemimpinan Ical, syahdan SBY sekalipun. Ketegasan dan kelugasan kepemimpinan Ical ini sangat kentara bedanya, seperti langit dengan bumi, dengan ketegasan yang diperagakan SBY dalam sengkarut skandal Bank century.

SBY cenderung diam, menunggu arah angin, safety first, hanya bertindak saat semua sudah kasep. Pernah sedikit bergeming membela integritas dan profesionalitas Sri Mulyani Indrawati dan Boediono, tetapi ini pun hanya seumur jagung. Berpura-pura tegas memerintahkan penindakan para pengemplang pajak, tetapi hanya sebentar saja. Tiba-tiba loyo berhadapan dengan kartu-kartu as se-troly yang dilemparkan Ical plus Golkar.Sebaliknya, Ical sedari awal menegaskan pemisahan lugas antara bisnis pribadinya dan entitas partai Golkar. Tegas mengintruksikan , usut kasus Bank Century hingga tuntas lewat koridor politik kemudian ke koridor hukum. Kartu-kartunya dibuka jelas transparan di atas pentas politik.

Kedua,keunggulan kualitas kader. Tertempa selama lebih dari lima decade, Golkar berhasil membangun system dan mekanisme pengaderan berjenjang yang sudah sangat mapan. Para kadernya gesit di lapangan, cermat mengatur administrasi perkantoran, serta andal memimpin rapat-rapat organisasi. Butir-butir keunggulan kader-kader Golkar ini sama sekali tidak teramati dikalangan kader-kader PD. Kader yang dijagokan di Senayan bahkan memimpin rapat paripurna saja tidak becus.

Terlepas daripada mayoritas kursi yang dikuasai, kader-kader PD sangat kedodoran, baik dalam wawasan politik, pengetahuan tentang system dan mekanisme legeslatif maupun ketrampilan teknis sebagai wakil rakyat. PD yang hanya unggul dalam dimensi quantity of participation, tetapi jauh terpuruk dalam quality of participation (Habermas, 1980). Mungkin kader PD yang cukup mendapat respek hanyalah SBY sendiri dan Anas Urbaningrum, Bahkan SBY bukan hanya kader tunggal unggulan, ia sudah identik dengan PD itu sendiri. Kenyataan ini akan sangat memurukkan atau paling krang merepotkan PD bila SBY lengser secara konstitusional pada 2014. Bisa–bisa perolehan suaraPD kembali terpuruk keangka sekitar 7 persen seperti di Pemilu 2004.

Ketiga, karena SBY identik dengan lembaga PD itu sendiri, system dan mekanisme kelembagaan PD relative tidak terbangun sama sekali. Semua menunggu isyarat, restu, dan komando dari sang jenderal. Bila tidak menerima satupun dari ketiga hal itu, PD sebagai organisasi tidak bergerak. Feodalisme komando ini sangat merugikan PD dalam jangka panjang. Sebaliknya partai Golkar,seperti sudah dikemukakan sebelumnya, mesin organisasi kelembagaan sudah sabgat jelas dan mapan. Apabila nanti SBY lengser pada 2014, bukan tidak mungkin akan terjadfi eksodus besar-besaran, bedol partai, kembali bergabung dengan Golkar karena sebagian besar pengurus dan anggota PD berkampung halaman di desa beringin.

 
Kudeta halus Golkar?

Dengan akan dominannya, figur Ical bersama Golkar dalam Sekber Golkar Plus ini, secara tersirat sebetulnya dapat dimaknai sebagai kudeta halus Golkar. Dalam perumusan kebijakan-kebijakan nanti, Sekber Golkar Plus ini praktis akan menjadi kuda tunggakan politik untuk kembali berkuasanya Golkar pada 2014.

Bagi Indonesia, terbentuknya Sekber Golkar Plus akan sangat berdampak jauh. Berkumpul dan bersatu kembalinya para suhartois Orde baru plus oportunis produk reformasi dalam wadah Sekber Golkar Plus adalah benar-benar berita buruk bagi Indonesia, baik sebagai negeri maupun bagi rakyat wong cilik. Dengan segala keunggulan partai Golkar tersebut diatas, partai ini justru menjadi sangat berbahaya.

Indonbesia akan semakin dikuras baik oleh modal internasional maupun modal nasional. Kasus-kasus Lapindo dan Freeport akan semakin marak merusak lingkungan dan menyelengsarakan rakyat. Faisal Basri (kompas 10 mei 2010) merumuskan dengan sangat tepat : "Indonesia akan kembali terjerembap kedalam cengkeraman dwi fungsi yang lebih bengis dari dwi fungsi militer Orba, bernama dwi fungsi pengusaha-penguasa."

Relakah anda? Hanya ada satu kata :"lawan dwi fungsi bengis pengusaha – penguasa ini"! Caranya; masyarakat sipil pejuang setia reformasi, khususnya para aktivis LSM dan Ormas harus mampu menyingkirkan hal sepele, apalagi yang bersifat personal, dan kemudian berupaya membentuk suatu "common political flatform" yang menempatkan kepentingan Indonesia sebagai negeri dan rakyatnya pada tempat utama yang pertama diatas segala- galanya Indonesia first! Utamakan Indonesia dalam pikiran , sikap, kata ataupun perbuatan. Senandungkan "Indonesia Raya" di mana saja anda berada.

 

 
 


 

Sabtu, 01 Mei 2010

LEMAHNYA DAYA SAING BANGSA


  Oleh :  Abdul Muin Angkat                                                  

Mengapa daya saing bangsa dianggap sangat lemah bila dihubungkan dengan transformasi Ipteks, yang  seharusnya menghasilkan nilai tambah  bagi peningkatan mutu kehidupan anak bangsa? Mengapa juga inovasi, difusi, perekayasaan & alih teknologi masih tertinggal  bila dibandingkan dengan Negara tetangga Thailand, misalnya? Bukankah  diperlukan perubahan yang mendasar  di dalam pengembangan  kapasitas  dan system  manajemen perguruan tinggi?.  Daya saing perguruan tinggi akan meningkat, apabila  kesehatan organisasi  baik ditingkat nasional  maupun  perguruan  tinggi dapat diwujudkan.
Dalam HELTS (Higher Education Long Term Strategy) 2003-2010, Dikti telah merumuskan  strategi pengembangan yang  bertumpu pada 3 strategi utama, yaitu 1) peningkatan daya saing bangsa, (nation’s competitiveness), 2) Otonomi dan decentralisasi,  (autonomy), dan 3) Kesehatan organisasi, (organizational health).

Daya saing bangsa. Perguruan tinggi dituntut untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Untuk meningkatkan daya saing lulusan harus dimulai dengan peningkatan mutu  dan daya saing perguruan tinggi itu sendiri. Upaya peningkatan mutu pendidikan tinggi secara nasional telah dimulai sejak awal tahun 1990, melalui kebijakan yang tertuang di dalam KPPTDJP 1995- 2005, dan seterusnya dilanjutkan dengan HELTS 2003 – 2010. Melalui kebijakan tersebut institusi pendidikan tinggi diharapkan mampu meningkatkan kualitasnya  melalui berbagai program pengembangan antara lain; program university research for graduate education, (URGE 1990), Development Of Undergraduate Education,(DUE, 1994), Quality for Undergraduate  Education, (QUE,1996), Semi-QUE, (1999), DUE-like (1999), Technological  and professional skills  Development Project (TPSD,2000), serta Program A1, A2, dan B (2004), khusus untuk program B, diharapkan munculnya perguruan tinggi yang mampu bersaing dengan perguruan tinggi luar negeri.Terakhir Program teranyar,adalah Percepatan Peningkatan Kualitas Mutu PTS sehat, Program kewirausahaan, dan program Soft skill mahasiswa. (2008-2009).
Otonomi dan desentralisasi.  Di dalam rangka pembenahan kapasitas  institusi pendidikan tinggi, telah dilakukan Pergeseran peran  Ditjen Dikti, dari peran regulator ke peran fasilitator. Dalam hal ini kewenangan perguruan tinggi semakin diperluas melalui otonomi perguruan tinggi. Perguruan tinggi secara otonom menetapkan visi misi nya sesuai dengan potensi, dan kekhasan institusi regional yang dipadukan dengan tujuan pendidikan nasional.
Kesehatan organisasi. Intitusi pendidikan yang  sehat, memenuhi persyaratan pelaksanaan  akademik dengan melakukan restrukturisasi organisasi sesuai dengan fungsi, serta pengembangan organisasi mitra. Di tingkat perguruan tinggi Swasta sesuai dengan  peningkatan akreditasi  telah dilakukan program nurturing untuk memberikan inisiasi kepada perguruan tinggi lemah dengan mengirimkan dosen-dosen senior dari berbagai ilmu murni.
Secara khusus pemerintah mendorong dirumuskannya mekanisme  dan tata cara meng-evaluasi kondisi kesehatan organisasi perguruan tinggi, dan menyiapkan dana khusus untuk meningkatkan  mutu perguruan tinggi tersebut. Mampukah perguruan tinggi memperbaiki kualitas institusi dan peningkatan sumber daya insane ditengah-tengah kompetisi antar bangsa, dengan memanfaatkan sepenuh-penuhnya rekayasa Ipteks bagi kemakmuran? Masihkah diperlukan kebijakan ‘merger’ bagi Perguruan tinggi yang tidak memenuhi Standar minimal kualitas mutu  dari sekitar 2800 Perguruan tinggi  di Indonesia?       

Penelitian berbasis R&D

Perguruan tinggi sebagai ‘knowledge factory’, sebagai Pusat peradaban, dan Pusat Intlektual, diharapkan menghasilkan lulusan  yang kreatif dan inovatif dengan keterampilan khusus yang dibutuhkan diberbagai sector kehidupan, termasuk bidang teknologi, ekonomi, hukum dan social budaya.  Di dalam persaingan global, dimana pengembangan teknologi harus berbasis R&D,  kiranya perlu didukung  oleh stake holders.
Perguruan tinggi juga memiliki peran strategis guna menumbuhkan budaya meneliti serta meningkatkan mutu penelitian di semua perguruan tinggi sehingga mampu untuk melakukan transvers  teknologi, memanfaatkan teknologi  bagi kepentingan pembangunan bangsa  guna mempercepat Pencapaian  kesejahteraan serta keadilan social bagi seluruh bangsa Indonesia.
Dengan visi dan misi baru perguruan tinggi yaitu mendekatkan kerjasama yang bersifat ‘ kebijakan untuk melaksanakan simbiose mutualistis  antara perguruan tinggi   dan  pihak industry, ini menandakan bahwa peran perguruan tinggi  semakin strategis untuk meletakkan dasar-dasar serta pengembangan jiwa kewirausahaan dikalangan civitas academica. Pertumbuhan ekonomi berbasis penguasaan teknologi maju  diharapkan akan memberikan kontribusi yang sangat signifikan  bagi  pencapaian kesejahteraan masyarakat.
Optimalisasi  peran perguruan tinggi di dalam  aktualisasi kapasitas sumber daya insani  yang merata di seluruh Indonesia  akan menghilangkan kesan sentralisme  yang terpusat di dalam menajemen pengelolaan perguruan tinggi  yang kuat dan mandiri.


MASALAH POKOK
Lima masalah pokok yang memerlukan dukungan pengambilan kebijakan di dalam  Higher education long term strategy (HELTS) 2003 – 2010  yaitu 1)Governance, 2) Dana 3) SDM, 4)Peraturan Perundangan, 5)Penjaminan mutu akademik, sbb:
1.       Governance. Tata kelola merupakan aspek penting di dalam organisasi, karena secara spesifik pengelolaan perguruan tinggi sangat berbeda dengan pengeloaan bisnis perusahaan atau pemerintahan. Secara universal bahwa perguruan tinggi mempunyai keunikan sendiri  yaitu adanya system nilai berdasarkan norma kebaikan, kebenaran, kejujuran dan saling menghormati. Salah satu kebutuhan  mendasar dari perguruan tinggi adalah kebebasan akademik, dan pengelolaan otonomi agar perguruan tinggi  bisa berkembang didalam  konteks peningkatan daya saing bangsa  di dalam  era globalisasi  sekarang.
2.       Dana. Sumber penerimaan dana serta system pengelolaan yang transparan  yang memenuhi  kaidah-kaidah transparansi dan melalui pertanggung jawaban yang akuntable adalah salah  satu syarat agar kepercayaan  masyarakat dan Negara  memberikan citra yang baik terhadap pembinaan perguruan tinggi secara bertanggung jawab.Peningkatan sumber dana alternative selain dari dana RAPBN diperoleh dari masyarakat dan stake holder  melalui hibah maupun kerjasama  pendidikan.
3.       Sumber daya insani  sebagai  asset nasional  merupakan ‘moral force’ di dalam mencetak insane yang ber akhlakulkarimah guna pembangunan karakter bangsa. (Nation and Character building).
4.       Peraturan Perundang-undangan mencerminkan adanya  ‘political will’ Pemerintah  untuk menata perguruan tinggi secara menyeluruh dan sistemik. Pola baru di dalam pengelolaan  perguruan tinggi  dilaksanakan secara desentralisasi.
5.        Penjaminan mutu akademik. Dengan adanya peningkatan  mutu Perguruan tinggi,  maka masyarakat akan bisa menilai sendiri mutu sebuah perguruan tinggi guna tercapainya kesehatan organisasi.    

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN TINGGI.
Dari lima masalah pokok di atas, dikerucutkan menjadi tiga kebijakan  dasar  yang disebut sebagai  1) Daya saing Bangsa, 2) Otonomi, 3) Kesehatan organisasi
1.      Daya saing.  Fungsi pendidikan tinggi yang merupakan landasan bagi pertumbuhan dan pengembangan  peradaban Bangsa diharapkan menjadi suatu ‘kekuatan moral’ yang mendorong terciptanya a) insan  yang ber akhlakul karimah  mempunyai kecerdasan holistic  yang merupakan integrasi kecerdasan IQ,EQ, dan SQ. Dalam hal ini Perguruan tinggi  sebagai ‘knowledge factory’,serta Pusat Intlektual,  harus mampu a) menanamkan nilai-nilai luhur Bangsa (kebenaran, kejujuran, keadilan), b) menjaga persatuan dan keasatuan Bangsa, c) mengawal pelaksanaan Demokrasi yang berkeadilan, dan d) memanfaatkan momentum  reformasi untuk perubahan.     
(Dari sumber ; www. Imd.ch/wcy/order farm), posisi Indonesia dalam peringkat daya saing diantara Negara-negara berpenduduk di atas 20 juta, masih bertengger pada peringkat 28, dari 30 negara. Perilaku inovatif, tanggung jawab dan profitabilitas perusahaan menduduki peringkat ke -30 dengan nilai 6,1. Sementara kebijakan pemerintah untuk meningkatkan daya saing juga masih rendah yaitu dengan nilai 16,9, pada peringkat 27. Sementara kontribusi Sains,  teknologi, SDM terhadap dunia
Usaha masih pada posisi angka 9,6, terlemah diantara 30 Negara (yang berpenduduk diatas 20 juta).
2.      Desentralisasi  dan Otonomi. Sesuai dengan UU Sisdiknas dinyatakan bahwa pertama, Gerakan  Reformasi di Indonesia secara umum menuntut dilaksanakannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip Hak azasi manusia. Kedua, dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang  sedemikian cepat, maka diperlukan   pembaharuan sistim pendidikan nasional yang diselenggarakan secara gradual.  Ketiga, Yang dimaksud dengan Otonomi Perguruan tinggi  sesuai dengan penjelasan UU Sisdiknas, adalah kemandirian perguruan tinggi untuk  mengelola sendiri institusinya.
3.      Kesehatan Organisasi. Perguruan tinggi diharapkan mampu  berperan untuk mendorong  pertumbuhan daya saing melalui inovasi  Ipteks  serta meningkatkan  kreatifitas Ilmu pengetahuan. Organisasi yang sehat yang memungkinkan Perguruan Tinggi menjalankan Visi Misi nya  secara bertanggung jawab. Hal tersebut ditandai dengan ciri-ciri  sbb; a)Berkembangnya kebebasan akademik, b) Terciptanya suasana akedemik yang inovatif, dan kreatif sehingga menciptakan  ide-ide baru  dan peradaban baru, c) Berkembangnya sistem nilai etis dan  produktif, yang ditandai dengan tumbuhnya  team building dan team spirit untuk melahirkan kelompok-kelompok kreatif, d) Terciptanya budaya organisasi yang kompetitif untuk menyaring pribadi unggul dan meritokratis, e) Berlangsungnya kerjasama yang berkesinambungan dengan  memperluas jaringan, f)Transformasi jiwa kewirausahaan  kepada mahasiswa, sehingga produk intlektual dan  penelitian  dapat dipasarkan.       


PEMBAHASAN  DAN  EVALUASI.
   Rencana Strategis jangka panjang (Strategic Plan ) adalah dokumen yang  menerangkan tujuan organisasi dan menetapkan sasaran  yang realistis dan objektif (konsisten dengan misi)  dalam jangka waktu tertentu. Rencana strategis merupakan alat bantu yang kuat bagi institusi untuk meng-ekspresikan  Visi yang dimiliki. Rencana strategis berfokus pada masa depan, dan perhatian utamanya adalah daya adaptasi organisasi  terhadap perubahan dilingkungannya. Semakin sering terjadi perubahan di-sekitar organisasi, semakin sering pula proses peninjauan ulang  terhadap Rencana Strategis harus dilakukan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah menyusun  Strategi jangka panjang pendidikan tinggi yang dikenal dengan HELTS  2003 – 2010 (Higher Education Long Term Strategy). Dokumen ini menjadi acuan utama  dalam upaya meningkatkan peran pendidikan tinggi  di Indonesia dalam konteks persaingan global  sehingga mampu memperkuat daya saing bangsa.


HELTS 2003 – 2010, memfokuskan 3(tiga) hal penting yaitu ; 1. Daya saing bangsa, 2. Otonomi, 3) Kesehatan organisasi.
1.      Daya saing
Krisis multi dimensi yang melanda Indonesia sejak tahun 1998,menyebabkan negeri ini  terpuruk  daya saingnya di dunia internasional. Dari sector  ekonomi disadari bahwa upaya untuk bangkit dari krisis, masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Secara keseluruhan Bank dunia di dalam salah satu laporannya mencatat, bahwa posisi daya saing Indonesia diantara 30 negara yang berpenduduk diatas 20 juta menempati urutan ke -28. Seperti terlihat pada table 1. Tabel tersebut secara keseluruhan  menyebutkan rendahnya  daya saing   Bangsa Indonesia dibandingkan dengan 30 negara lain. Parameter penilaian yang digunakan sangat erat kaitannya dengan kinerja perguruan tinggi, seperti misalnya masih lemahnya inovasi, difusi, perekayasaan & alih teknologi, lemahnya informasi teknologi hasil penelitian terhadap pelestarian SDA. Selain itu kontribusi Ipteks juga masih jauh terhadap kontribusi nasional, di dalam table tersebut, ‘Kualitas pendidikan tinggi’ terdapat angka 9,6 dan Indonesia masih berkutat di peringkat 30 di antara 30 negara. Dan ini,  yang sungguh masih merisaukan. Indonesia termasuk salah negara dimana kebijakan pemerintah untuk meningkatkan daya saing masih  rendah. Yaitu  angka  16,9, artinya usaha pemerintah untuk mendukung percepatan pembangunan dengan kebijakan IT, masih setengah hati. Posisi   Indonesia nomor 3 urutan dari bawah dari 30 negara.
Dipihak lain dari Sumber ADB, 2003, pada indicator dan outcomes (table 2) yang menunjukkan angka jumlah eksport yang berbasis teknologi tinggi, dari lima Negara di Asia, posisi Indonesia paling rendah dari Negara Filipina, Singapura,Thailand dan Malaysia. Didalam data tersebut, jumlah R&D Indonesia hanya 1, sedangkan  Malaysia 67, dan Thaliland 119.( jumlah R&D /juta penduduk antara 1985-1995). Jumlah paten yang dihasilkan Indonesia 20, lebih rendah dari Singapura 88.
Data Peringkat Pendidikan Tinggi tingkat Dunia dan Asia. Untuk tingkat dunia, Indonesia belum berhasil memasukkan perguruan tingginya pada level ini. Dibandingkan dengan Taiwan yang memasukkan 5 perguruan tingginya, atau Singapura dan Turki yang memasukkan masing-masing memasukkan 2 perguruan tingginya dalam posisi 500 perguruan tinggi di dunia. Dari 100 perguruan tinggi di Asia, Taiwan dan Singapura  memasukkan masing-masing 3 perguruan tingginya dan Indonesia  masih belum  berhasil memasukkan satu pun perguruan tingginya.(table 3)
Faktor lain yang menyebabkan ketertinggalan kualitas perguruan tinggi Indonesia, dibandingkan dengan  kualitas perguruan tinggi Negara tetangga, bisa dilihat dari berapa  jumlah dan perbandingan   biaya seorang mahasiswa dihitung dari fasilitas yang diterima  dari perguruan tinggi selama menyelesaikan perkuliahannya? (table 4 ).Coba bandingkan seorang mahasiswa  dari Singapura biaya yang diperlukan  berkisar antara Rp. 90 sd 400 juta, Jepang dan  Inggris Rp. 85 juta, sedangkan seorang mahasiswa di Indonesia hanya  sampai pada angka Rp 3.17 juta.
 Angka Ideal untuk biaya  seorang mahasiswa Indonesia menurut Dirjen Dikti Prof. Dr Satryo Brojonegoro adalah Rp. 18. Juta, dimana fasiltas yang diberikan pemerintah untuk mendukung proses pembelajaran termasuk fasilitas  laboratorium dan fasilitas lainnya. Kalaupun angka ini bisa tercapai, maka masih jauh dari angka Rp 29 – 111 juta biaya seorang mahasiswa di Malaysia. Dengan adanya kenaikan biaya pendidikan sebesar 20 % RAPBN di Indonesia sekurang-kurangnya,  merupakan  langkah optimistis untuk bisa mensejajarkan kualitas perguruan tinggi Indonesia dengan Negara-negara tetangga. Namun apabila dibandingkan dengan Negara-negara Asia, misalnya Vietnam prosentase pendanaan untuk pendidikan sangat tinggi, mencapai  86, 10%, hampir sejajar dengan India 92, 50% tertingi di Asia.(lihat Table 5.)
Memahami hal ini, sejak awal tahun  90-an berbagai usaha mengembangkan kapasitas perguruan tinggi  (capacity building), telah dilakukan oleh Dikti dengan pendekatan investmen based program menjadi pendekatan  outcome based program  yang dirancang dalam suatu competitive funding mechanism.
Terjadinya marginalisasi ketertinggalan pendidikan tinggi Indonesia di dunia internasional, mengakibatkan terlontarnya posisi Indonesia  dalam kompetisi dunia. Oleh sebab itu pilihan alternative untuk memperbaiki posisi tersebut adalah dengan menetapkan bidang-bidang strategis sebagai area pengembangan  yaitu pendidikan, kesehatan, pangan, IT, kelautan dan energy.
Dalam rangka meningkatkan  daya saing bangsa perlu dukungan sumber daya, dan focus kepada kualitas bukan hanya kwantitas semata. Dalam hal itu, Dana penelitian untuk meningkatkan mutu dan relevansi harus dicari sumber pendanaan yang bukan dari pemerintah. Pengembangan daya saing tersebut sekaligus untuk menyosialisasikan program soft skill  agar mahasiswa mempunyai ketrampilan hidup tidak semata-mata terfokus kepada pendidikan yang bersifat kognitif.

2.   Otonomi perguruan tinggi.
Di dalam terdapatnya disparitas kualitas perguruan tinggi tersebut,  untuk mencapai kondisi ideal yang diharapkan, maka  dilakukan perubahan di mana selama ini    kebijakan centralistic  terlalu dipusatkan ke Dikti, maka sudah saatnya dirubah menjadi desentralisasi, sehingga perguruan tinggi mampu mengelola manajemennya secara otonom dan mandiri. Perubahan peran dan fungsi Dikti  sebagai regulator dan fasilitator, akan membawa angin segar di dalam tingkat kompetisi perguruan tinggi, dimana tidak ada lagi perbedaan antara perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta.
Pada perkembangan baru-baru ini dimana Majelis Konstitusi  telah mengeluarkan ketetapan meng anulir UU BHP  karena desakan yang kuat dari Asosiasi Perguruan tinggi swasta, atau kelompok-kelompok masyarakat yang menantang diberlakukannya UU BHP, maka diperlukan satu payung baru berupa PERPPU atau  kembali kepada penerbitan sebuah  PP baru tentang pengelolaan perguruan tinggi. Payung  hukum ini sangat mendesak agar upaya mencari solusi tentang penyesuaian kembali posisi BHMN (Badan Hukum milik Negara), sebagai perguruan tinggi yang otonom akan  mengalami perubahan peran yang signifikan. Dipihak lain, dengan perubahan itu maka pengaturan hubungan antara Yayasan Pendidikan dengan Perguruan tinggi swasta secara internal akan mencari momentum titik temu, sehingga fenomena perselisihan internal ini juga dapat di-reduksi dimana harmonisasi kemitraan  yayasan dan lembaga pendidikan tinggi,  dapat tercapai.
Berdasarkan UU no. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah kabupaten/kota memiliki kemandirian di dalam mengelola daerahnya  masing-masing, termasuk mengelola  pendidikan dasar/menengah. Akan tetapi khusus untuk pendidikan tinggi tidak  diserahkan kepada Pemerintah daerah, karena menurut UU Sisdiknas, pasal 50 ayat(6), menyatakan bahwa perguruan tinggi menentukan kebijakannya sendiri di dalam pengelolaan pendidikan dan lembaganya. Sangat diharapkan kontribusi Pemerintah daerah di dalam pemberian fasilitas, akses kerjasama ke sector produktif  maupun pengelolaan sumber daya alam di dalam pengembangan modal capital sumber daya isani.
 
3.      Kesehatan organisasi
Perguruan tinggi diharapkan mampu mendorong pertumbuhan daya saing melalui pemanfaatan dan pengembangan Ipteks,melalui penyelenggaraan perguruan tinggi, membentuk insane yang bermoral / ber akhlakul kharimah, menjaga pelaksanaan demokrasi yang bermartabat serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Organisasi yang sehat memungkinkan perguruan tinggi menjalankan kegiatannya  sesuai dengan visi misi yang ditetapkan  serta memenuhi kebutuhan stake holders.


Faktor-faktor manejerial yang mendukung terwujudnya  organisasi perguruan tinggi yang sehat antara lain adalah:
a.       Lembaga yang bertanggung jawab  terhadap kualitas maupun integritas  civitas akademika.
b.      Kepemimpinan yang kuat yang dihasilkan dari sitem pemilihan Meritokrasi.
c.       Pengelolaan keuangan yang terbuka dan akuntable.
d.      Pengambilan keputusan yang berdasarkan  informasi data yang akurat.
e.       Evaluasi kinerja dan perencanaan sumber daya manusia.
f.       Sistem kendali internal dalam aspek akademik, pengelolaan asset maupun financial.
Sifat perguruan tinggi yang nirlaba akan akan menjamin pemberian   peluang yang sama kepada peserta pendidikan tanpa diskriminatif. Oleh sebab itu tujuan mencerdaskan anak bangsa sebagai cita2 yang menjadi tanggung jawab pemerintah telah termaktub di dalam alinea ke empat Pembukaan UUD 1945. Dengan telah di anulirnya UU BHP maka orientasi pendidikan selama ini yang dianggap bergeser dari pengertian di atas seyogianya di kembalikan kepada orientasi pendidikan yang  adil dan pro rakyat.
Oleh sebab itu yang merupakan kebutuhan mendesak sekarang adalah untuk merumuskan pembuatan UU pendanaan ‘/lembaga korporat nirlaba milik pemerintah, karena sesuai dengan UU Sisdiknas, bahwa tanggung jawab pendidikan secara umum bukan hanya dibebankan kepada pemerintah akan tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan stake holders. Dan satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah perlunya amandemen tentang UU perpajakan  agar ada pembebasan pajak bagi dosen pelaksana penelitian di perguruan tinggi sehingga kegairahan untuk meneliti bagi peneliti muda lebih meningkat.
Untuk menjawab tantangan masa depan, perguruan tinggi seyogianya menggunakan pendekatan  shared and participatory approach  di dalam penyelenggaraan pengelolaan perguruan tinggi. Pendekatan tersebut mempunyai 2 hal penting yaitu;
a.       Rasa pemilikan dan tanggung jawab yang tinggi
b.      Penggalangan partisipatif dari seluruh civitas akademika.
Di masa datang, penjaminan mutu di suatu perguruan tinggi menjadi suatu  indicator kesehatan organisasi dan kinerja akademik suatu perguruan tinggi. Kualitas suatu perguruan tinggi tidak hanya karena diakui oleh pemerintah, akan tetapi lebih karena  hasil akreditasi penilaiannya diakui oleh masyarakat dan stake hoders, sebagai  hasil implementasi penjaminan mutu.


Dari ketiga aspek HELTS  diatas, maka pertama, diperlukan satu strategi untuk menggalang kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain dengan melakukan  benchmarking, yang  diarahkan kepada penggalangan sumber daya yang berbeda. Secara khusus kemitraan tersebut juga dilakukan dengan Lembaga pemerintah, industry dan dunia usaha. Kedua, melakukan program nurturing untuk membantu perguruan tinggi yang lemah namun memiliki keinginan yang kuat untuk berkembang.
Untuk menentukan Program formulasi, yang perlu ditindak lanjuti  adalah penggabungan lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat menjadi Litbang yang berbasis  R&D, menumbuhkan budaya meneliti dikalangan civitas akademika serta melindungi hasil penelitian oleh HAKI dan memasarkannya pada masyarakat pengguna.

EVALUASI. Evaluasi kinerja untuk mengetahui tingkat  kemandirian perguruan tinggi  terlebih dahulu  merumuskan indicator kinerja  sbb;
Ø  Peringkat mutu penelitian (Tranver of Knowledge, adaption, innovation, invention, discovery).
Ø  Cakupan bidang  penelitian.
Ø  Dana
Ø  Hasil penelitian. Produk unggulan yang memperkuat R&D, telah  dihasilkan oleh Program Hibah bersaing yang dilaksanakan oleh ITB, 1). Berupa penelitian sisa debu
Terbang yang dihasilkan oleh produksi/industry tertentu, yang dimodifikasi menjadi bahan batuan yang dapat digunakan untuk bangunan di Bulan oleh  NASA (daya tahan s.d 100 tahun), 2). Bantalan kereta api yang terbuat dari campuran semen.
Ø  Produk unggulan lainnya seyogianya mendapatkan respons dari pihak Industri yang berdampak kepada pemberian royalty kepada perguruan tinggi yang mendapatkan paten  HAKI  guna  menunjang  pengembangkan mutu  penelitiannya untuk masa depan di perguruan tingginya masing=masing.

 Meningkatkan kapabilitas penelitian ;
Ø  Untuk memberikan kersempatan seluas-luasnya kepada dosen muda maka dikeluarkan kebijakan penelitian agar  dosen yang sudah mencapai starata S3 tidak diperkenankan mengikuti Penelitian yang diperuntukkan kepada pembinaan Dosen muda. Akan tetapi justeru dana penelitian untuk Doktor lebih ditingkatkan.
Ø  Perlu penggalangan kerjasama dengan stake holder termasuk perguruan  tinggi di luar negeri.
a)      Internal scanning. Masih lemahnya inovasi, difusi, perekayasaan &alih teknologi  dan masih kurangnya kontribusi ipteks terhadap produktivitas nasional. Perlu penguatan jaringan penelitian antar lembaga litbang dan sector swasta.
b)      Eksternal scanning. Perlunya transver teknologi dengan pembagian imbal jasa. Masih rendahnya investasi  pengembangan SDM dibanding Negara lain. Ketertinggalan perekonomian nasional (tingkat pertumbuhan ekonomi masih satu digit berdampak kepada  lemahnya daya saing bangsa).
c)       Sembilan langkah strategic planning ( 1.business vision, mission, 2.internal environmental analysis, 3.eksternal environmental analysis, 4. Goal formulation, 5.strategy formulation, 6. Program formulation, 7. Implementation, 8. Evaluation,9.feed back ), dilaksanakan secara  konsisten di dalam rangka pencapaian manajemen yang ber orientasi hasil.
d)      Di dalam rangka evaluasi program, pemantauan dan umpan balik dapat dilihat apakah disebabkan kesalahan implementasi ataukah kesalahan kebijakan. Di dalam rangka evaluasi  dan pemantauan dapat memberikan masukan terhadap penyusunan rencana masa datang.      



KESIMPULAN DAN SARAN.
1.      Pendidikan tinggi lebih bersifat sebagai barang privat (privat goods) daripada barang  public ( public goods ). Oleh sebab itu tanggung  jawab pembiayaan pendidikan seyogianya dipikul oleh tiga pihak yaitu a).pemerintah, b) masyarakat, c) sector produktif nasional. Untuk menghasilkan lulusan program sarjana yang dapat bersaing dengan lulusan perguruan tinggi luar negeri seyogianya dapat menaikkan dana rata-rata yang di-alokasikan pemerintah yang selama ini senilai Rp. 3,17 juta/mahasiswa/tahun ditingkatkan menjadi Rp. 18,1 juta/mahasiswa/tahun.
2.      Sesuai dengan misi pendidikan yang diamanatkan oleh UUD 1945, Bab XIII, pasal 32 ayat (4 ), tentang peran strategis perguruan tinggi untuk membangun fondasi meningkatkan daya saing bangsa, perlu adanya dukungan pemerintah dalam hal sbb;
a)      Perlu diterbitkannya UU/PP tentang Pendanaan bagi korporat nirlaba untuk mengatur bentuk hibah blok.
b)      Ketentuan perpajakan yang dikhususkan bagi penyelenggaraan pendidikan dan atau penelitian.
c)       Perlu dorongan Pemerintah agar R&D Industri berkaloborasi dengan Litbang Perguruan tinggi.
d)      Pendidikan  dan pengajaran yang bersifat kognitif  di Perguruan  tinggi, lebih di fokuskan kepada pengembangan soft skill  mahasiswa untuk meningkatkan kreatifitas, inovasi, tim building serta kepemimpinan mahasiswa. 
 
3.      Dengan telah di anulirnya UU BHP oleh Mahkamah konstitusi RI, maka diperlukan  adanya payung baru secara konstitusional yaitu PP tentang Pendidikan tinggi  untuk menggantikan PP no. 60, th 2000 dan PP no. 61 th 2000.
4.      Untuk mencapai hasil yang optimal didalam penyelenggaraan kinerja organisasimenuju  good governance,  diperlukan paradigm baru dari orientasi proses menuju orientasi hasil. Di dalam era keterbukaan sekarang ini  diperlukan akuntabilitas public yang mampu melakukan penilaian dan kritik terhadap berjalannya manajemen birokrasi secara efektif dan efisien.

5.      Masih diperlukannya HELTS ( Higher  education Long Term Strategy ) terbarukan, tahun 2010 – 2015. Yang difokuskan kepada dua hal  utama yaitu a) Masuknya Perguruan Tinggi Indonesia pada 500 PT dunia maupun 100 PT  Asia, b) Terlaksananya Transfer teknologi kepada bidang-bidang Teknologi  terapan, Teknologi madya, yang hasilnya dapat meningkatkan  nilai tambah  bagi  pendapatan masyarakat, utamanya kesejahteraan rakyat.

 DAFTAR PUSTAKA
1.      Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi 2003 – 2010  (HELTS)
(Meningkatkan peran serta masyarakat)
Oleh; Dirjen Dikti, Prof DR. Satryo Soemantri  Brojonegoro
Jakarta April 2004.
2.      Idem, (mewujudkan perguruan tinggi yang berkualitas).
3.      Idem, (Menuju sinergi Kebijakan Nasional.)
4.      Manajemen Strategik “Menganalisis Strategi untuk Southwest Airlines”
DR. Gatut L. Budiono MBA, ( Bahan kuliah).
5.      Strategic Planning Process, DR. Gatut Buiono MBA, (Bahan kuliah).

 Kualitas  pdd Tinggi (lampiran 1.)
Parameter
Nilai Max 100
Peringkat  dari
30 negara

Daya saing Bangsa
     
      13,3
       
        28
Ø Indicator ekonomi mak
Ro.
     
       28
       
        24
Ø  Kebijakan pemerintah menigkatkan daya saing.
      
      16,9
       
        27
Ø  Perilaku inovatif, tanggung jawab dan profitabilitas lembaga.
       
       6,1
       
         30
Ø  Kontribusi sains, teknologi dan SDM ter
Hadap dunia usaha.
       
        9,6
        
          30
    


(POSISI INDONESIA DALAM PERINGKAT DAYA SAING
DIANTARA NEGARA-NEGARA BERPENDUDUK DIATAS
                        20 JUTA)
-------------------------------------------------------------------------

 INDIKATOR DAN OUTCOMES LITBANG
(SUMBER : ADB, 2003) Lampiran 2.
Negara
Jumlah R & D/juta pdd (’85-’95)
Jumlah paten yang dihasilkan
(’96).
Jumlah jenis eksport(tekn. Tinggi/manufaktur)
’97.
Indonesia
20
-
Malaysia
87
12
67
Filipina
1299
4
12
Singapura
2728
88
71
Thailand
119
11
43



PERINGKAT PENDIDIKAN TINGGI TINGKAT DUNIA & ASIA. ( Lampiran  3. )
Negara
   500 PT
Terbaik dunia
Negara
    100 PT
Terbaik asia
1.     AS
2.     Inggris
3.     Jerman
4.     Jepang
5.     Kanada
6.     Perancis
7.     Australia
8.     Belanda
9.     Cina
10. Korsel
11. Hongkong
12. Taiwan
13   India
14. Selandia Baru.
15. Singapura
16.  Turki
17.  Indonesia
159
42
41
36
24
22
13
12
9
8
5
5
3
3
2
2
0
1.     Jepang
2.     Australia
3.     Cina
4.     Korsel
5.     Israel
6.     Hongkong
7.     Taiwan
8.     India
9.     New zaeland
10.  Singapura
11.    Turki
12.    Indonesia
 36
13
9
8
6
7
3
3
3
2
2
0


BIAYA MHS/TAHUN, PERBANDINGAN ANTAR NEGARA. (INDONESIA = 3,17 JUTA).Lampiran  4.
NEGARA
Biaya/mhs/tahun
Eq. rupiah
Amerika dan Kanada
US $   20. 000
Rp. 170 juta
Jepang dan Inggris
Us $ 10. 000
Rp. 85 Juta
Perancis dan Italia
Us $ 6000 - 7000
Rp. 51- 60 juta
Malaysia
Rp. 29 – 111 juta
Singapura
Rp. 90 -400 juta


PERBANDINGAN  PENDANAAN PT DI DUNIA
(Lampiran 5.)
NEGARA
Prosentase alokasi
1.     Cina
69, 30
2.     India
92,50
3.     Malaysia
53,60
4.     Filipina
14,80
5.     Srilangka
64,00
6.     Vietnam
86,10
7.     Indonesia
12,30 - 20