Oleh ; Abdul Muin Angkat
Kalam;
Tabek tuan, rasanya hari ini sampean selalu parlente berpakaian, gemerlap, apa mau kondangan? Kalau tak salah jas baru ini belum pernah saya lihat, warna pastel, yang sangat muda sulit dicari di glodok, hehe pasti tidak di jahit di Srivishnu Taylor, di negeri singa ya, hhmmm. Padahal, untuk tingkatan Jakarta tukang jahit itu sudah dikenal karena termasuk penjahit papan atas bergengsi di Jakarta.
Dalam hati saya berdecak kagum melihat penampilan sang politisi. Dulu, semasa menjadi aktivis penampilannya biasa-biasa saja.Sekarang, total berubah, jam tangan rolex, Jas, minimal harga sepuluh sampai limabelas jutaan, cincin berlian dan batu akik mahal dari Pontianak, pasti berkisar 20 juta-an. Sepatu jelas bukan buatan bandung, dasi dan tas, bermerk terkenal. Rasanya kalau mau dihitung-hitung angka seratus jutaan untuk sekali tampil di depan khalayak pasti tidak mis. Itu, belum termasuk kartu kredit dari bermacam bank terkenal, dan tentu saja depositonya pasti em-em an.
Mereka sering nongkrong di hotel bintang lima, hotel mulia di senayan atau di hotel Sultan. Tentu saja pakaian lengkap dan sempurna tersebut, gak tahan kalau di AC yang tidak sejuk dan dingin. Mereka duduk bergerombol dua sampai empat orang, dan apabila ingin membayar bill rastauran, angka dua jutaan tidak akan meleset. Bayangkan, kalau di dalam sebulan mereka duduk sampai lima kali, sudah berapa yang terkuras dari koceknya? Padahal pendapatan mereka resminya hanya 75 juta-an per bulan lho! Bagaimana cara agar leluasa kongkow bersama mitra atau sesama komisi? Pertama, pundi-pundi harus tetap berisi, kedua cari akal untuk mencari uang tambahan, misalnya jadi calo proyek dan anggaran untuk pembangunan di daerah. Tapi, stop, mereka banyak juga lho yang tetap merangkap jadi pengusaha, kan tidak ada larangan?
Seorang anggota DPR bernama Herman Hery mengakui di Rakyat Merdeka (14/11), . . "memang saya mempunyai mobil mewah Bentley seharga 7 milyar, saya pengusaha kaya, emang salah?"
Bambang soesatyo anggota komisi III DPR juga mengakui, " punya mobil mewah 'Bentley'". tapi saya tidak pamer, karena saya pengusaha, dan bukan hasil korupsi ! pungkasnya.
Ruhut Sitompul mengaku dulu ia punya sepuluh mobil sebelum menjadi anggota DPR, sekarang tinggal tiga, salah satunya Alphard - - "aku kan enggak cari duit di DPR, aku kerja untuk rakyat. Jadi, tambah miskinlah" akunya.
Hedonisme
Menurut A.S Hornby di dalam 'the advanced learner's dictionary of current english', hedonism adalah suatu filsafat yang menjelaskan bahwa 'that pleasure is the chief good'. Kesenangan atau nafsu nafsi adalah gaya hidup yang paling utama.
Dari bahasa Yunani, hedonis berasal dari kata 'hedone' yang artinya kesenangan. Istilah hedonis secara umum adalah sekelompok orang yang sangat mendahulukan kesenangan atau kenikmatan di dalam kehidupan.
Apakah salah, kalau seorang anggota DPR yang parlente memakai mobil seharga 7 milyar, Bentley ke Senayan? Atau memakai crown royal
saloon yang jauh lebih mewah dari mobil dinas seorang Perdana Menteri negeri jiran? Coba kita berkunjung ke Senayan, akan terlihat 'show room' terbuka, dengan aneka merk mobil mewah, Alphard, Vellfire, Hammer, Lexus, Range rover, dan Marcedes Benz, berjejer dengan kemilau mulus.
Kalau di pandang dari teori Maslow yang mengatakan bahwa manusia akan memenuhi kebutuhannya yang paling rendah, dan menghantarkannya kepada hasrat yang lebih tinggi, yaitu aktualisasi diri, maka pamer mobil mewah tidak salah. Sebab, dalam hirarki kebutuhan Maslow (maslow's need hierarchy), manusia, pertama akan memenuhi fisiologis (makan,pakaian,sex,ragawi), kedua safety
and security (kemanan dan perlindungan), ketiga emosi, (sosial, kasih sayang dan persahabatan), keempat self esteem (penghargaan diri, status), kelima self actualization (pemenuhan diri)
Setiap usaha peningkatan prestasi kerja individu tanpa kecuali selalu memanfaatkan teori motivasi, karena perilaku individu selalu diarahkan kepada tujuan tertentu.
Akan hal nya kesuksesan Herman Hery, di dalam bisnis sehingga kaya raya, merupakan prestasi dan keunggulan tersendiri. Cuma, apakah kebutuhan virus Nach (need for achievement) yang menjadi dorongan sukses dan unggul di bidang bisnis tersebut diikuti dengan prestasi dan keunggulan di bidang politik? Atau apakah hasil kerja dan produktifitas DPR di dalam pemenuhan tugas legeslasinya berhasil meningkat kan produktifitas sepadan dengan target penyelesaian RUU?
Kembali ke teori Maslow, apabila self esteem tinggi, ini merupakan pertanda adanya kemampuan spesifik yang melebihi orang lain. Oleh sebab itu Self esteem sangat dekat dengan mach tinggi, yang lebih pragmatis dan tingkat produktifitasnya tinggi. Pada karakter tertentu, perlu suatu penetapan standar perilaku etis yang ditetapkan oleh Badan kehormatan untuk menghindari tujuan menghalalkan segala cara dari setiap anggota DPR khususnya bagi para pengusaha yang telah memilih DPR sebagai profesi baru.
Pragmatisme
Dalam kaitannya dengan kebenaran, teori pragmatic beranggapan bahwa manusia tidak dapat mengetahui 'subtansi', 'hakikat' dan 'kenyataan yang terdalam'. Bagi penganut pragmatism, pengetesan terhadap pengetahuan yang benar adalah kemanfaatan,kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability) dan akibat yang memuaskan (satisfactory consequences). Menurut C.S Peirce, nilai suatu konsep tergantung penerapan yang konkret dalam masyarakat
Oleh William James, ukuran kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya, pertama, apakah sesuatu memiliki nilai kontan (cash value) yang secara prinsip dapat diverifikasi, kedua apakah bersifat koheren cocok dengan fakta sebelumnya, dan ketiga,apakah ada trend kemajuan kepada nilai yang lebih tinggi.
Dari dua pandangan di atas, maka kalau dihubungkan dengan perilaku atau sikap anggota DPR yang pragmatis, boleh jadi bahwa setiap menganalisis sesuatu idea tau gagasan, maka mereka selalu bersikap apakah ada kemanfaatan kepada pribadi atau partainya. Apakah punya dampak pemuasan diri dan berakibat praktis dan memiliki cash value. Baru saja Mahfud MD ketua Mahkamah Konstirusi, membuka aib DPR, memperjual belikan proses membuat Undang-undang, dengan imbalan tertentu. Padahal, bertolak belakang dengan William James, bagi Dewey, yang penting bukan benar tidaknya pengetahuan, melainkan sejauh mana manusia dapat memecahkan masalah yang muncul dalam masyarakat, dan dalam kehidupan yang nyata.
Menurut Jhon dewey, kebenaran harus bersifat sosial, dan dapat di verifikasi secara eksperimental. Kebenaran adalah public dan bukannya privat. Pragmatisme positifistik Jhon dewey lebih terfokus kepada 'kepedulian sosial' apakah membangun jembatan lebih penting daripada membangun kantor kelurahan, atau memecahkan problem kemiskinan dan pengangguran lebih penting daripada membangun gedung DPR 20 tingkat. Bukankah pada etika pragmatis sering kita disesatkan, karena berlaku adagium, pilihlah yang agak buruk dari yang terburuk?
Kode etik anggota DPR
Kode etik DPR seyogianya disusun secara komprehensif-integral, menyangkut aturan-aturan baku dan tertulis mengenai perbuatan baik dan buruk, pantas tidak pantas, elok atau tidak elok, sopan atau tidak sopan serta apakah memenuhi nilai-nilai moral keagamaan atau adat istiadat.
Membentuk kader Partai sebagai sumber daya manusia yang dipersiapkan duduk dalam Badan Legeslatif, ditujukan agar menjadi insane yang berakhlak mulia, bermoral, dan berkepribadian Pancasila, sesuai dengan Falsafah dan Pandangan hidup bangsa.
Mengapa pejabat public di india dan Malaysia saat menjalankan tugasnya tetap dituntut berpenampilan sederhana? Apakah mereka ter-inspirasi kepada Mahatma Gandhi? Seandainya budaya organisasi sebagai babon contoh tauladan yang diberikan para pendiri bangsa menjadi acuan, sudah dapat dipastikan bahwa Kode etik para pentelenggara Negara akan menjadi tata aturan yang dapat digunakan oleh DPR agar berkehidupan sederhana.
Mohammad Natsir ketika menjadi Perdana Menteri pada tahun 1950 – 1951. Natsir hanya memiliki sebuah mobil pribadi ber merk DeSoto yang telah kusam. Ketika ditawari mobil mewah buatan Amerika pada tahun 1956, dengan halus Natsir menolaknya.
Negeri jiran Malaysia menggunakan mobil dinas Proton saga untuk para menterinya. Era Mahattir Muhammad, mobil dinas PM negeri itu adalah Proton Perdana seharga 350 juta. Artinya. Harga tiga Proton Perdana setara dengan satu Toyota Crown Royal
Saloon mobil petinggi Indonesia seharga 1 milyar rupiah. Pejabat India memakai mobil dinas Tata Ambasador, mobil mirip Fiat '70 –an itu berwarna putih agar dapat meredam panas. Harga mobil itu sekitar 100 juta rupiah. Walaupun berpenampilan sederhana, pejabat public India tersebut ada yang punya maskapai penerbangan King
Fisher, walau kaya, tapi tetap sederhana. Ini, sesuatu yang sangat langka di Indonesia.
Penutup
Hancurnya sumber nilai keteladanan di era reformasi menjadikan figure-figur seperti Natsir, Hatta, Soekarno, Tan Malaka dan para pendiri Republik lainnya merupakan symbol panutan yang seolah-olah lenyap ditelan bumi. Kekokohan kepribadian, karakter, para pendiri Bangsa dan Negara, pendirian yang tegas dan pola hidup sederhana para pahlawan tidak menjadi nilai otonom di dalam diri pribadi para penyelenggara Negara.
Sangat menyesakkan dada bila harga sebuah demokrasi demikian mahalnya dan harus cash and cary. Para politisi menjual nama rakyat, demokrasi dan reformasi, padahal yang mereka kerjakan bukan untuk mensejahterakan rakyat tetapi manggaruk uang rakyat, menjadikan pundi-pundi dan tabungan partai politik.
Badan anggaran DPR sulit di dilacak kejujurannya, RAPBN dijadikan ATM partai politik dengan menempatkan bendahara-bendahara parpol menciptakan 'permainan uang' yang sophisticated di dalamnya, tapi ujung-ujungnya sekian persen untuk komisi. Dan, perilaku percaloan itu dilakukan langsung oleh banyak orang, anggota DPR yang terhormat.
Rasanya, membicarakan hedonism, liberalism dan kapitalisme apalagi materialism, tidak akan berarti apa-apa bila kita tidak kembali ke Ideologi Pancasila. Pancasila sebagai falsafah, kebudayaan, apalagi sebagai nilai-nilai intrinsic dalam kehidupan manusia, terutama kehidupan manusia dengan Tuhannya, yang Maha Khalik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar