Kalam;
Apa yang terjadi pasca krisis keuangan AS tahun 2008? Tak dinyana akhirnya berdampak juga kepada perekonomian dunia khususnya bagi masyarakat Uni Eropa yang selama ini menjadi masyarakat kelas satu di dunia, yang sangat menikmati "kue pembangunan"; masyarakat yang gemah ripah loh jinawi. Sesuatu impian masyarakat Indonesia yang nyaris hanya menjadi sebuah ilusi.
Dalam catatan Arief Gunawan di Vox Populi, harian Rakyat merdeka, tercatat beberapa tokoh dunia meninggalkan karya-karya agung yang dikenang oleh manusia sejagat sebagai monument kemanusiaan seperti Firaun mewariskan Spink, Piramid, Hitler di Jerman mewariskan contoh buruk yang tidak perlu ditiru, fasisme dan rasisme. Bangsa jerman adalah bangsa terunggul di atas bangsa lainnya. "Deutschland uber alles' dan membunuh ratusan ribu Jahudi di kamp penyiksaan.
Soekarno mewariskan Stadion gelora Bung Karno, dan Monas, terutama dikenang sebagai Proklamator Indonesia merdeka bersama Mohamad Hatta.Soeharto dikenal sebagai Bapak pembangunan, bersama Ibu Tien Soeharto berjasa meninggalkan Taman mini Indonesia Indah, dan berhasil menjadikan Indonesia menjadi Lumbung pangan di Asia. Beliau sangat dikenal sebagai Presiden yang dekat di hati rakyat karena secara periodic berdialog dengan petani, dikenal dengan istilah ' klompen capir'.
Masih banyak lagi contoh pemimpin dunia yang berhasil mengukir sejarah negaranya dengan tinta emas, tak terkecuali, Mahattir Muhammad,Napoleon Bonaparte, sampai kepada Mao TseTung penguasa Negeri Tirai Bambu yang akhirnya menjadi raksasa ekonomi yang terkemuka di dunia.
Sangat sulit bagi kita melihat apa yang sudah dilakukan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Republik Indonesia dua periode. Beliau adalah Presiden yang berhasil mengusung Partai democrat menjadi 'the ruling party' dengan kemenangan yang spektakuler, dan meraih kursi kepresidenan dengan suara 60 persen dukungan rakyat. Tapi yang terjadi adalah dengan dukungan tersebut, bukannya memperkuat posisi Presiden yang bisa melakukan perubahan mengangkat issue-isue kemiskinan dan pengangguran, malah seolah-olah membiarkan menteri-menterinya bekerja tanpa control dan tidak menempatkannya di dalam zaken cabinet.
Keluhan SBY terhadap ketidak loyalan pembantunya dan kurangnya kecepatan keberanian untuk mengganti para menterinya, menjadi sorotan tajam public karena pemerintahan presidensial cabinet, telah disandera oleh kekuatan parlementer –liberalistik yang sangat dominan.
Masihkah kita punya pengharapan untuk sisa kekuasaannya 3 (tiga) tahun kedepan? Kalau 80 persen dana APBN yang berjumlah sekitar 1300 triliun rupiah, dan hanya digunakan untuk biaya birokrasi yang sangat gemuk, serta pengembalian utang pinjaman luar negeri, sampai dimana sisa dana yang 20 persen lainnya mampu untuk memperbaiki infrastruktur dan mendinamisir perekonomian di sekitar 500-an kabupaten/kota seluruh Indonesia?Bukankan semua asset Negara strategis telah dimiliki asing, hingga masa depan pewaris negeri menjadi suram? Mengapa kebijakan impor bukan pro rakyat petani tetapi justru memperkaya petani asing?Sebut saja misalnya garam, beras, gula, kentang, bahkan singkong pun masih di impor padahal dahulu Indonesia pernah tercatat sebagai pengimpor no 4 di dunia?.Masihkah pemimpin negeri punya hati nurani dan tega membohongi rakyatnya?
Bila sejarah bangsa – bangsa penuh dengan ilham dan gagasan spektakuler yang penuh dengan nilai-nilai meningkatkan peradaban untuk kemasylahatan umat manusia dimana setiap pemimpin negaranya berlomba meningkatkan kesejahteraan rakyatnya maka rasanya kini, kita miris melihat kelakuan dan tindak tanduk pemimpin atau elite politik di Indonesia pasca reformasi.
Sejarah kelam bangsa ini masih belum bisa ditulis dalam tinta emas, justru kebebasan ber-demokrasi yang diilhami oleh revolusi perancis,terutama formulasi Hak azasi manusia yang dikumandangkan oleh D. Roosevet Presiden AS awal abad ke-20, yaitu "the four freedom"yaitu ; freedom of speech, freedom of religion, freedom from fear dan freedom from want. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan sumber normative bagi hukum positip yang di jabarkan di dalam pasal-pasal UUD 1945, khususnya pasal 33 yang telah berwayuh arti dengan penghilangan Penjelasan UUD 1945 oleh amandemen DPR.
Sejarah Indonesia yang heroic, membebaskan diri dari penjajahan asing, hanya dengan semangat dan pengorbanan bamboo runcing, ternyata belum merdeka seratus persen. Mayoritas rakyatnya masih dibohongi, dijajah dan ditipu oleh para pemimpinnya.Kalau pada masa perjoangan kita di jajah dan ditindas oleh Belanda, Inggris dan portugis, sekarang Neo kolonialisme baru berubah rupa menjadi monster yang berkolaborasi dengan pihak asing, mengeruk kekayaan rakyat dimana pihak legeslatif, judikatif, dan eksekutif dibantu oleh begundal-begundal pengusaha hitam, secara berjamaah, memiskin rakyat dan secara terang –terangan melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dengan cabinet tambun dan penambahan wakil-wakil Kementerian pasca Reshuffle cabinet, banyak juga public yang pesimistik apakah mereka bisa mengangkat issue-issue kemiskinan dan pengangguran menjadi dasar pijak merubah wajah buram Indonesia merangkak menuju Negara sejahtera, ataukah ini hanya sebagai pelapis tidak profesionalnya Menteri-Menteri asal parpol yang menguasai cabinet saat ini, waktu jualah yang akan menjawabnya.
Dua tulisan diatas di diambil dari harian Kompas dalam dua penerbitan yang berbeda. Pertama ditulis oleh Umar Juoro berjudul, Masa Depan Ekonomi Indonesia . kedua, ditulis oleh Asep Setiawan contributor Kompas di London, berjudul; 'Kemakmuran Eropa Tinggal Bayangan'. Mari kita menrenungkan diri apakah rasa nasionalisme elite politik kita dan moralitas kepemimpinannya masih tersisa di dalam jiwa dan raga raga?? Saya masukkan dalam muin-angkat blogspot.com, semoga bermanfaat.(ama)
I
Ekonomi Amerika Serikat kembali mengalami tekanan berta dan diambang resesi. Jika pada 2008 permasalahan kredit perumahan (subprime mortgage) memicu krisis keuangan di AS yang memicu krisis global, pada 2011 permasalahan utang pemerintah memicu kekhawatiran pelaku ekonomi, sementara itu kalangan politisi tidak mempunyai kata sepakat bagaimana mengatasi permasalahan ini.
Perekonomian AS kemungkinan akan tumbuh rendah kalau tidak resesi, atau pertumbuhan negative. Dengan utang pemerintah yang dalam waktu dekat akan, mencapai sekitar 100 persen dari PDB, permasalahan ini sangatlah sulit untuk dipecahkan. Kongres sepakat memotong anggaran pemerintah 2,5 triliun dollar AS dalam sepuluh tahun kedepan atau sekitar 250 miliar dollar AS setiap tahun.
Pemotongan ini akan membawa konsekuensi serius terhadap pemerintah dan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu dunia usaha AS semakin enggan melakukan investasi dan cenderung menyimpan dananya dalam bentuk tunai atau menempatkannya dalam surat berharga AS yang imbal hasilnya terus menurun. Hanya dengan menjaga likuiditas di pasar, bank sentral AS membuat perekonomian AS dapat mengambang di pemrmukaan.
Namun, likuiditas tersebut, tidak di investasikan, tetapi banyak yang disimpan klembali di bank atau surat berharga pemerintah. Likuiditas yang mengalir ke Negara berkembang kecenderungannya juga banyak yang kembali lagi ke AS untuk cari selamat.
Ekonomi AS dengan PDB sekitar 15 triliun dollar ASmasih merupakan perekonomian terbesar di dunia, yang tidak dapat digantikan perekonomian lain dalam waktu dekat. Ekonomi China masih sepertiga ukurannya dari AS. Tambahan lagi ketergantungan China terhadap perekonomian AS sangat besar sebagai pasar ekspor dan tempat menyimpan cadangan devisa. Karena itu, jika perekonomian AS mengalami krisis, pengaruhnya akan menyebar keseluruh dunia.
Perekonomian AS memang masih akan terus bergerak sekalipun kecenderunganny melemah, dan dengan pengangguran sekitar 9,1 persen belum mengalami keadaan seburuk Depresi Besar dengan pengangguran sekitar 25 %. Namun, perekonomian AS kemungkinan, cepat atau lambat, tidak akan lagi menjadi ekonomi nomor satu di dunia. Jika penentu kebikan AS dan pelaku ekonominya realistis, transisi perekonomian AS untuk terus berkembang sekalipun akan turun jadi nomor kedua dalam decade 1-2 kedepan akan berjalan baik. Namun, pertentangan yang berkepanjangan di antara pimpinan politik dan keengganan dunia usaha untuk melakukan investasi akan membahayakan tidak saja perekonomian AS, tetapi juga perekonomian dunia.
Keadaan perekonomian Eropa lebih mengenaskan. Integrasi ekonomi Eropa mengalami ancaman serius dengan krisis utang public di Negara-negara anggota di pinggiran, seperti Yunani, Irlandia, Portugal juga Spanyol dan Italia. Rasio utang public mereka pada umumnya jauh melebihi PDB-nya. Upaya penanganan permasalahan ini sangat bergantung pada dua Negara utama yaitu jerman dan Perancis, yang semakin kewalahan untuk dapat bertindak secara efektif.
Perekonomian Jerman dan Perancis juga mengalami pelemahan dan sangat sulit untuk dapat menanggung beban permasalahan Negara lainnya. Dapat dikatakan masa depan ekonomi Eropa kelam, kecuali Jerman dan perancis. Tindakan memotong anggaran secara drastic, akan menimbulkan reaksi social sangat buruk, seperti terjadi di Yunani dan Inggris.
Sejarah menunjukkan bahwa kekuatan besar dunia seperti Romawi, Bani Umaniyah, Spanyol, dan Inggris, mengalami keruntuhan atau penurunan kejayaan, antara lain, karena permasalahan besarnya utang public yang tidak dapat ditangani secara baik, sementara kegiatan pemerintah, terutama program-program distributive, membutuhkan dana yang besar tanpa imbal hasil yang jelas. Akibatnya, investasi swasta berpindah ketempat lain yang lebih mendukung bagi berkembangnya kegiatan usaha.
AS tentu saja tidak akan terhindar dari 'hukum sejarah' ini. Tentu harapan kita adalah tidak terjadinya keruntuhan ekonomi AS yang akan membawa krisis mendalam bagi perekonomian dunia, tetapi AS dapat mengatasi permasalahannya dengan baik, sebagaimana mengatasi permasahan-permasalahan sebelumnya, dengan contoh utama pemulihan dari Depresi Besar, dan beberapa krisis setelahnya. Namun, bagaimanapun, AS dalam waktu tak terlalu jauh ke depan tak akan lagi menjadi perekonomian terbesar di dunia.
Pergeseran kekuatan ke Asia
Sementara itu, pergeseran kekuatan perekonomian akan semakin nyata ke Asia, dengan China pada posisi terdepan. Hanya masalah waktu China akan menjadi perekonomian terbesar di dunia. Jika perekonomian AS dapat di restrukturisasi dan di transformasikan, tidak mengalami krisis yang dalam, maka peluang China akan semakin besar. Namun, jika perekonomian AS mengalami krisis berkepanjangan, perekonomian dunia, termasuk China, akan menderita juga.
Pergeseran kekuatan ekonomi ditandai oleh semakin kuatnya integrasi perdagangan dan investasi. Peran sector keuangan yang terlalu jauh melaju cepat sendiri, layaknya kuda yang meninggalkan kretanya, akan menyesuaikan dengan perannya yang lebih proporsional. China, walaupun akan menjadi kekuatan terbesar dunia, tidak akan mengikuti pola kapitalisme keungan yang dikembangkan Inggris dan AS. Kecenderungan perekonomian besar dan dunia akan kian mengedepankan perdagangan dan investasi di kegiatan riil ekonomi, tak lagi di dominasi investasi produk keuangan yang sangat spekulatif.
Ciri berikutnya, perekonomian yang akan tampil kedepan adalah perekonomian dengan jumlah penduduk besar, seperti China, India, Brazil dan tentu saja peluang terbuka untuk Indonesia. Sejarah yang menunjukkan kemajuan China, seperti pada abad ke-12 hingga ke-15, juga sejalan dengan perkembangan di nusantara. Dalam perekonomian dalam penduduk besar ini, permasalahan utama adalah keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ekonomi produktif dan ketimpangan pemdapatan. Jika masyarakat tidak terlibat secara memadai dalam kegiatan ekonomi produktif melalui kesempatan kerja dan ketimpangan pendapatan terlalu tinggi, perkembangan ekononi mereka akan terncam oleh konflik social.
Tampaknya perkembangan sejarah ekonomi dunia akan seperti itu, menurun dan berkembangnya Negara maju, terutama AS dan Eropa, serta berkembangnya perekonomian dengan jumlah penduduk yang sangat besar, di Asia. Namun, perkembangan ini masih mempersyaratkan nahwa perekonomian Negara maju terutama AS tidak mengalami krisis berkepanjangan.
Dalam jangka waktu yang lebih pendek, perekonomian AS masih akan belum keluar dari permaslahan utamanya berkaitan dengan manajemen utang public yang besar dan keengganan dunioa usaha untuk melakukan investasi serta keengganan masyarakat untuk berbelanja.
Sementara itu tidak dapat dihindarkan Negara-negara pinggiran Eropa akan mengalami default
sehingga masa depan mata uang tunggal Eropa, euro, menjadi semakin sulit untuk dipertahankan, dengan kemungkinan besar Negara pinggiran tersebut akan terpaksa harus keluar atau dikeluarkan dari mata uang tunggal euro.
sehingga masa depan mata uang tunggal Eropa, euro, menjadi semakin sulit untuk dipertahankan, dengan kemungkinan besar Negara pinggiran tersebut akan terpaksa harus keluar atau dikeluarkan dari mata uang tunggal euro.
Bagi perekonomian dunia, keadaan ini akan masih terus membayangi yang tentu saja membuat pertumbuhan ekonomi dunia menjadi rendah. Dalam keadaan ini, mengacu pada pengalaman krisis 2008, perekonomian Negara berkembang, terutama China dan India, masih dapat tumbuh relatif tinggi. Bagi Indonesia, pertumbuhan juga masih positif sekalipun tidak tinggi.
Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia tidaklah terlepas dari ketidak pastian perekonomian di AS dan eropa. Sekalipun perekonomian Indonesia sangat di cirikan oleh ekonomi domestic, dengan ekspor hanya sekitar 28 persen dari PDB dan rekan dagang utama adalah Jepang dan China, AS dan Eropa masih punya pengaruh penting dalam perekonomian Indonesia.Apalagi rekan dagang utama Indonesia di Asia lebih bergantung pada perekonomian AS dan Eropa.
Faktor yang sangat berpengaruh dari ketidak pastian ini adalah di sector keuangan, terutama pasar modal dan obligasi. Sekalipun pasar modal dan obligasi belumlah dominan dalam perekonomian Indonesia, dengan penguasaan asing yang besar sekitar 35 persen untuk Surat Berharga Negara (SBN)< dan sekitar 60 persen kapitalisasi pasar modal, ketidak pastian ekonomi dunia sangat berpengaruh pada pasar modal dan obligasi.
Apa yang dapat dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia adalah apa yang telah dimulai dijalankan, yaitu menstabilkan pasar SBN, antara lain dengan membelinya dengan mempergunakan cadangan devisa. Cara ini baik tidak saja dalam menstabilkan pasar SBN,tetapi juga menstabilkan nilai rupiah dan memperbaiki neraca BI yang terlalu didominasi Surat Berharga luar negeri dari pengelolaan cadangan devisa. BI juga akan makin mengarah pada penggunaan SBN dan Surat Perbendaharaan Negara (WSPN) jangka pendek, terutama tiga bulan dalam kebijakan moneternya.
Apa yang sudah dilakukan juga adalah BI menjaga ketersediaan likuiditas bagi perbankan. Tentu saja kekhawatiran BI bahwa ini akan menambah likuiditas di pasar yang dipandang sudah berlebih tetap menjadi perhatian. Namun, perlu dicatat bahwa inflasi terutama adalah fenomena kenaikan harga pangan yang disebabkan permasalahan pasokan dan distribusi, bukan fenomena moneter. Kelebihan likuiditas yang disimpan kembali di BI dalam bentuk SBI dan term deposit di BI, yang jumlahnya sekitar Rp 500 triliun, terutama karena kredit yang sudah diputuskan bank belum dapat direalisasikan, terutama berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.
Jika pembangunan infrastruktur dengan sector riil, terutama manufaktur, dapat dijalankan dan dikembangkan, kelebihan likuiditas itu akan segera berubah menjadi kekurangan likuiditas di perbankan. Menjadi tugas pemerintah untuk merealisasikan pembangunan infrastruktur yang sejauh ini masih mengecewakan. Sementara perkembangan sector riil terutama manufaktur, telah menunjukkan perkembangan berarti dengan pertumbuhan sekitar 6 persen.
Apalagi jika revitalisasi pertanian dapat juga dijalankan, kegiatan sector riil ini, manufaktur dan pertanian, apalagi ditambah dengan pembangunan infrastruktur, akan menciptakan kesempatan kerja yang besar. Kegiatan ini pada umumnya ber-orientasi domestic, yang semestinya tidak terpengaruh negative oleh ketidak pastian perekonomian dunia.
Bagi Negara berkembang seperti Indonesia, melemahnya perekonomian AS dan Eropa semestinya tidak hanya dilihat dari satu sisi pengaruh negatifnya, tetapi juga sebagai peluang yang terbuka oleh 'kehendak sejarah, 'untuk terus maju dalam perekonomian.
Untuk menjadi perekonomian maju bukanlah anugrah, tetapi perjuangan keras untuk memanfaatkan "kehendak sejarah" tersebut.
II
Ekonomi dunia kini memasuki masa berbahaya, kata ekonom Kepala Dana Moneter International Oliver Blanchard. Sebanyak 17 negra pengguna euro diperkirakan tahun ini mengalami pertumbuhan 1,6 persen, sedangkan tahun depan 1,1 persen.
Perkiraan ini tentu tidak menggembirakan sekitar 500 juta penduduk Uni Eropa yang sekarang beranggotakan 27 negara. Sebagian perkiraan itu hanyalah cermin ekonomi secara global, sedangkan arus masyarakat bawah kurang terungkap dalam angka-angka ini.
Bagaimana kondisi masyarakat Eropa sekarang, padahal sebagian besar masyarakat Eropa telah terbiasa hidup dalam kemakmuran detidaknya dalam du dasawarsa ini. Kredit rumah dan bunga sangat rendah menyebabkan kehidupan masyarakat di wilayah Uni Eropa bisa dikatakan serba berlebihan.
Fasilitas Negara juga memberikan dukungan tidak sedikit terhadap kenikmatan ekonomi yang berlimpah ruah. Di Inggris, misalnya, tunjangan Negara terhadap masyarakat lapisan miskin menyebabkan mereka juga ikut menikmati kue ekonomi yang berarti. Setiap anak mendapatkan tunjangan per minggu sehingga totalitas bisa ratusan pounsterling setiap bulan sebagai tambahan pemasukan sebuah keluarga. Demikian juga tunjangan kesehatan, pendidikan, dan ibu rumahtangga yang kerja paruh waktu.
Di Negara lain, tunjangan serupa dengan berbagai skala juga dapat dinikmati. Bahkan anggota baru Uni Eropa , seperti Polandia dan Romania menikmati limpahan kemakmuran Eropa dengan mendapatkan dana tunjangan sosial dan pendidikan.
Masyarakat Eropa, termasuk kaum miskin, masih akan menderita beberapa tahun mendatang dibandingkan dengan masa kemakmuran katakanlah satu dasawarsa lalu. Bahkan, kiniprogram bantuan pangan bagi 13 juta warga Eropa miskin terhadang krisis ekonomi.
Sejumlah Negara, termasuk Inggris, Jerman, Belanda, Ceko, Denmark, dan Swedia, disebutkan tak lagi mengizinkan program yang berlaku sejak 1987 berlanjut. Perancis yang paling banyak menerima dana ini mengecam rekan sesame anggota blok 27 negara di Eropa ini. Dana bantuan orang miskin ini sudah akan dipangkas dari 480 euro menjadi 113,5 euro untuk tahun 2012 dan 2013.
Gaya hidup
Situasi yang stabil secara politik dan mapan secara ekonomi ini menyebabkan gaya hidup di Eropa mencerminkan masyarakat kaya. Kota-kota bersinar setelah malam, jalan-jalan yang mulus, dan beberap bangunan besar yang megah. Semuanya seolah menunjukkan indicator keberhasilan Negara kapitalis, kue ekonomi yang besar, dan kestabilan politik selama ini
menyebabkan Eropa seperti kawasan impian bagi pebisnis dan sasaran ekspor, termasuk China.
menyebabkan Eropa seperti kawasan impian bagi pebisnis dan sasaran ekspor, termasuk China.
Namun, perlahan situasi itu bisa berubah karena beberapa Negara menghadapi kebangkrutan ekonomi.
Integritas mata uang pada awal tahun 2001 diproyeksikan akan mengautkan ekonomi Eropa dalam berhadapan dengan kekuatan ekonomi baru, seperti China, India, dan Brazil. Dan sekitar tujuh tahun pertama tidak menjadi masalah bagi 17pengguna euro dari 27 anggota Uni Eropa. Semuanya berjalan baik sampai ketika krisis keuangan Amerika 2008 mulai menggoyahkan fondasi ekonomi sebagian Negara Eropa.
Dengan perkiraan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi di Eropa rata-rata tahun ini yang tipis, bisa dikatakan terjadi kemandegan di benua ini. Komisioner ekonomi Uni Eropa Olli Rhen mengatakan,pemulihan dari krisis keuangan akan lambat dan sulit. Sebagian perkiraan bahwa empat tahun kedepan masih akan sulit sebelum terjadi pertumbuhan ekonomi yang normal. Namun, semuanya akan sangat bergantung pada seberapa baiknya kinerja ekonomi Yunani.
Dua Negara tahun ini yang tampil lebih baik adalah Jerman dengan pertumbuhan diperkirakan 2,9 persen dan Polandia 4 persen. Dua Negara lain yang parah adalah Spanyol dengan angka pertumbuhan ekonomi 0,8 persen dan Italia 0,7 persen. Situasi ini semakin menguatkan bahwa masa berlimpah ruah sudah berlalu, pesta sudah usai. Kini saat nya mengencangkan ikat pinggang.
Namun, tidak semua senang dengan berbagai retorika yang dikemukakan ekonom, politisi dan pebisnis di Eropa. Mereka berbicara mengenai penghematan, kenaikan pajak, serta kenaikan harga barang dan jasa. Bagi kebanyakan warga Eropa, inilah krisis paling berat di sector ekonomi. Oleh karena itu sekitar 20 000 pekerja –wakil kaum pekerja Eropa – melancarkan unjuk rasa di Polandia ketika berlangsung pertemuan para pemimpin Eropa pertengahan September. Mereka menentang program penghematan yang banyak dilakukan pemerintahan di Eropa. (goegle; muin_angkat blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar