Selasa, 05 Oktober 2010

Sebuah Surat Imajiner buat sahabat Eddy Hartawan Siswono Ketum Lasykar Merah Putih


Oleh ; Abdul muin angkat
 
    Seminggu yang lalu masih terbaca di Wall Fb mu bung pamit untuk dirawat di Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutera, mohon doa teman-teman untuk cepat sembuh. Tidak ada yang mengira tiga hari kemudian, engkau terbaring di rumah duka RSPAD dengan selimut Sang Saka merah putih di kawal oleh dua prajurit ber baret hijau dari Kostrad, sebelum di semayamkan di peristirahatan terakhir mu, di Sandiego Hill, Karawang. 
   Tiba-tiba kami merasa kehilangan yang dalam, seorang sahabat yang sangat peduli kepada teman, hormat kepada senior, dan santun menyapa semua orang, terpatri dalam, di sanubari kami. Sosok yang selalu berpenampilan parlente, yang ramah, dan selalu dikawal oleh anggota Lasykar kini telah tiada. Rasanya baru kemarin Bung hadir pada Resepsi Pernikahan ananda Farah di Balai Sudirman bulan juli lalu, - - dan menyapa pengantin;…" Tu bapakmu itu sahabatku". Kami terharu… dan Besok sudah dapat dipastikan, ribuan orang kader Lasykar dengan loreng merah putih, dengan segumpal rasa duka, akan beriringan mengantarmu ke tempat pembaringanmu terakhir. 
    Lama kami tercenung bersama Sahabatmu yang satu lagi, Herman Lakollo, anak Ambon yang katamu juga adalah gurumu, duduk disamping peti jasadmu di Rumah Duka RSPAD. Satu demi satu para pentakziah mendekati Jasadmu untuk memberikan penghormatan dan doa Selamat jalan. Dari siang sampai magrip para-senior, Mas Hayono Isman, Ketum Kosgoro Effendi Yusuf, para pejabat militer, Polri dan anggota Ormas, Parpol datang ke Rumah Duka dan menyampaikan rasa belangsungkawa. Rasa duka itu tergurat di wajah mereka karena mereka sungguh menyayangimu.
    Sebuah pertanyaan muncul di benak kami, Sebesar itu Ormas Lasykar merah putih bagaimana kelanjutannya? Apakah Bung Eddy sudah mempersiapkan penggantinya? Akan kah Visi Misi perjoangannya bisa dilanjutkan?Semoga saja para pimpinannya bisa menangkap gerak dinamika Organisasi ini sebagai Ormas yang mandiri dan tegak di dalam mempertahankan NKRI, Pancasila dan UUD 1945. Sebuah Ormas Nasionalis yang taat kepada Pemerintahan yang Syah, masih sangat dibutuhkan oleh Negara Bangsa ini sebagai penjaga, pemelihara Moral obligation Bangsa.
    Ketika suatu hari Bung mengatakan bahwa pola perjuangan dan pengorganisasian Mas Isman di Kosgoro menjadi Blue Print Lasykar Merah Putih,saya merasa kagum, sejauh itu bisa menghayati Pedoman Perjoangan yang yang merupakan bagian yang ingin mepertahankan Filosofi Pancasila dan UUD 1945, guna terwujudnya NKRI. Inspirasi Pengabdian, Kerakyatan dan Solidaritas, ternyata harus di imlementasikan secara in concreto oleh Isman-Isman kecil - -yang ber –Reinkarnasi dan ber kolaborasi di dalam denyut kehidupan bermasyarakat di seluruh negeri. . ." Loyalitas dan Integritas didalam Pengabdian ternyata lebih baik di luar Kosgoro itu sendiri". 
    Hal kedua yang dapat dipelajari dari gerakan-gerakan 'Mas Darto perang' Sang Ajudan Bung Karno, sebagai orang keduanya Mas Isman sangat komunikatif dengan tentara, namun anak-anak TRIP Jawa timur yang dikenal sebagai Tentara pelajar, anak rakyat malah lebih kreatif dan berani mati. Bukankah relasi historis ini yang menjadikan kepemimpinan Bung Edy disegani karena selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan TNI? Mana mungkin dua tentara baret hijau mengawal peti jenazah yang terbaring itu selama berada di rumah duka RSPAD?Terkawalnya Lasykar merah putih di dalam gerakan-gerakan sosialnya bisa dibaca dari adanya benang merah komitmen kesejarahan TNI, tumbuhnya sikap kebangsaan yang merupakan resultante rasa kebangsaan plus paham kebangsaan.
    Dengan berbagai 'pengguruan-internal' di kawah candradimuka, disertai kerendahan hati yang selalu bung kemukakan kepada setiap orang, ternyata semua hal-hal positip di dalam diri setiap pemimpin bisa dipadukan secara komrehensif-integratif, menjadi suatu kekuatan membesarkan Lasykar merah putih. Banyak pemimpin kepemudaan yang muncul tapi kehilangan sumber ketauladanan, akhirnya minus idealism. Sampai kini, saya masih teringat apa yang ditulis oleh mas Isman; . . ."dikala Ia bertunas, lindungi, dikala berakar, sirami dan dikala berbuah, amalkan".Kalau kita mau jujur makna terdalam dari himbauan ini 
   Adalah konsistensi, dan ini sangat banyak dilupakan, bukan hanya oleh kader biologisnya Mas Isman, akan tetapi sudah merambah sampai kepada kader geneologisnya, sungguh ironis. Tranformasi nilai-nilai perjoangan Trip(sebagai cikal bakal Kosgoro) yang mengorbankan 44 jasad suhada bangsa melawan Penjajah,terbujur dan diam membisu tanpa ada yang hirau. Jiwa martir inilah seyogianya di jalankan sebagai amanah, akan tetapi hanya bung yang bisa menangkap sinyal ini, dengan satu kekuatan moral force Lasykar merah putih! Harga diri, martabat, hati yang mulia, dan kebesaran jiwa adalah sebuah dignity. Ini merupakan harga mati, bukankah internalisasi nilai-nilai dari empat unsure diatas merupakan karakter seorang pemimpin? Sejujurnya Bung Edy termasuk dalam kategori ini, karena bung adalah seorang Pemimpin yang berkarakter. Tidak menghamba kepada institusi lain dan dilecehkan.
    Bung Edy yang sedang tenang dialam baka, di dalam Teori kepemimpinan Transformasional, dijelaskan bahwa proses hubungan antara pemimpin dengan pengikut selalu didasari oleh nilai-nilai serta keyakinan asumsi tentang visi misi organisasi. Bagaimana mengkomunikasikan serta mengartikulasikan visi tersebut adalah suatu seni kesuksesan tersendiri sehingga gerakan tersebut dikenal masyarakat. Bukankah juga Doktrin pengabdian, kerakyatan dan solidaritas menjadi basis pergerakan Lasykar merah putih ini?
    Dalam buku From Transactional to Transformational leadership; Learning to share the Vision , Organizational Dinamic , Bass mengatakan bahwa Kepemimpinan Transformational harus mewujudkan empat ciri utama, yaitu pertama kharismatis, kedua inspirasional yang menghasilkan trust, ketiga, stimulasi intlektual, dan keempat, perhatian secara individual (individualized
consideration). Untuk keempat unsure tersebut rasanya Bung Edy memiliki semuanya secara paripurna, dan factor inilah yang membawa kesuksesan Lasykar Merah putih secara organisatoris.
    Akhirul kalam ternyata kebutuhan akan hadirnya pemimpin penerobos (Breakthrough leadership) di era global ini seperti kehadiran sosok Bung Edy adalah sesuatu yang merupakan condition sine quanon untuk memperkuat memelihara serta mengaktualisasikan nasionalisme baru Indonesia. Diperlukan sosok pemimpin yang berperan sebagai dinamisator, komunikator,innovator dan sekaligus integrator, dan ternyata ini bukan sebuah mimpi.
    Di dalam peristirahatanmu yang abadi, kami akan selalu mendoakanmu dan kami akan tetap mengenangmu sebagai tokoh Transformatif yang mampu meng implementasikan Tri Dharma PKS dan Pedoman Perjoangan secara nyata, dan itu telah Bung Eddy buktikan, sekurang-kurangnya dalam kapasitas dibawah bayang-bayang Mas Isman. Jakarta 5 okt 2010 (a.m.a).
 
 
 
 
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar