Kondisi
Indonesia kini dinilai memprihatinkan. Lima indikator kemandirian bangsa alami keruntuhan.
“Lima kemandirian bangsa yang telah susah payah
dibangun para pendiri bangsa berpuluh-puluh
tahun kini sudah runtuh”.
Kata pengamat Ekonomi Politik Ichsanuddin Noorsy
dalam diskusi 67 tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan Kaula Muda
Indonesia (KMI) di Galeri Café Taman
Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat kemarin.
Lima kemandirian bangsa
tersebut disebutkan Noorsy yakni
pangan, energy, keuangan, infrastruktur dam harga diri bangsa. Dia memaparkan
indicator lima bidang tersebut alami keruntuhan.
- Pertama kedaulatan pangan. Menurutnya, Pangan kini tidak berdaulat lagi karena sebagian besar kebutuhan diperoleh dari impor.
- Kedua, Energi. Pengelolaan energy seperti minyak dan pertambangan dikuasai asing.
- Ketiga, Keuangan. Diungkapkannya pengelolaan keuangan Negara amburadul. Indikator itu bisa dilihat dari penguasaan per Bankan oleh asing.
- Kempat, Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur Negara ini bergantung kerjasama dengan Negara asing.
- Kelima, Harga diri bangsa. Dia mengatakan dengan kondisi seperti sekarang semua sector penting dikuasai asing maka otomatis harga diri bangsa ini sudah jelek.
Noorsy menegaskan dirinya tidak anti asing. Kerjasama
melakukan pembangunan boleh saja melibatkan asing. Tetapi dengan catatan
prinsip kerjasama harus setara seperti yang tercetus di Dasa sila Bandung di
Konferensi Asia Afrika. Tidak seperti sekarang, kerjasama tidak berimbang.
Posisi Indonesia berada dibawah Negara memiliki modal.
Dengan kondisi bangsa seperti ini, Indonesia jangan bermimpi bisa bersaing di pentas persaingan global. Bangsa kita bersaing dengan Negara-negara tetangga saja kemungkinan kalah. “Karena kualitas sumber daya manusia kita rendah dan teknologi payah”, katamya.
Dia menuturkan untuk membenahi bangsa ini dari
keterpurukan, Indonesia memerlukan kepemimpinan yang tegas dan berani menolak kepentingan
asing. Dia pesimis hasil Pemilu 2014
akan membawa Indonesia lebih baik
jika tidak melahirkan pemimpin yang berani. Sebab Indonesia sudah banyak
menanda tangani kerjasama dengan asing.
Keprihatinan terhadap kondisi bangsa juga disampaikan Ketua umum Kesatuan Buruh Hanura, Kusumah Soekasah. Dia menilai diusia Negara ini yang terus bertambah kondisi Negara semakin tidak menentu. Dia mengkoreksi pelaksanaan reformasi yang semakin jauh dari harapan.
Kusumah mengatakan, salah satu tujuan reformasi yakni supremasi hukum. Tetapi perkembangan
terkini penegakan hukum belum berjalan dengan baik. Penegakan hukum tebang
pilih dan sering melukai rasa keadilan masyarakat.
Salah satu tujuan penting reformasi yakni memberantas
korupsi, tetapi sampai sekarang korupsi, kolusi dan nepotisme masih marak terjadi” kata Kusumah
disela-sela buka puasa bersama anak yatim piatu kemarin di Jakarta., kemarin.
Yang paling miris, akar budaya bangsa kini terancam punah
akibat kegagalan reformasi. Dia melihat system musyawarah mufakat di dalam pengambilan keputusan gotong royong
masyarakat dalam mengatasi
persoalan sudah memudar. Secara umum masyarakat cenderung individualistic.
Kegagalan tersebut menurutnya disebabkan para pemimpin
bangsa lebih mementingkan kepentingan
pribadi dan kelompok saja. Egois.
Dia mengajak semua elemen bangsa yang peduli akan nasib
bangsa ini mendorong para elite agar
menyadari kekeliruannya mengelola
bangsa. Kembali kepada hati nurani.
Kusumah bangga dengan kader Partai Hanura yang sejauh ini
tidak ada yang terlibat kasus korupsi.
Ketua umum KMI, Edi Humaidi mengajak semua elemen bangsa
tidak takut kepada intervensi asing. Semangat keberanian yang pernah
dicontohkan para pahlawan melawan asing
harus dilanjutkan.
(FAQ)Rakyat Merdeka 11 agustus 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar