Oleh: Abdul Muin Angkat
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis multi dimensi yang dimulai 10 tahun yang lalu tidak terlepas dari ‘Nation and Character Building’ yang terlupakan semenjak 32 tahun pemerintahan Orde Baru, dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Pemimpin yang tidak dibekali landasan karakter ternyata berdampak negative terhadap pembangunan nasionalisme yang berbasis kesejahteraan rakyat. Terjadinya degradasi moral dikalangan elite politik menjadikan Indonesia terpuruk disemua bidang kehidupan, harapan agar rakyat terlepas dari dera kemiskinan semakin jauh. Secara tegas Mendiknas Prof. Dr. Bambang Sudibyo pada Dialog Nasional Mahasiswa tahun 2006, di Jakarta mengatakan “ternyata pendidikan yang di arahkan kepada domain kognitif saja gagal meningkatkan martabat manusia”. Oleh sebab itu diperlukan strategi baru agar pendidikan secara holistic dapat diadopsi oleh kurikulum di sekolah dan perguruan tinggi, sehingga ada keserasian antara peningkatan IQ, EQ dan SQ.
Pasca reformasi ternyata praktek praktek Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) merajalela disemua lapisan masyarakat, tidak terkecuali di Badan Legislatif, eksekutif maupun judikatif. Istilah ‘korupsi berjamaah’ yang dikenal pertama kali ketika puluhan orang anggota DPRD Tk I Sumatera Barat secara beramai ramai di tuntut di muka Pengadilan karena menggunakan anggaran APBD secara tidak proporsional, diselewengkan untuk kepentingan diri sendiri. Sejak itu kasus demi kasus di seluruh tanah air tidak terlepas dari berita keterlibatan para Bupati, Walikota bahkan sampai kepada Gubernur dan Menteri Kabinet yang dihadapkan kepada sidang Pengadilan Negeri, karena tuntutan korupsi - - dan mereka terpaksa mendekam di bui, dipaksa masuk penjara- - - untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kasus anyar korupsi kembali terjadi ketika seorang anggota komisi III DPR-RI digelandang ke Bui oleh Pemda Banten pada bulan Nopember 2009.
Di dalam Buku Kepemimpinan dan Manajemen, Miftah Toha menguraikan contoh bahwa seorang pemimpin adalah seorang ‘penggembala’, dan setiap penggembala akan ditanyakan tentang perilaku penggembalaannya. Seorang pemimpin lebih banyak bekerja daripada berbicara, lebih banyak memberikan contoh-contoh baik dalam kehidupannya daripada berbicara besar tanpa bukti ; dan lebih banyak ber-orientasi kepada bawahan dan kepentingan umum daripada berorientasi kepada kepentingan diri sendiri. Sejarah mencatat bahwa Iskandar Zulkarnaen adalah seorang penggembala yang agung dan tangguh dari sejarah masa lalu Macedonia.
Iskandar yang Agung mampu menggerakkan rakyatnya untuk membangun Negara dengan falsafah kepemimpinan yang cukup sederhana tapi ampuh. Suatu ketika tentara Iskandar ini hampir berontak, tak tahan menahan dahaga di padang pasir. Ditengah-tengah kedahagaan itu didapatkan sebuah kendi besar berisi air. Ternyata kebutuhan air untuk Tentara yang berjumlah ribuan tersebut sangat besar sehingga kalau dibagikan tidak akan mencukupi. Kemudian ‘Sang pemimpin’ mengambil langkah yang controversial. Air dalam kendi tersebut dituangkan kepasir, karena tidak mungkin dibagi secara adil. Setelah itu Tentara tidak jadi berontak, justru tindakan Iskandar Zulkarnaen itu, membakar semangat tentaranya meneruskan perjuangan.
Berbicara tentang ‘pemimpin’ dan kepemimpinan sangat menarik untuk dipelajari akan tetapi sulit untuk menirunya. Berbagai pemimpin yang sukses dan ternama tetapi banyak juga yang gagal. Begitu sulitkah mencari pemimpin yang baik dan memenuhi persyaratan dan mampu membawa kejayaan kepada rakyat yang dipimpinnya atau kepada pengikut-pengikutnya?
Apa yang terjadi kepada seorang ‘pemimpin’ dan atau ‘kepemimpinan’? Siapakah Pemimpin yang baik menurut organisasi modern? Bagaimanakah kepemimpinan yang berhasil? Bagaimana kepemimpinan yang efektif? Dan lebih jauh lagi bagaimana mengukur tanggung jawab seorang pemimpin dan sekaligus menjadi Insan yang ber akhlak mulia, dan mempunyai moralitas yang tinggi? Tulisan ini akan berusaha menggali seluruh informasi dari berbagai sumber.
Kemampuan untuk memberikan contoh dan tauladan didalam satu kepemimpinan merupakan faktor penting yang harus dipunyai oleh seorang manajer. Dan apabila Organisasi dapat mengidentifikasi serta menyiapkan kualitas-kualitas personal yang berhubungan dengan kepemimpinan, dan sekaligus dapat mengidentifikasi perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan yang efektif, ini berarti merupakan sumbangan yang sangat penting untuk memperkaya khasanah dan sumberdaya insani secara komprehensif.
Identifikasi Masalah
Di dalam satu organisasi, pemimpin dibagi 3(tiga) tingkatan yang tergabung sebagai manajemen members yaitu; 1) manajer puncak (Top manager); 2)Manajer menengah (middle manager); 3) manajer bawahan ( lower manager/supervisor). Seorang ‘pemimpin’ mempunyai keterampilan menajemen (managerial skill) maupun keterampilan teknis (technical skill) Semakin tinggi kedudukan seorang manajer, atau pemimpin dalam organisasi maka semakin menonjol keterampilan manajemen, karena aktivitas yang dijalankan bersifat konsepsional. Malayu dalam Manajemen SDM menjelaskan seorang pemimpin harus menyadari, bahwa dinamika suatu organisasi yang diletakkan di pundaknya seyogianya di dalam pelaksanaan di delegasikan kepada bawahan. Munculnya suatu kreativitas pemimpin kadang kadang pada saat yang tidak diduga oleh sebab itu perlu kiat untuk mengatur suasana kerja yang dibarengi dengan penyisihan waktu yang cukup untuk menggagas ide-ide, atau konsep pengembangan organisasi yang bisa di operasionalkan.
Apa yang di maksud sebagai ‘du characteristic’ oleh Malayu adalah apabila pihak bawahan menerima wewenang dari atasan, tetapi pada saat yang sama atasan tersebut tetap memiliki wewenang dimaksud. Sama hal nya apabila desentralisasi wewenang diterapkan, maka sebagian kecil wewenang dipegang pimpinan, sedangkan sebagian besar kekuasaannya didelegasikan kepada bawahannya. Dengan kepercayaan pimpinan kepada bawahan maka sebenarnya waktu untuk merencanakan, mangarahkan dan mengawasi bawahan lebih berjalan efektif, sehingga sifat pendelegasian wewenang tersebut dapat juga diartikan sebagai ‘du characteristic’
Seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan dan memberikan keteladanan kepada bawahan, pimpinan sangat berperan merubah disiplin dan menjadi contoh yang baik bagi karyawan; seperti bersikap jujur, adil, dan konsisten. Menurut Siagian (1994), Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang, sedangkan ‘pemimpin’ merupakan orang yang diakui dan diterima oleh orang lain atau kelompok sebagai pribadi yang mempunyai kemampuan tersebut. Ada dua pendapat yang saling bertentangan tentang kelahiran seorang pemimpin.
Pertama, mengatakan bahwa seorang pemimpin ‘dilahirkan’ karena adanya bakat-bakat kepemimpinan yang merupakan talenta seseorang secara khas. Secara praxis, eksistensi seorang pemimpin yang efektif, berbanding lurus dengan adanya bakat sejak lahir yang dipunyainya. Sedangkan pandangan kedua mengatakan bahwa pemimpin merupakan ‘hasil tempaan dan bentukan’ dari lingkungan sekitarnya. Penempaan dan penumbuhan efektifitas kepemimpinannya didapatkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, sehingga seseorang yang diarahkan secara intensif dapat menemukan dirinya sebagai pemimpin yang efektif.
Menurut Siagian (1994), paradigma kepemimpinan yang efektif harus di dasarkan kepada dua pandangan diatas sehingga seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila tercakup 3(tiga) hal yaitu: 1) Secara genetis telah memiliki bakat kepemimpinan; 2) Bakat tersebut dikembangkan melalui jabatan yang di emban; 3) Ditopang oleh pengetahuan teoritis di dalam pendidikan/pelatihan kepemimpinan.
Di dalam organisasi selalu ada hubungan yang bersifat formal, maupun informal. Hubungan formal melahirkan organisasi formal, sedangkan hubungan informal melahirkan organisasi informal. Kepemimpinan formal adalah adalah kepemimpinan yang resmi, yang diangkat dalam satu jabatan tertentu. Efektivitas kepemimpinan informal tergantung daripada pengakuan kepemimpinan seseorang. Beberapa kriteria diantaranya menyangkut hal sebagai berikut: a) kemampuan memikat hati orang lain; b) kemampuan berkomunikasi dan membina hubungan; c) penguasaan tentang tujuan organisasi, dan pencapaian target dari kegiatan operasional; d) kompetensi keahlian tertentu yang tidak dipunyai orang lain.
RUMUSAN MASALAH
Pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan untuk mengemban satu tanggung jawab sehingga dia merupakan panutan dan tauladan yang mempunyai moralitas yang tinggi, jujur, berani dan dapat mengayomi orang banyak. Seorang Pemimpin merespons tuntutan zaman, menggerakkan tranformasi social politik secara partisipatif. Pemimpin adalah seseorang yang memegang peranan kunci, dominasi dan pengaruh.
Kepemimpinan adalah merupakan satu kesatuan system yang diaktualisasikan guna memperbaiki serta mempengaruhi perikehidupan seseorang atau sekelompok orang di dalam masyarakat agar tercapai kualitas kehidupan yang lebih baik, sejahtera, aman dan bermartabat dan ber keadaban. Salah satu system yang sangat mempengaruhi adalah system nilai, etika, watak, moral dan visi yang melekat kepada kepribadian sang pemimpin sehingga mampu menyelesaikan tanggung jawab dan tugasnya secara etis-moral.
Manajer adalah seorang pimpinan yang mempunyai kompetensi manajemen di dalam suatu perusahaan untuk melakukan fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi motivasi sera fungsi pengawasan agar Perusahaan tersebut secara efektif berjalan baik untuk meraih keuntungan dan produktivitas yang tinggi.
Mengapa seorang pemimpin tidak menjalankan misi nya secara bertanggung jawab, jujur dan tidak melawan hati nuraninya? Mengapa watak, budi luhur, moralitas dan jati diri personal seorang pemimpin atau yang diamanatkan sebagai ‘penyelenggara negara’ tidak menjalankan amanah secara konsekwen?.
II. PEMBAHASAN
Fungsi dan Ciri Pemimpin yang efektif
Pandangan moderat dari Siagian yang memadukan ciri pemimpin yang dilahirkan karena bakat genetis dan karena tempaan pendidikan dan pelatihan, menjadikan pengembangan seorang pemimpin yang efektif lebih diarahkan kepada proses pematangan kepemimpinan sehingga mempunyai pengalaman baik di dalam jabatan maupun proses interaksi dengan masyarakat. Pengakuan terhadap seorang pemimpin sejati dimulai dari adanya penerimaan sukarela dari pihak yang dipimpin. Dibawah ini akan dikemukakan perbedaan antara pemimpin dan yang non pemimpin
Pemimpin:
1. Memberikan inspirasi kepada bawahan
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mangarahkan pengembangan staf.
3. Memberikan contoh kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan.
4. Menerima kewajiban-kewajiban
5. Memperbaiki segala kesalahan atau kekeliruan.
Non pemimpin:
1. Memberikan dorongan kepada bawahan
2. Menyelesaikan pekerjaan dan mengorbankan bawahan
3. Menanamkan perasaan takut kepada bawahan dan memberikan ancaman
4. Melimpahkan kewajiban kepada orang lain
5. Melimpahkan kesalahan pada orang lain apabila terdapat kekeliruan
Berbagai pendapat tentang pemimpin dan kepemimpinan dikemukakan oleh para ahli, namun dari berbagai macam literatur tidak ada kesepakatan tentang hal tersebut. Beberapa definisi yang dikemukakan itu dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor pada abad ke 20 dan berkembang menjadi suatu ilmu kepemimpinan yang menyatakan; Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat dan pengalaman saja, akan tetapi sudah jauh bergeser kepada perencanaan pelatihan calon calon pemimpin, melalui penyelidikan, percobaan, analisis, supervisi serta sifat sifat unggul lainnya agar mereka berhasil dalam tugasnya.
Dalam hal ini pemimpin mengacu kepada orangnya (manusia) sedangkan kepemimpinan terutama mengacu kepada sifat, gaya, perilaku dan seni yang digunakan untuk memimpin. Fungsi utama seorang pemimpin adalah mengambil keputusan (decision making) merujuk pandangan Lawrence R, jauch and William F. Glueck, di dalam Tjutju Yuniarsih dan suwatno, Manajemen Sumber Daya Manusia ada 5 aspek penting yang menjadi indikator kunci dalam pengambilan keputusan stratejik yaitu;
a. Rasionalitas. Hal ini dapat diukur dari sisi manfaat maksimum, ketepatan pemilihan alternative, kepastian penetapan skala prioritas, dalam merealisasikan visi missi organisasi.
b. Relevansi. Hal ini dapat diukur dari tingkat kesesuaiannya dengan tujuan dan kebutuhan organisasi.
c. Kepuasan. Hal ini dapat diukur dari tingkat penerimaan stakeholders, yang merupakan dampak positif dari keputusan, dan komitmen terhadap implementasi.
d. Fleksibilitas. Hal ini dapat diukur dari kesesuaiannya dengan situasi dan tingkat kemampuan beradaptasi dengan perubahan.
e. Komprehensif. Hal ini dapat diukur dari keluasan cakupan permasaalahan yang dapat diatasi.
Secara lebih rinci fungsi pemimpin dalam pengambilan keputusan terutama dikaitkan dengan kebutuhan untuk; a) menetapkan berbagai kebijakan yang dapat memotivasi lahirnya inovasi; b) menganalisis berbagai situasi yang dihadapi organisasi, untuk mendapatkan solusi bagi upaya pengembangan dan sustainability; c) mengorganisasikan partisipasi kelompok untuk terciptanya kerjasama (kolaborasi); d) menetapkan mekanisme dan standar prosedur kerja, yang dapat memberi inspirasi serta menumbuhkan kreativitas; e) melakukan pembinaan kepada staf dalam upaya menumbuhkan budaya belajar melalui organizational learning memperkuat komitmen dan menjaga loyalitas.
Dalam rangka mencapai perubahan budaya secara efektif, Nevizond Chatab dalam bukunya Profil Budaya Organisasi menawarkan sistem kepemimpinan agar dilaksanakan secara formal maupun informal.Umumnya sistem kepemimpinan bermula dengan apa yang akan dilakukan. Diawali dengan pernyataan misi dan bagaimana melakukannya, yang diawali arahnya dengan pernyataan tata nilai (values), guna mewujudkan visi yang ditetapkan. Misi dilanjutkan dengan goal jangka panjang dan dijabarkan dengan objektif jangka pendek dan kemudian dengan tindakan aksi (program kerja), yang bergerak mulai dari yang lebih luas (broad intent) ke yang specific (specific intent). Tindakan nyata ditunjukkan dengan komitmen pimpinan untuk memberikan dukungan.
Tata nilai (values) ditindak lanjuti dengan strategi, diikuti dengan kebijakan atas strategi yang dipilih. Strategi merupakan satu ‘road map’ yang akan dilalui guna menggerakkan produktivitas, inovasi, dan keunggulan kompetitif untuk mencapai sasaran jangka panjang. Pola gabungan antara seorang ‘pemimpin’, doing the right things dan manajer, doing things right, merupakan kesatuan visi apa yang harus dilakukan untuk mencapai kesuksesan masa depan. Sifat kepemimpinan yang berorientasi pelayanan, keteladanan, dan kerendahan hati merupakan penopang kesuksesan dimaksud.
Pimpinan organisasi harus mampu mengelola perubahan budaya dan tata nilai baru, sebagai komitmen yang dijalankan secara konsisten baik oleh manajer maupun administrator senior, guna memompakan semangat perubahan disertai dengan penyiapan sumber daya pendukung yang dialokasikan. Modifikasi perubahan organisasi dapat dilakukan dengan pilihan tidakan seperti; a) penataan organisasi; b) implementasi sistem dengan berbagai metode keterlibatan orang yang mempunyai kompetensi sekaligus dengan system imbalannya; c) sistem kepemimpinan yang kuat dan gaya kepemimpinan yang mendukung; d) alokasi sumber daya khususnya pemberdayaan SDM; e) sistem informasi dan pemantauan kemajuan perubahan secara ketat; f) Sistem rekruitmen dan seleksi terhadap posisi kepemimpinan kunci yang dapat memberikan contoh dinamika perubahan.
Teori Kepemimpinan dan Tipe-tipe Kepemimpinan
Rumusan tentang kepemimpinan menurut Miftah Thoha adalah, kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Dalam hal ini kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh tata aturan birokrasi. Kepemimpinan bisa terjadi di mana saja, Seorang ulama yang punya pengaruh dan pengikut, sama fungsinya dengan seorang Bupati, atau walikota yang memimpin daerahnya. Seorang ulama atau Kiayi tidak harus menjadi pegawai pemerintahan terlebih dahulu sebelum menjadi seorang ‘pemimpin’. Apabila kepemimpinan dibatasi oleh tatakrama birokrasi, atau dikaitkan dalam suatu organisasi tertentu maka dinamakan manajemen.
Di dalam manajemen yang menjadi focus pembahasan adalah fungsi perencanaan, pengendalian, pengaturan dan motivasi. Dengan demikian maka seorang manajer dapat saja berperilaku sebagai pemimpin, apabila dia mampu mempengaruhi perilaku orang orang lain untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, seorang ‘leader’ atau pemimpin belum tentu seorang manajer, akan tetapi seorang seorang manajer bisa berprilaku menjadi seorang ‘leader’ atau pemimpin
Secara umum Teori teori untuk menjelaskan tentang pemimpin diuraikan sbb;
1) Teori genetis
Inti dari Teori ini adalah “leaders are born and not made”, bahwa penganut Teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin dilahirkan karena pada dirinya telah tumbuh bakat pemimpin.
2) Teori Sosial
Inti dari Teori ini adalah, “Leaders are made and not born”, bahwa setiap orang dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan pelatihan kepemimpinan.
3) Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori social. Penganut Teori ini berpendapat bahwa seorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana yang kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur ditambah dengan pengalaman lainnya yang semakin menguatkan kepemimpinannya.
Dilain pihak Terry mengemukakan Teori kepemimpinan terdiri dari; 1) teori otokratis; 2) teori psikologis; 3) teori sosiologi; 4) teori suportif; 5) teori laizzes faire; 6) teori kelakuan pribadi; 7) teori situasi dan; 8) teori humanistik/populistik.
Teori teori tersebut sangat berhubungan dengan a) tipe kepemimpinan otokratis, b) tipe kepemimpinan militeristis, c) tipe kepemimpinan fathernalistis, d) tipe kepemimpinan kharismatis, e) tipe kepemimpinan demokratis. Secara lebih khusus beberapa tipe kepemimpinan tersebut dapat dijelaskan sbb;
a.Tipe kepemimpinan Otokratis.
Kepemimpinan menurut teori ini berdasarkan atas perintah-perintah, paksaan dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Pengawasan dilakukan secara ketat, dan fungsionalisasi kerja berdasarkan struktur organisasi tugas tugas. Penentuan kebijakan tidak pernah dikonsultasikan kepada anggota, cenderung bersikap ‘one man show,’ tidak memberikan informasi secara detail mengenai rencana yang akan datang. Ciri-ciri tipe pemimpin adalah; 1) menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi; 2) mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; 3) menganggap bahwa bawahan adalah semata mata sebagai alat semata-mata; 4) tidak mau menerima kritik, saran maupun pendapat orang lain, karena dia menganggap dirinyalah yang paling benar.
b. Tipe kepemimpinan militeristis.
Yang dimaksud dengan tipe militeristis, tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer, artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militer. Seorang bertipe militeristik mempunyai sifat-sifat sbb; 1) dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama. 2) Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya, 3) Senang kepada formalitas yang berlebihan,4) menuntut disiplin yang tinggi dan menuntut kepatuhan mutlak dari bawahan, 5) tidak mau menerima kritik dari bawahan
c. Tipe fathernalistis.
Mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat kebapa an. Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruhnya untuk menggerakkan bawahan mencapai tujuan, tapi kadang kadang pendekatan yang dilakukan terlalu sentimental. Sifat sifat umum bertipe paternalistis 1) menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa, 2) bersikap terlalu melindungi bawahan, 3) jarang ada pelimpahan wewenang karena bawahan tidak terbiasa mengambil keputusan, 4) sering menganggap dirinya maha tahu.
d. Tipe kepemimpinan kharismatis.
Tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang amat besar, oleh karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Pemimpin yang diberikan kharisma yang demikian besar merupakan berkah yang merupakan ‘supernatural powers’.
e. Tipe kepemimpinan yang demokratis.
Tipe ini merupakan yang terbaik , oleh karena selalu mendahulukan kepentingan kelompok daripada kepentingan pribadi. Ciri dari tipe ini adalah 1) Senang menerima saran dan pendapat orang lain, 2) menghargai bawahan sebagai manusia yang mempunyai derajad yang sama, 3) menitik beratkan kerjasama untuk mencapai tujuan, 4) memberikan kesempatan yang luas kepada bawahan untuk lebih maju dan sukses.
Berdasarkan berbagai tulisan mengenai sejarah rasul dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Nabi Besar Muhammad SAW, menampilkan sifat-sifat shidiq, (benar dan jujur dalam tekad dan sikap), amanah, (penuh tanggung jawab), fathonah, (cerdas dan profesional), tabligh (mempunyai kemampuan komunikasi yang handal). Semua sifat tersebut mencerminkan pribadi yang shaleh sebagaimana tampak di dalam kesehariannya, yaitu; jujur, sederhana, rendah hati dan lemah lembut, menepati janji, bijaksana, dan penuh kasih sayang.
Kewajiban Para penyelenggara Negara seperti yang tertulis di dalam Penjelasan Pembukaan UUD 1945, adalah sosok yang berbudi luhur, mempunyai moralitas yang tinggi untuk menjalankan tanggung jawab pemerintahan agar mampu mewujudkan tujuan Negara pasca reformasi yang telah berjalan sewindu sejak tahun 1998, adalah cermin tidak adanya pemahaman dan persepsi yang sama tentang kewajiban moral yang harus di emban oleh
Para elite politik para pemimpin kenegaraan karena telah terkooptasi dengan kehidupan Neoliberalisme dan kapitalisme, materialism dan hedonism yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan justru menyuburkan budaya KKN. Korupsi adalah penyakit masyarakat harus dibasmi dengan menerapkan pelaksanaan hukum secara keras, dan menjatuhkan hukuman setingginya agar mempunyai effek jera pelaku.
Kesimpulan. Setelah mencermati beberapa kajian tentang pemimpin dan kepemimpinan, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sbb; 1) Fungsi kepemimpinan memiliki dua aspek yaitu fungsi administrasi, dan fungsi sebagai top manajemen; 2) Beberapa teori kepemimpinan yang memberikan pencerahan yaitu teori genetis, teori sosial dan teori ekologis memberikan motivasi yang kuat bahwa semua orang diberikan peluang yang sama menjadi pemimpin yang sukses asalkan mampu berkompetisi mempersiapkan diri sejak dini, sesuai dengan teori pengembangan diri, dan senantiasa meningkatkan kompetensi dibidangnya masing-masing; 3) Agar tugas kepemimpina dapat berjalan dengan baik untuk masa yang akan datang, seorang pemimpin harus mempunyai beberapa kemampuan khusus antara lain, kemampuan analisis, kemampuan fleksibilitas dan kemampuan berkomunikasi; 4) Sebagai insan yang ber akhlak mulia, seorang pemimpin harus berjalan di track yang lurus, senatiasa menyelaraskan kemampuan holistic manusia yaitu antara IQ
Akhirul kalam mengutip pendapat Djoko Santoso Moeljono di dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008), Manajemen Sumber Daya merupakan basis yang kuat untuk mendorong organisasi menerapkan strategi membangun kinerja yang produktif, melalui kepemimpinan yang berorientasi kepada manajemen mutu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar